Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. 7 개의지지를 받고 홀로 서다

"Saat menerima keputusan akan ada konsekuensinya. Semua bisa nampak jelas ketika keberanian muncul, tapi saat hati mulai ingin mengatakan semua yang terjadi adalah... Aku yang terlalu pengecut dalam segala hal."

🦋

B e r h e n t i

Inginnya seperti itu. Langkah kakinya harus ikut oleh seseorang yang berada di sampingnya. Ujung demi ujung, tatapan para manusia seolah tak berdosa di dalam diri mereka. Cercaan serta tatapan mata tak suka pada dirinya atau keduanya, sama saja karena menurut Taehyung nama seseorang akan jelek jika semakin di lanjutkan. Gugup menggerogoti hatinya dan sebagian tubuhnya dipaksa untuk kaku tak bergerak melanjutkan perjalanan ini.

Tangan masih meremat dimana Taehyung bergejolak untuk berhenti sampai disini. Min Yoongi menatap semua dengan pelan serta mengendorkan telapak tangannya, di depan mereka tepatnya di tengah kerumunan mereka yang sengaja menunjukkan sebuah aksi. Kepercayaan diri seseorang hilang dan ini tugas Yoongi sebagai salah satu penyemangat nya. Janjinya pada Jimin dan lainnya agar Taehyung bisa membuat keputusan secara utama.

"Sudah kubilang jadilah kupu-kupu kami bukan mereka. Kau tidak harus takut atau menakuti sesuatu yang mungkin saja tidak akan terjadi." Dua tangan menangkap dua bahu bergetar disana, menjelajah dan membangkitkan ambisi para siswa yang suka bergosip. Para gadis mengabadikan momen ini sebagai suatu koleksi yang bisa dibincangkan, pemikiran semua mengenai gosip itu seakan benar. Faktanya Yoongi hanya memainkan beberapa drama untuk ayahnya, karena dia lelah menjadi anak boneka.

Taehyung tidak tahu pasti. Antara yakin tidak yakin dia sulit mengatakan satu jawaban pasti. "Aku hanya tidak mau bahwa masalah ini akan membuat namamu dan lainnya buruk. Ketika aku sampai disini saja mereka sudah anggap bahwa hubungan kita menjijikan. Kita hanya teman dan mereka..." Ingin sudahi saja, tubuh itu terlalu lelah melarikan diri. Kini Yoongi memberikan senyuman manis pada dirinya dimana secara langsung dia memeluk tubuh itu tak peduli bagaimana keadaan dan situasi sekarang.

Para siswi terpekik hingga gaduh dan para siswa seolah melihat sebuah pertunjukan drama dari cinta terlarang. Saat seperti inilah Jimin mencoba pergi seperti tenggelam dalam pasukan manusia, Namjoon mengikat sepatu dengan sengaja menaruh kaca di bawah kakinya. Dia mengawasi sesuatu di atas sana, masih tidak ada yang menyadarinya. "Apakah kalian sudah siap, sepertinya beberapa menit lagi Jungkook akan datang." Namjoon bangun dan berada diantara kedua pemuda tampan lainnya.

Seokjin dan Hoseok, mereka melakukan ekspresi kecil sesekali agar tampak tidak terlalu mencolok bahwa sesuatu tengah mereka lakukan. Semua ini di susun dengan rapi, meski mereka kagum dengan bakat Yoongi yang mampu membuat semua orang seperti terjebak dalam bencana perasaan. "Hoseok, lihat apa saja yang akan dilakukan oleh Jae Bum. Kita tidak bisa meremehkannya begitu saja." Berbisik dan menatap.

Yoongi masih disana dengan posisi sama tanpa ada kata berubah. Para guru disana meminta petugas keamanan untuk membubarkan dua orang pembuat kerusuhan disana, akan tetapi Yoongi melontarkan pandangan tajam hingga ayahnya menyadari itu. Tangan sang gubernur bergerak menahan aba-aba untuk menangkap putranya. "Kita lihat apa yang mereka lakukan, bukankah kita bisa membuat mereka malu di depan siswa. Aku akan membuat keputusan tepat dimana keduanya sama-sama mendapatkan hukuman atas perbuatan yang mereka lakukan." Ini bukan sekedar ucapan biasa, dia juga mengulas senyum remeh pada sang anak.

Seokjin melihat hal itu sebagai ungkapan seorang ayah yang jahat pada anaknya. Seharusnya dia tidak mengatakan hal itu, dia tahu betapa bencinya Yoongi pada sikap ayahnya. Selama ini dia bersabar tapi dia merasa tidak yakin jika kesabarannya akan bertahan lama saat mendengar kejujuran ayahnya. Dia langsung berjalan menuju sesuatu.

Semakin lama semakin bergetar pada tubuhnya, seseorang merasakan itu dan melihat betapa Taehyung teramat ketakutan hingga keringat dingin. "Yang aku takutkan bagaimana masa depanku saat aku melakukan ini. Aku memikirkan kesempatan apa yang aku dapatkan." Kedua matanya terpejam dimana dia lolos dalam sebuah tangisan. Isak itu ada lalu sekarang dia tidak bisa menahan bagaimana wajahnya menjadi pucat sekarang. Yoongi membenci sosok Jae Bum saat wajah konyol disana tertawa seolah menang atas segalanya. "Aku akan menjamin bagaimana kau masih ada kesempatan ketika kebenaran akan terkuak."

Yoongi melepaskan pelukan itu, dia muak dengan para siswa yang semakin kasar saja dalam menghina Taehyung disana. Namjoon merasa bahwa sekeliling nya semakin panas dan alot. Saat ini dia berharap bahwa Jungkook segera datang dengan pertunjukan yang sudah disiapkan. Yoongi menahan nafasnya dan membuang pelan, kedua matanya seperti me-nyalang marah. Melihat bagaimana tabiat para siswa disini tidak ada rasa kemanusiaan sama sekali.

"Memangnya kalian siapa?! Berani tertawa diatas penderitaan orang lain. Apakah kalian pernah merasakan menjadi dirinya, sampai mulut kalian ingin mendapatkan murka Tuhan!" Suara sedikit keras dengan pandangan mata tak akan mau memaafkan mereka semua di ruangan ini. Yoongi tidak peduli ada berapa banyak orang akan menjadi temannya, dia lebih peduli berapa banyak sikap moral mereka yang berada disini. Lebih anehnya guru juga diam seolah kebodohan semakin merajalela. Ketika Yoongi mengatakan demikian membuat mereka bersuara diam, masih ada bisik-bisik disini.

"Hei Yoongi, sadarlah sebenarnya kau membuat malu ayahmu. Lihat dia ada di depan sana dan kau malah bermesraan dengan manusia hyper seks seperti dia. Ayahmu pasti kecewa berat denganmu!" Seorang gadis sok tahu dengan pandangan matanya tak santai ke arah mereka. Sementara seorang gubernur begitu bangga tersenyum ketika ada potensi anak muda yang membela namanya. Yoongi mendecih diantara sikap tak pedulinya dia merangkul tubuh Taehyung dengan akrab juga sayang.

"Katakan padaku, apakah hal seperti ini kau anggap kami mesra. Apakah tidak boleh jika seorang sahabat atau kawan akrab seperti ini, katakan padaku apa yang salah dalam hubungan pertemanan. Apakah kami terlihat sangat intim di depan kalian hanya karena kami sama-sama laki-laki." Taehyung tidak akan menduga bagaimana kepalanya di acak dengan sayang dan begitu pedulinya Yoongi pada dirinya. Dia mendengar bagaimana suara itu seperti menguji semuanya. "Kalian tidak tahu bagaimana hubunganku dengan ayah. Aku begini sayang pada Taehyung karena dia adik kesayanganku, apakah kalian iri padanya karena aku menyayanginya lebih dari mantanku sendiri?" Persoalan ini membuat otak mereka menyadari sesuatu.

Bagaimana Yoongi mengatakan dengan santai jelas bahwa sebenarnya mereka tidak ada urusannya akan sesuatu. Taehyung semakin gemetar dan Yoongi mencoba untuk membawa dia kesana, di salah satu panggung pertunjukan tempat dimana sang ayah juga memijak kakinya disana. Meski bertemu dalam satu tempat bukan berarti mereka akan akur, hubungan ayah dan anak seperti dirinya lah terburuk dari pada lainnya.

Pada saat yang sama Namjoon mengangguk, dia bisa memastikan bahwa memperlakukan keadilan seperti ini akan berhasil. Kini Taehyung berada di atas panggung, menemukan dirinya sendiri di antara mereka. Seorang pria gubenur disana mendengus dengan tidak suka, menatap sang anak dalam naungan emosinya. "Min Yoongi, akankah kau ingin mempermalukan ayah. Beraninya kau datang bersama namja gay seperti dia." Tunjuk tajam lupa daratan. Suaranya keras sampai mic pun bersua, suara menggema di luar mungkin saja. Membuat tubuh seseorang bergetar dengan kedua mata terpejam minta maaf.

Yoongi menggeleng saat dia melihat wajah Taehyung memelas seperti tidak mampu melakukan semua. "Taehyung jangan pikirkan nasibku, pikirkan nasibmu. Kau masih punya kesempatan." Dia memaksa dan tubuh itu hanya bisa bergetar, dia merasa sesak. Trauma berat dengan perkembangan otak tak senonoh semakin menghantui. Namjoon melihat dari kejauhan bagaimana Jae Bum dan Han Chol seperti membicarakan sesuatu.

Dalam sekejap dia mengubah posisinya di belakang sana, anggap saja dia akan menghalangi tingkah keduanya. Entah kemana hal itu membuat Seokjin menyadari bahwa Namjoon sudah pergi dari tempatnya. "Ya ampun seharusnya dia mengatakan padaku kemana dia pergi. Oh iya, aku harus menghubungkan sesuatu." Gerakan cepat dengan membuka ponsel pintarnya, dia meminjam benda itu pada seorang adik kelas yang merupakan anak dari supirnya. Hoseok sedikit aneh ketika melihat salah seorang guru keluar dari sana dengan wajah ketakutan juga sikap anehnya. Bukan dia menuduh sembarang, sejak dia masuk ke sini memang sudah lama dia tidak nyaman dengan guru penjaskes tersebut.

Langkah kakinya lantas menyusul, jika saja dia tidak nekat bukan berarti dia akan gagal. Selama ini kecurigaannya jatuh padanya, semua sedang sibuk tidak akan ada yang tahu kalau dia juga keluar. Seorang kepala sekolah juga seperti ingin pergi tapi wakilnya menahan, "tidak baik bagi anda meninggalkan situasi genting seperti ini." Bisik nya pelan antara nyaman dan tidak dengan keadaan yang gaduh dan ricuh.

Yoongi dan sang ayah masih berdebat, keduanya seperti tidak mau mengalah satu sama lain. Taehyung merasa ini bukan waktunya dia berdiam diri seperti manusia bego. Sedikit bergetar tangannya dan berjalan mendekat ke arah Yoongi untuk mencari keyakinan lebih dalam. "Bukannya aku lancang tapi aku bukan gay. Aku masih normal dengan menyukai para gadis, bahkan aku menganggap Yoongi sebagai teman kelas dan sahabat." Taehyung meninggikan suaranya, dia muncul akan keberanian. Semua disana mendengar meski wajah tak percaya itu ada. Beberapa diantaranya menganggap bahwa itu hanya perumpamaan seperti sebuah alasan."Kim Taehyung beraninya kau meninggikan suaramu di depan gubernur, apakah kau tidak tahu kalau dia sudah membangun sekolah kira menjadi terbaik."

Seorang guru maju dengan memarahinya, seolah semua itu salah dan tidak boleh menggunakan haknya. Begitu muak nya Yoongi sampai dia menggenggam tangan Taehyung erat. "Lanjutkan Taehyung, katakan pada mereka siapa dirimu sebenarnya."  Ujaran menunjang rasa percaya diri yang tinggi. Keberanian semakin bangkit dan Taehyung menelan ludahnya dengan memejamkan kedua matanya. Tangan kanannya bergerak, dia menatap seseorang disana dengan pandangan mata tak terima tapi mampu. Semua menyingkir dan melihat dimana letak tunjuk nya jemari itu. "Semua ini terjadi padaku karena orang itu. Aku menjadi korban skandal akibat orang yang sama, dia dan lainnya. Ah bukan, semua yang menjadi penjahat sudah membuatku seperti ini." Jatuh tanpa diminta dan suaranya sedikit bergetar pada kerongkongannya.

Meski tatapan mata itu ada kata mengancam disana bukan berarti Taehyung patuh sekarang. Namjoon dalam hatinya berharap segera dikatakan karena merasa gemas sendiri. Nafas Taehyung tercekat lalu dia menariknya dalam, oksigen sudah terkumpul dan dia...

"IM JAE BUM DAN PARK HAN CHOL, MEREKA YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB UNTUK SEMUANYA!"

Akhirnya dalam sekejap juga suara kerasnya Taehyung bisa mengatakannya. Semua siswa disana jatuh fokus pada seseorang yang berdiri berdua bersandingan dengan kedua mata seolah bingung tidak menduga. Para pasang mata penuh kejutan, para guru yang memasang wajah tidak terduga juga Taehyung yang bergumam kasar. Selalu saja benar dalam tebakannya. Bukan hanya itu saja ketika Kim Tae hendak lari dari zona itu membuat Namjoon menahannya.

"Mau kemana kau? Jangan harap bisa lari setelah semua tingkah laku kalian." Namjoon bukan sok jadi pahlawan, kini dia mengetahui kebenaran dan di depan semua orang sang korban sudah mengatakannya. "Kenapa kau melakukan hal ini, aku tidak tahu dan tidak ada sangkut pautnya denganku!" Dia ketakutan, suaranya menderu tidak mempan. Jae Bum berkata kasar setelah dia menyaksikan ini semua. Sudah ada berani yang membangkangnya.

"Bajingan dia, apakah dia lupa siapa yang sudah membantunya." Han Chol bersua tapi dalam ungkapan lirih. Sementara Jae Bum mengedarkan pandangannya dan mengulas senyum menggampangkan segala sesuatu dengan mudah. Dia menepuk seragamnya yang kotor akibat sedikit debu di sekitarnya. "Bukti apa kau mengatakan padaku soal itu, sialan! Aku tidak terima karena kau mencoreng namaku. Apakah kau mabuk atau memang kurang kerjaan saat menuduhku begitu." Dirinya adu tatap dengan Yoongi, merasa bahwa orang lain sudah ikut campur hingga berani seperti ini.

"Aku tidak menuduh aku mengatakan hal sesungguhnya pada semua. Karena kau hidup dan masa depanku hancur. Jae Bum, aku tidak rela jika kau bebas begitu saja!" Taehyung di tampar keras oleh seseorang. Mendadak seorang wanita datang dan dia adalah wanita yang selama ini merawatnya sejak kecil. Siapa yang menyangka jika dia datang menjadi tamu setelah gubenur, dia baru masuk dan ucapan Taehyung membuat wanita itu terbelalak di depan pintu.

"Beraninya kau mengatakan seperti itu pada anakku. Kau sudah membuat namanya buruk dan aku tidak terima!" Kemarahan seorang ibu adalah hal paling tidak diinginkan oleh seorang anak. Entah kenapa wanita itu mengingatkan dirinya akan sosok ibunya yang saat itu murka. Tangan itu diam menyentuh pipinya dengan pandangan kaku, lebih parah lagi dia kumat dengan trauma yang melintas dalam benaknya. Yoongi langsung membantunya tapi sang ayah mencekal tangannya hingga tubuh Taehyung ambruk lagi dengan bersimpuh kosong.

"Apa yang ayah lakukan! Lepaskan aku, aku ingin membantu Taehyung!" Suara itu diam ketika tamparan keras terdengar. Wajah memerah dengan rasa sakit nyata, tenaga tak main dari seorang ayah durjana. Semua ini menjadi penampilan fisik yang menakutkan. Sejujurnya tidak pantas hal seperti ini dilihat oleh para publik, mereka yang bobrok mana bisa mengerti. Hanya beberapa yang waras saja memilih untuk tidak ikut campur dalam urusan ini. Bagi mereka masalah antara kaum kaya dengan kaum melarat tidak akan sampai, mereka yang pergi hanya percaya bahwa Taehyung salah dan Jae Bum benar.

Makin kesini makin parah dengan wanita itu yang mencoba memukul Taehyung hingga terdorong sudah. "Aku tidak akan MEMAAFKANMU, aku akan membawa namamu ke pengadilan. Jae Bum tidak bersalah dia tidak bersalah!" Rontak nya kuat sementara sang anak tersenyum senang karena ibunya datang membela. Yoongi mencoba mengatasi ambisi ayahnya dalam mencegah dirinya keras kepala, tapi semua itu tidak berlangsung lama ketika seseorang datang dengan lainnya.

"Siapa bilang kalau anak anda tidak salah?" Dia adalah Jimin, datang dengan salah satu berkas penting di tangannya. Sebuah amplop dan Jungkook juga ada disana. Membuat kawannya lega, termasuk Seokjin yang sudah percaya dan yakin bahwa kedatangan mereka akan sesuatu bisa diandalkan. Jimin datang dengan cepat berada di sisi Taehyung, tangan munggilnya membantu sang kawan untuk berdiri. "Taehyung kau tak apa, maafkan aku dan lainnya. Tapi saatnya untuk dirimu tidak takut." Janji sebuah ungkapan, ada anggukan disana bagaikan manusia terselamat oleh malaikat. Merasa kasihan juga karena selama ini Taehyung masih saja dianggap salah hanya karena bilang atas pembelaannya.

"Paling tidak kau sudah mengatakan semua. Dan anda nyonya Im, tapi aku tidak setuju atas tindakan anda membela anak yang salah. Aku tahu kalau anda sayang anak anda, sama seperti ibuku yang akan marah jika mendapatkan tuduhan dari siapapun. Tapi disini temanku mengatakan sebuah kebenaran, dia jujur. Dia korban dan tidak seperti lainnya yang kaya hingga mampu menyewa pengacara untuk membantunya. Dia tidak seperti itu nyonya." Terucap dengan tegas, manik mata seolah dia memusatkan wanita itu pada satu titik hitam yang sama. Berharap dia mencoba merenungkan apa kesalahan putranya, karena banyak yang bilang kesalahan anak berasal dari orang tuanya.

Jimin menghalangi wanita itu menatap mata tajam ke arah pemuda di belakangnya. Dia menahan tangan itu agar tidak melakukan tindakan kekerasan, semua murid masih disana dan ini membuat hatinya miris. Dia menarik nafas dan tidak peduli akan asrama yang menghantui dirinya. "Aku sedih dengan keadaan sekolah, kalian juga semua disini. Lalu anda? Apakah anda mau mendengarkan pernyataan Taehyung? Kenapa tidak terima kalau anak anda salah. Lihatlah keadaannya dia lebih buruk akibatnya, kami semua membantu aku dan teman lainnya. Kami tidak akan diam karena kami tahu bahwa Im Jae Bum bersalah." Tak ampun baginya karena dia bebas memberikan tatapan kebencian pada teman sekelasnya di belakang sana.

Wanita itu seperti memikirkan sesuatu, lalu Yoongi langsung memberikan perintah. "Tunjukan pada lainnya Jungkook, apa yang kau dapatkan." Dia juga memberikan tatapan tajam, jujur Yoongi malu dengan sikap ayahnya yang membela orang salah. Disini dia tidak mau menjadi bonekanya, politik sudah membuat otaknya dangkal. Jungkook menatap tak suka ke arah Jae Bum dan ibunya, dia membawa salah satu VCD yang dia dapatkan dengan susah payah. "Aku tidak sekedar meminta tapi cukup mahal untuk membeli pada seorang pelanggan darimu. Kalian semua sekarang lihat siapa yang salah sebenarnya." Dia lanjutkan dengan meneken salah satu tombol pemasang kaset berbentuk bundaran itu.

Namjoon melihat bagaimana kedua orang disana diam dalam tatapan cukup berbeda. Dirinya menyunggingkan senyum saat melihat bagaimana Jae Bum juga Gan Chol seperti orang bodoh, sementara Kim Tae menunduk takut dan bingung karena Hoseok menahan dirinya untuk tidak keluar dari batasan ini. "Kenapa kau terlihat takut, kau pasti tahu sesuatu bukan? Jika memang kau tidak salah seharusnya kau tenang." Kali ini Hoseok yang berbicara, dia sendiri menaruh curiga pada satu orang itu. Tangannya juga menahan bagian seragam belakang pemuda itu sampai membuat Kim Tae memberontak, tingkah ulahnya diam ketika kedua mata tajam Jae Bum melihat tidak terima padanya.

"Sial, aku terjebak karena dia." Dia bergumam tidak terima. Merasa lelah dan kalut karena suasana di dalam ruangan itu cukup panas sekarang. Semua yang ada disana langsung tercekat ketika sebuah video sudah di putar di salah satu layar LCD disana. Pemutaran disana berlangsung, gambar seseorang yang tertawa pada sebuah gudang sekolah. Jungkook merasa bahwa bukti yang dia bawa sudah cukup, ada pertunjukan dimana Taehyung dipaksa untuk melakukan hubungan seks dengan seorang pria. Mengejutkannya pria itu adalah guru dalam sekolah ini, ada juga video kedua dimana hal itu terjadi di salah satu kamar tempat tinggal Taehyung. Secara bersamaan ada seseorang datang dengan kaki berhentinya ketika mendapati video disana.

Dia adalah sang ibu dengan seorang pemuda yang datang dengan mimik wajah emosinya. Sang adik mengalami pelecehan seksual dari seorang pria juga seorang siswa yang memang ada disana. Taehyung tidak mau melihat itu semua, hal itu adalah trauma terbesar dalam hidup. Bukan hanya itu saja Jungkook juga mempercepat saat ada di bagian ketika Jae Bum merekam dirinya sendiri. Memamerkan uang hasil penjualan video yang sudah dia rekam secara eksklusif dari Taehyung yang sudah dipaksa. "Taehyung kau tidak apa, aku disini. Kami juga disini jangan takut oke. Tarik nafas dan buang nafas pelan, aku tahu ini menakutkan tapi sekarang kau aman." Dia memeluk tubuh itu sayang, entah kenapa dirinya seperti seorang kakak.

Semakin lama semakin diputar, di lompat secara sengaja sampai nampak gambaran Han Chol yang ikut andil juga. Sama bejatnya dengan Jae Bum.

Semua yang disana melihat dengan penuh fokus, mendengar dan melihat bagaimana Jae Bum tertawa terpingkal sembari menunjukkan jumlah rekeningnya yang masuk.

"Aku mendapatkan tambahan uang baru dari kepala sekolah. Daebak, aku mendapatkan double karena dia memesan Kim Taehyung. Aku tidak akan sebut nama beliau dan bekerja dimana dia, tapi yang jelas dia sudah mengenal aku cukup lama. Dia meminta untuk memasukkan Taehyung dalam sebuah hotel dan menjadi hidangan makanan. Aku jamin kalian suka dengan jarinya yang lentik, jika kalian berminat kalian bisa membuat janji." Dia duduk dengan santai dan memutar dua kali kursi kerjanya. Dia merekam dirinya sendiri di dalam kamar, sengaja dibuat untuk menjadi iklan pada jasa berikutnya. Seokjin mengatakan kasar pada si perekam disana.

"Bajingan kau Jae Bum! Kau juga keparat Park Han Chol!" Wajar karena keluarga kandung si korban juga mengatakan hal sama dalam hati mereka. Seolah Seokjin mewakili semua perasaan mereka termasuk sang kakak, tangannya sudah gatal untuk bisa membogem pemuda disana. Jungkook mempercepat bagian penting. Dimana ada gambar Taehyung yang di jejal mulutnya dengan uang. Beberapa uang juga di lempar ke arahnya. Seperti menjatuhkan harga dirinya dengan sadis, apalagi Jae Bum juga tertawa keras. "Ini uang yang banyak. Aku memberikannya karena kau sudah bekerja dengan baik, ah sial! Banyak yang suka memesan dirimu!"

Jae Bum melepaskan kacamata milik Taehyung dan menjambak rambut itu ke belakang dengan keras. Membuat si pemuda malang itu meminta ampun dengan kedua mata terpejam menahan sakit meringis. Mereka berdua seperti biasa meludah ke arahnya tak peduli, seorang ibu bergetar tak kuasa ketika melihat anaknya mendapatkan sikap seperti itu. Jackson semakin emosi saja tapi dia menahannya akibat Seokjin menahan tangan itu. "Jika kau lakukan kericuhan maka semua akan kacau." Dia ingin orang menyaksikan betapa kejamnya Jae Bum.

"Tapi dia sudah melakukan hal buruk pada adikku!" Ungkapnya tidak terima lalu melepaskan tangan itu agar tidak menahannya lagi. Seokjin paham, dia juga punya adik sepupu meski perempuan. Dia juga pasti akan marah jika ada di dalam posisi Jackson. Jungkook mempercepat sedikit dan memberi tatapan kau kalah pada Jae Bum. Semua tercekat saat Jae Bum membuang tumpahan spermanya ke arah Taehyung sambil tertawa dengan keras, Han Chol paling parah karena dia juga menghajar wajah juga menggoreskan luka itu pada leher Taehyung hingga perih.

Taehyung menutup kedua telinganya dan berjongkok dengan kedua mata menjatuhkan air mata. Dia mendengar bagaimana suara dalam video itu berkata kasar sembari mentertawakan dirinya. "Kau bodoh! Sekarang kau bisa menyadari bukan kalau orang miskin sepertimu akan seperti ini jika mencari uang esoknya. Kau bilang kau pintar ya, atau kau suka menasihati diriku kalau aku salah. Sekarang lihat, banyak yang menonton dirimu dan menerima uang hasil kerjamu. Kau juga salah bego!" Dia hempaskan tubuh itu sampai membentur dinding, membuat bagian kepala Taehyung terluka.

Semua murid disana tercekat, juga sang ibu yang limbung dan oleng. Jackson juga Seokjin membantu wanita itu untuk berdiri dengan tatapan tak fokusnya. Berharap jika seorang ibu kuat, lantaran seorang anak akan kuat jika ibunya selalu setia membelanya. "Ibu kau tak apa? Ayo ibu duduk disana aku tidak mau terjadi hal buruk pada ibu." Hendak mengajaknya tapi mendapatkan gelengan penolakan dari ibunya.

Taehyung semakin gelisah dengan gemetar di tubuhnya, dia menggeleng tidak mau juga merutuk dirinya dalam hati. "AKU TIDAK MAU JANGAN SENTUH AKU AARGHHHH HIKKSSSS! TOLONG JANGAN SENTUH AKU, AKU TIDAK MAU AKU TIDAK MAU!" Suara Taehyung berteriak keras dengan dirinya seperti tersiksa. Semua siswa kini menjadi iba dan takut melihat pemuda itu menangis keras tidak karuan. Jimin langsung membantu Taehyung dengan mengusap punggungnya dibantu oleh Namjoon yang sigap membawa botol untuk Taehyung. Seorang ibu datang mendekati anak nya dia menangis ketika melihat Taehyung seperti itu.

Yoongi meminta agar Jungkook mematikan videonya dan menantang sang ayah untuk bicara sekarang. Dia tidak salah dalam membela seseorang, dia melihat Jae Bum dan Han Chol seperti mati kutu begitu juga guru lainnya yang kini terkejut dengan kebenaran bahwa ada guru mesum di sekolah mereka, bahkan kepala sekolah menjadi bahan tatapan mereka juga. Tidak disangka bahwa hal seperti ini akan terkuak dengan begitu banyak dalam satu hari. Mereka kini membela si korban ketimbang tersangka yang bersembunyi di balik batu. Bukan hanya itu saja Jae Bum seperti tidak mau mengakui kesalahannya sejak awal dan malah tersenyum polos kala itu. "Tak kusangka ini jauh lebih menyakitkan dari yang aku duga sekarang. Oh astaga kenapa kita harus bertemu dengan orang seperti itu."

Salah seorang gadis membulatkan matanya malas, mereka juga menganggap hal ini sebagai suatu perkara pembuktian yang kuat. Ada begitu banyak kata cemooh yang kini menghardik seorang Jae Bum, membuat pemuda itu tidak terima dan tertawa sumbang. Ini lucu karena selama ini tidak ada yang berani untuk melakukan hal ini padanya. "Jae Bum aku rasa kita akan di keluarkan dari sekolah ini, aku harus berkata apa pada ayahku nanti." Han Chol berbisik dengan pelan, merilik mata itu tidak terima sekarang. Jae Bum menarik kerah itu kasar, sekarang dia merasa kalau Han Chol yang dia anggap sebagai kawan hanya bisa menyalahkan dirinya padahal dia turut andil.

Jungkook terdiam disana dengan pandangan kosongnya.

Taehyung sampai menangis keras hingga kerongkongannya habis suara. Sang ibu memeluknya dan juga menangis keras. Mengusap kepalanya penuh sayang, menahan tubuhnya agar tidak memberontak takut. Kala nafas itu hampir hilang suara Jimin meminta agar Taehyung tidak lupa akan tekanan emosinya. Dia juga sedih melihat hal ini tapi sayangnya sulit menutup rasa sakit seorang Taehyung. "Tenang nak, ibu disini. Jangan lakukan apapun yang dapat membahayakan dirimu. Ibu disini Hem..." Makin lama makin menyedihkan, tak bohong jika kedua matanya meneteskan air mata.

Taehyung masih menangis ketakutan disana tubuhnya juga merasa lemas dan sakit secara otomatis. Sementara Yoongi dia berjalan mendekat pada seorang pemuda bajingan. Sebelum itu dia juga melihat seorang wanita yang berstatus sebagai seorang ibu siswa tak berperasaan disana. "Bibi, kau sudah melihat ada begitu banyak bukti. Satu siswa sudah kehilangan harga diri juga terancam rusak akan masa depannya. Sekarang anda lihat, apakah anda bisa membayangkan hancurnya keluarganya sekarang saat melihat salah satu bagian keluarganya malah seperti ini. Taehyung trauma dan dia meminta tolong atas ketidakadilan semua padanya, Jae Bum salah dan kau ingin membiarkan anakmu seperti itu?" Yoongi mencoba memberi pencerahan sekarang. Dia juga tidak mau menerima ujaran sang ayah dengan tangan terangkat.

Dia tidak bisa menerima hal ini akibat sang ayah masih buta akan kaum.

"Ayah kau masih buta akan kebenaran. Jika ayahnya Jae Bum adalah salah satu teman akrab dan satu politik dengan ayah bukan berarti ayah membela anaknya. Ini urusan ku dengan Jae Bum dan ayah tidak perlu ikut." Taehyung tidak ingin menjadi budak orang tua. Tangannya mengepal dengan dengusan marah. Saat ini dia membuktikan bahwa segala cita-cita dalam hidupnya dia tentukan sekarang. Apa yang dikatakan oleh Taehyung waktu itu sudah cukup membuat dia lebih baik dalam menentukan nasib hidupnya. "Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan? Anda tidak bisa menyembunyikan kebenaran dari semua publik, ada banyak saksi dan banyak siswa pastinya sudah memposting semua kejadian ini.

Yoongi santai dengan cara bicaranya yang enteng. Saat itu juga wanita itu melihat ada begitu banyak siswa sibuk dengan ponselnya, wajahnya juga takut tapi risau. Dia gagal dalam menangani masalah anaknya, apalagi dia sekarang tahu bahwa anaknya memang membuat masalah dan itu fatal. "Tidak mungkin Jae Bum melakukan itu, tidak mungkin ini pasti palsu!" Dia masih mengelak, dia juga menarik kerah baju Yoongi dengan keras. Dia membentak sampai kedua gendang telinga itu akan pecah. Tak dipungkiri bahwa Seokjin sekarang maju.

Tapi dia tidak jadi ber-argumen karena sekarang ada seorang guru wanita yang menjelaskannya. "Ibu Im, video yang diputar itu asli. Video itu bukan rekayasa, aku Yeong Yu Gyeom, aku guru ahli teknik komputer dan komunikasi. Aku pernah masuk dalam dinas kepolisian saat aku belajar dalam perkuliahan, aku bisa buktikan bahwa video ini asli. Maafkan aku ibu Im, tapi aku memanggil salah satu teman dari kepolisian ku untuk dapat  menangkap anak anda juga temannya atas kesalahannya." Tatapan itu jatuh ke arah wanita di depannya juga pada tiga pemuda yang sudah terjebak dalam sebuah permainan.

"Ini kesalahan kalian karena sudah membuat ulah. Membuat kerusuhan, mental dan publik. Kalian akan ditahan dan diberi hukuman, meskipun kalian menggunakan uang sebagai jaminan aku bisa pastikan semua itu gagal karena aku menghubungi orang yang tepat." Ucapnya tegas. Dia bahkan tidak mau menerima suap manakala wanita itu mengangguk memohon agar anaknya tidak ditangkap dari mata itu wanita itu siap menggunakan sogokan. Ternyata wanita itu terlihat tidak baik dari dalamnya, meski penampilannya terlihat wanita polos. "Jangan lakukan itu Bu, aku mohon tolong jangan bawa ke polisi kasihan anakku dia tidak tahu apa yang dia lakukan." Memohon dan meminta hingga mengikuti langkah kaki wanita itu dari belakang.

Ada yang tidak terima hingga suara lain membuat suasana kini tegang. Semua siswa sudah keluar akibat seorang guru meminta mereka untuk bubar dari dalam ruangan. Meski Jungkook tidak suka dengan sikap guru itu yang seakan tidak terima dan menutup masalahnya, tapi di sisi lain dia lega karena mereka yang keluar sudah percaya dan membuat keputusan untuk menyebarkan sebuah fakta kebenaran. "Tuhan semoga kau bisa membantu kami atas kebenaran ini." Doanya dalam hati.

"WANITA APA KAU! KAU MEMINTA AGAR ANAKMU TIDAK DI PENJARA TAPI KAU SENDIRI TIDAK MELIHAT ANAKKU KORBAN! ANAKMU SALAH, IBU MACAM APA KAU?!"

Teriaknya dengan keras. Dia juga tidak bisa menerima hal ini, meski dia merasa penjara tidak cukup bagus untuk dia yang sudah melakukan kesalahan besar pada anaknya. Mendengar bahwa seorang guru mengambil tindakan tanpa perintah membuat Jimin dan lainnya juga senang mendengarnya. Yoongi mendekat ke arah Taehyung dan memeluk pemuda itu menggantikan posisi ibunya yang kini berdebat dengan ibu lainnya. "Tolong keluarkan aku dari rasa sakit ini, aku takut dengan semua hikksss..." Bohong kalau dia kuat, dia sekarang lemah.

"Aku meminta agar anakku mendapatkan keringanan. Dia masih di bawah umur dan tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang. Aku minta maaf atas sikap anakku tapi jangan bawa dia ke kantor polisi aku mohon." Kedua tangan memberi ampun dan minta maaf. Kedua matanya menangis sembab, dia sendiri juga tidak mau menerima maaf atas nama anaknya. Ada masa depan sudah di pertaruhkan disini. "Jangan berharap aku akan memberi ampun, anakmu sudah besar dia tahu mana yang salah dan mana yang tidak. Aku tidak terima atas anakmu!" Sekarang pun suasana menjadi ramai. Kedua wanita itu berdebat tidak mau kalah satu sama lain.

Seokjin menahan agar Han Chol tidak lari dan Namjoon menahan gerakan Jae Bum yang berusaha untuk melarikan diri. "Kalian para keparat tidak akan lari!" Ungkapnya tajam setelah itu Hoseok juga menjegal Kim Tae dengan keras sampai dia jatuh tengkurap. Tangan itu menahan baju si kunyuk itu tidak pergi. Sekali menghajar kuat sampai terjungkal ke belakang, saat itu juga para guru disana mencoba untuk melerai Hoseok yang bisa membabi-buta lantaran Kim Tae hampir pingsan karenanya. Namjoon juga membuat keputusan untuk melerai Jae Bum yang berusaha menghajar Hosoek akibat penyerangan pada temannya.

Suasana semakin kisruh saja dan Taehyung menggeleng kuat tidak suka dengan keadaan sekarang. Suara para orang semakin bising di tambah lagi dengan Jackson yang langsung menghajar seseorang. Dia adalah Jae Bum yang menjadi tersangka utama dalam pembuatan video adiknya itu. "Tolong hentikan ini semua menakutkan, tolong hentikan semua ini hikkkss..." Suaranya mendayu dan hampir hilang di satu sisi dia melihat bagiamana kakaknya mengamuk disana. Jimin melihat bahwa rencana nya sedikit melenceng dan membuat keadaan Taehyung semakin parah.

"BAJINGAN AKU TIDAK AKAN MEAAFKANMU! YANG KAU LAKUKAN PADA ADIKKU TIDAK AKAN AKU MAAFKAN!" Tendangan itu ada membuat dada seseorang merasa sakit, Jackson sudah hidup lama di ibukota jadi wajar dia bisa hidup seperti seorang berandal yang telak. Melihat anaknya mendapatkan serangan demikian membuat seorang ibu mendorong wanita di depannya hingga jatuh, ditolong oleh seorang guru yang ada di dekatnya. Ibu Im menyusul putranya yang telah ditindih dan di hajar habis oleh anak dari wanita tadi. "Jangan hajar anakku!" Bentaknya dalam tangis.

Sementara Jae Bum mencoba bangun dalam keadaan wajah babak belur, tapi sudah di tahan langsung oleh wanita di belakangnya dalam pelukan dia menahan sang anak. "Sudah nak jangan geluti dia, jangan lakukan ini nak sudah cukup! Aku tidak ingin kau terluka Jae Bum." Dalam tangis seorang ibu dia meminta agar anaknya tidak melakukan hal membahayakan lagi dia menahan tubuh sang anak agar tidak melakukan kesalahan lagi. Beberapa kali sang anak memberontak menanggapi tantangan Jackson yang terus melepaskan diri dari cengkraman dua guru yang menahan tubuhnya agar tidak lolos dan lari.

"AKU TIDAK AKAN MENGAMPUNI MU BIADAB! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU! BAJINGAN, UNTUK APA KAU MELAKUKAN HAL ITU PADA ADIKKU TAEHYUNG! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU!" Suara dalam bentakan. Seorang kakak tidak terima dengan hal itu. Dia melepaskan tapi gagal sementara Hae Bum dengan santainya mengatakan sesuatu dengan santai. "ADIKMU SUNGGUH JALANG, DIA JALANG DAN AKU PASTIKAN DIA ADA DI POSISINYA!"

PLAAKKKK!

Begitu keras suaranya sampai tubuh itu tertegun akibat rasa sakit pada pipi kanannya. Warna merah bekas telapak tangan dari seorang yang menjadi wanita telah melahirkannya. "Pernahkah ibu mengajarimu akan hal ini?" Dia menatap sang anak penuh kecewa, dia meminta keringanan agar sang anak tidak rusak masa depannya. Dia tidak ingin hidup Jae Bum seperti ayahnya. Tapi saat semua tertegun akibat wanita yang sudah memberikan kebijakannya, semua mata memandang hal itu. Yoongi masih menatap nyalang pada ayahnya yang hampir menampar dirinya dan Taehyung sesenggukan di dalam pelukan Jimin dalam keadaan kacau dan trauma nya.

Diam, semua seperti kehilangan rasa canggungnya. Kim Tae bisa lari keluar dari ruangan, akan tetapi kedua guru di dalam ruangan disana langsung mengejarnya.

Lalu Han Chol? Dia justru di tekuk oleh Namjoon tepat pada lehernya dengan menggunakan lengan tangannya.

"Kenapa ibu melakukan ini?" Jae Bum merasa tidak percaya dengan yang dia lihat sekarang. Seorang wanita menggeleng dengan mata sembab dan kacau hatinya, sang anak harusnya sadar tapi kenapa begitu sulit untuk dia menyadari semua itu. "Ibu kecewa padamu nak, kata-katamu kasar, sikap mu buruk. Bagaimana bisa ibu menjelaskan pada ayahmu. Dia buka ayah kandungmu tapi dia sayang padamu, dia juga membuat hidup kita lebih baik dari sebelumnya. Sudah cukup atas sikapmu. Kau sudah hancurkan seseorang!" Dia memukul pelan dada anaknya dengan sesekali kedua tangannya mengguncang tubuh itu agar segera sadar dari tindakannya.

Sang ibu langsung menampar kembali anaknya saking kesalnya. Dia akhirnya menangis memeluk tubuh sang putra yang terdiam dengan mata tidak percaya. Jujur hatinya juga merasa sakit saat melihat ibunya menangis demikian. Dia diam dalam keadaan lemas dan melihat sekitar, sadar sekarang bahwa dia menjadi tontonan sekarang. "Ibu jangan menangis Bu." Pelannya meminta, dia tidak suka melihat wanita yang dia sayang sedih seperti ini. Berusaha memeluk tapi canggung, nampak dari kedua tangannya. Merasa bahwa sekarang ini ibunya hancur karena kelakuan dirinya. Semua yang ada di dalam sana memandang benci ke arahnya juga temannya, brengsek memang.

Taehyung bahkan pingsan ketika dia tidak kuasa mendengar dan ingatan dalam otaknya terlintas. Membuat seorang Jimin langsung berteriak dengan keras meminta tolong. "Kak Jin, Yoongi bagaimana ini Taehyung pingsan! Taehyung tolong buka matamu jangan seperti ini Taehyung, hey Taehyung." Menepuk pipinya dan membuat seorang wanita langsung panik serta mendekat. Seorang kakak langsung melepaskan kedua tangan dengan paksa dan ikut menghampiri adiknya. Jackson lantas mengangkat tubuh adiknya dengan tak kuasa menahan panik.

"Ibu aku akan bawa Taehyung ke rumah sakit, kau teman adikku. Bantu aku, bawa aku ke rumah sakit yang dekat dengan sini. Aku tidak hafal daerah ini." Dengan senang hati Jimin mengangguk mau, dia juga tidak bisa meninggalkan Taehyung begitu saja. Ini sebagian dari tanggung jawabnya karena sudah memaksa Taehyung berhadapan dalam zona yang dianggap menakutkan ini. Semua menjadi panik, beberapa teman lainnya seperti Seokjin juga ikut untuk meminjamkan mobilnya.

"Aku akan keluarkan mobil dari parkiran, kau bisa menyetir bukan?" Langsung di jawab anggukan oleh Jackson. Sementara sang ibu menetapkan dirinya masih disana untuk melihat pemuda itu dengan wajah garang. Ibu Im melepaskan pelukannya dan menatap wanita di depannya dengan wajah memelas. "Aku meminta ampunan padamu, aku ingin anakku bahagia. Maafkan dia, aku tidak tahu kalau dia sudah bertindak sejauh ini. Aku menyayanginya makanya aku tidak mau membuat dia masuk penjara." Sembari memohon dengan kedua tangannya, kedua kaki menyentuh lantai seperti orang berlutut. Dia meminta dengan sangat sebuah keringanan darinya, sebuah kenyataan bahwa dia bertindak egois sekarang. Yoongi memutar bola matanya malas, sang ayah mendapatkan sebuah panggilan telefon.

"Setelah ini aku akan memberimu sidang Min Yoongi." Ungkapnya dengan tegas. Yoongi tidak masalah tapi dia selalu berkata menang soal perihal ini jika dia masih saja melihat wajah sombong Im Jae Bum. Semua pergi dan kini keduanya seperti menangis, dua wanita yang bertolak belakang dengan keadaan. Salah seorang yang anaknya menjadi tersangka, dan satu lagi sang anak menjadi korban. Dimana potensinya lebih besar karena sebuah masa depan sulit sekali untuk di sembuhkan. "Bibi, sebaiknya kita ke rumah sakit." Ajak Yoongi karena dia sudah malas untuk belajar pada sekolah yang bobrok ini.

Melihat ke arah para guru yang terdiam dalam hal ini. Semua sudah melihat bukti nyata dan tak bisa mengelak. Tak lama suara langkah kaki terdengar dari luar, mereka petugas dengan seragamnya. Mereka adalah orang yang datang karena sebuah panggilan penting, bertemu dengan seorang guru wanita. "Kalian tangkap dan buat hukuman untuk mereka. Sekarang korban berada di rumah sakit." Dia mengatakan hal itu, juga memberikan bukti baru.

Foto dan flashdisk berisi video.

"Aku sudah mendapatkan sisa bukti baru. Kepala sekolah dan Jung Go Kang guru penjaskes, keduanya membuat korban baru para siswa di sekolah. Mereka adalah korban pelecehan, tangkap keduanya dan penyelidikan ini akan segera selesai." Dia memakai topi polisinya, dia merangkap menjadi polisi juga guru sekarang. Membawa satu senjata dan dia sembunyikan di balik kantung celananya. Hoseok menjatuhkan tubuh Han Chol setelah Namjoon merasa malas memegang kerah baju seorang tersangka yang buruk.

Lalu Jae Bum dia berusaha lari tapi Yoongi menjegalnya dan membuat pemuda itu hendak memberikan tendangan keras ke arahnya. Semua itu gagal karena Jungkook telah menghalangi serangan Yoongi dengan kakinya juga. Jae Bum kalah tenaga karena pada dasarnya kedua kakinya sudah lemas. Para polisi sudah meringkus anak muda seperti mereka, mengejar sisa penjahat yang masih ada di sekolah itu. Semua menontonnya dari mata para siswa di sekitar, ada juga yang melihatnya dari jendela sekolah dengan pandangan tidak percaya mereka. Semua melihat bagaimana pelaku sesungguhnya telah di tangkap sekarang.

Menjadi tontonan para manusia di sana membuat semua menjadi memalukan sekarang.

Jae Bum mengumpat pada semua orang ketika dia mendapati pandangan tak suka mereka. Dia bahkan melolong seolah mengatakan bahwa dia akan bebas dari sebuah tahanan, dia punya banyak uang dengan kedua orang tua penuh jabatan juga. Dia tidak masalah dikurung beberapa hari, karena dia tahu bahwa ayahnya akan membelanya. Semua itu akan berakhir begitu juga dengan Taehyung yang sudah keluar dari sekolah ini.

Menjijikan sekali saat pemuda disana bisa menang atas semua, sementara guru disana langsung di tangkap begitu dia terjebak dan gagal lolos dari kejaran polisi. Mereka sudah mengepung tempat, tak seperti kepala sekolah yang keluar dengan pemberontakan keras sampai beberapa pasang mata memperhatikannya.

"Bawa aku dengan tenang, aku tidak akan melawan. Lagipula aku sudah cukup untuk pensiun." Dia membuang rokoknya di tong sampah. Mengangkat kedua tangannya, dia akan menerima hukuman sesuai hukum negara. Karena dia tahu bahwa kecanduan pun tidak akan hilang walau dia dipenjara lama sekalipun.

"Kau akan membayar cukup besar untuk semua dosa yang kau lakukan!" Ucapnya dengan kedua tangan langsung di kaitkan dengan kuat pada sebuah borgol. Kedua polisi itu membawanya keluar jalur dari sekolah, atas kasus ini akan menjadi perkara jika seorang korban dan beberapa korban sudah siap untuk membawa mereka ke meja hijau. Yoongi melihat bagaimana semua ini berakhir di depan pintu keluar aula, di sisinya ada Namjoon, Hoseok dan Jungkook.

"Yoongi tapi kau akan di bawa keluar negeri setelah ini. Bagaimana bisa kami akan kehilangan kau sementara dan kau sudah mengajukan pengunduran dari sekolah ini." Namjoon tahu dan dia sedih, dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini ceritanya. Anehnya Yoongi hanya mengangguk dengan senyuman seperti tak ada kecewa, "aku tidak butuh sekolah bobrok. Aku butuh sekolah yang lebih baik dari ini." Kedua tangan itu dia usap sebagai perasaan bahwa dia cukup pegal sekarang.

"Lalu apakah Taehyung tahu? Kita semua tahu bahwa kau akan pergi ke Jepang. Demi impianmu, kau bisa meninggalkan kami. Tapi bagaimana kalau Taehyung menjadi sedih, apalagi kau dan ayah mu tidak akan saling akur lagi kemungkinan." Apa yang dia katakan Hoseok juga ada benarnya membuat Namjoon dan Jungkook diam. Keduanya juga tidak tega melihat Taehyung seperti itu, terlebih Seokjin, Namjoon juga Hoseok akan lulus tahun depan. Lalu Jimin dan Yoongi sudah tidak bisa ada disini, hanya Jungkook yang menjadi adik kelas tersisa yang dekat dengan Taehyung. Sekarang namanya Taehyung aman, tapi Jimin dan Yoongi tidak ada kemungkinan besar hidupnya akan sedih.

Semua bungkam, Yoongi rasa ini menyakitkan tapi dia sama sekali tidak ingin masa depan seseorang di pertaruhkan hanya karena egois ayahnya. Kemarin dia bertaruh, jika Yoongi bisa membuktikan bahwa Taehyung bukan gay dan tidak bersalah maka dia akan membebaskan Yoongi untuk mencapai impiannya, begitu juga membatalkan surat pengeluaran Taehyung dari sekolah. Sekarang sudah terbukti bahwa dia menang, tapi Yoongi juga tidak tahu kalau Jimin juga mengadakan pertarungan sama dengan kedua orang tuanya.

Jika Jimin benar maka orang tuanya berhak memberikan beasiswa pada Taehyung sampai dia lulus sarjana. Tidak lagi memanipulasi nilainya untuk orang lain yang notabene tidak pantas mendapatkan karena sebenarnya nilai adalah hasil jerih payah sendiri. Jimin akan ikut ke asrama karena keinginan sang ayah, meski hidupnya diatur setidaknya kedua orang tuanya ingin anaknya menjadi sukses dan bahagia kelak.

"Apakah kita harus mengatakan sebenarnya semua ini?" Hoseok merasa dia berat untuk menceritakan secara langsung. Tapi Yoongi langsung mengangguk karena dia tahu tak selamanya kebenaran di sembunyikan akan mampu menampungnya. Waktu terus berjalan dengan takdir yang sudah memutuskan segalanya. "Aku tahu Taehyung bukan teman yang manja, dia bisa melakukan semua sendiri, meski aku dan Jimin tidak menjadi satu kelas dengannya akan tetapi kalian masih ada disini. Terutama kau Jungkook, kau bisa belajar dengannya." Yoongi mengingatkan.

"Kau tahu aku sudah mulai menyukai cara Taehyung dalam ber-sosialisasi. Dia juga tidak akan kesepian kan ada aku pemuda tampan dan manis ini." Menepuk dadanya dengan bangga, sembari mengangkat sebelah alisnya senang. Hal itu membuat Namjoon langsung mengacak kedua pipi Jungkook gemas sampai pemuda kelinci itu meringis dan berseru tidak terima. "Dasar bocah kentang." Dan semua tertawa karena tingkah bodoh mereka. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dan disana ada nomor telefon tanpa nama.

"Halo, dengan siapa aku bicara." Mengingatkan pada temannya agar diam tanpa suara, dia rasa ada Jimin yang bicara disana. Benar saja, dia sengaja memberi kabar mengenai keadaan Taehyung sekarang.

"Apa? Kenapa bisa Taehyung kritis?"

Setelah itu semua seperti kehilangan suara, saat Yoongi mengatakan dengan suara tercekat nya. Kabar yang mereka dapatkan bahwa Taehyung mengalami luka tembak di bagian dadanya. Dan siapa pelakunya?

Padahal semua yang disana tahu bahwa tak ada seorang pun membawa pistol. Atau mungkin seseorang di rumah sakit, seorang penjahat yang kabur dari pengejaran polisi. Dimana posisinya Taehyung sempat sadar dan terkena peluru nyasar. Semua itu saja terlintas dalam pemikiran Jungkook di setiap terka nya.

.

"Ayah..."

Taehyung bisa berada di dekat seorang pria yang sudah menemaninya di kala kecil. Suka menggendong dia di atas pundaknya dan menceritakan legenda desa ketika dia tidur, apalagi saat memancing bersama. Semua itu adalah surga di masa kecil. Menaruh kepalanya di pundak dan mata itu seperti seseorang meminta belas kasih di tepi jalan.

Sungguh miris. Selama ini Taehyung hidup dalam perjuangan atas harga diri juga nama baik, lalu sekarang seseorang sudah merenggutnya secara perlahan hingga dia sampai di tempat ini. Dia merasa nyaman ketika tangan seseorang mengusap penuh sayang.

"Ayah, apakah aku sudah mati? Aku berada di sini, duduk bersama ayah." Dia melihat bagian tempat indah ini, ilalang di sebuah latar lapangan yang begitu luas. Selama ini dia anggap bahwa ayahnya tinggal di bintang bagai sebuah mimpi. "Ayah hanya tahu bahwa kau berada di tempat ayah, disini ayah selalu menikmati pemandangan. Maafkan ayah karena tidak bisa memberikan jawaban tepat untuk mu anakku." Saat itulah Taehyung mendongak melihat wajah teduh sang ayah penuh sayang.

Dia mengulas senyum dengan dua air mata jatuh dari kedua kelopak bawahnya. Sementara dia melihat dimana bagian dadanya yang tidak terluka akibat tembakan. Entah kenapa dia masih ingat, padahal ketika dia tahu kalau sebenarnya orang yang berada di suatu tempat bernama akhirat pasti orang tidak akan ingat dalam memorinya. "Kenapa bisa kau mendapatkan luka, apa yang memaksamu hingga terlanjut seperti itu?" Sang ayah hendak bertanya, dia sama sekali tidak marah. Disini cukup damai dengan kupu-kupu yang berterbangan di sekitar mereka. Menjaga lebih baik ketimbang memperbaiki suatu hal.

Taehyung terdiam dengan kedua mata mengedip beberapa matanya. Seakan dia tidak bisa menjelaskannya secara langsung, butuh waktu beberapa detik untuk dia memikirkan semua ini. Sampai akhirnya dia melihat telapak tangannya yang berwarna putih pucat.

"Aku menolong kak Jackson. Aku lihat pacarnya membawa senjata mengerikan di tangannya." Hanya itu yang dia katakan, tapi ayahnya hanya mengulas senyum dengan tipis disana. Dia melihat bagaimana seorang anak muda bisa menjalani hidupnya dengan baik melewati begitu banyak rintangan. Hadiah kecil ini mungkin tak seberapa, tapi kening seorang ayah langsung tertempel pada kening anaknya. Taehyung memerah pada kedua pipinya antara terkejut dan malu, dia sendiri membulatkan bibirnya berbentuk 'o' dan itu sangat lucu hingga sang ayah tertawa begitu dekat di wajahnya. Melihat hal itu tawa Taehyung juga menyusul membuat dia sendiri merasa bahagia dan lupa akan pertanyaan dalam otaknya.

"Aku bangga dengan mu anakku." Dia mengusap tengkuk kepala itu penuh sayang. Membuat Taehyung tidak apa-apa jika berada di tempat ini cukup lama. Padahal dia tidak tahu bahwa bisa saja seseorang sedih dalam keadaan kedua mata kosongnya. Bahkan nama dirinya dipanggil agar seseorang segera bangun. Bangun dari keadaan antara mati dan hidup.

.

Jimin jatuh dalam keadaan lemas, dia merasa bagaimana tubuhnya di guncang oleh teman-temannya yang sudah datang dalam keadaan panik. Di dalam sana para dokter sedang berjuang keras melakukan operasi, mereka yang ada di dalam sana mencongkel peluru timah panas di tubuhnya. Lalu disana seorang ibu datang menghampiri seorang wanita dan menamparnya dengan keras sampai merah. Dia murka, kemarahan seorang ibu sangat besar sampai semua pandangan mata sangat mengerikan.

"Wendy! Padahal selama ini aku percaya kalau kau wanita baik, aku pikir kau bersama anakku apa adanya. Sekarang aku sangat murka padamu, jika kau benci dengan Jackson dan aku kenapa harus putraku yang lain!" Teriaknya dengan kasar, tak peduli bagaimana seorang dokter mencoba untuk melerai wanita itu. Rasanya sangat mengganggu ketika pasien lain bangun karena keributan, lalu Jackson dia berdiri dengan pandangan mata penuh emosi.

Dia meminta penjelasan panjang mengenai sang kekasih yang mencoba untuk membunuh adiknya secara sengaja. Padahal Taehyung sudah mulai sadar dan siuman, dia bahkan mencoba untuk memeluk dirinya. Tapi di depan matanya dan di samping Jimin juga dia jatuh ke belakang dengan darah keluar dari dadanya. Menyiprat di beberapa bagian tubuh lainnya, seperti Jimin yang sekarang menyentuh darahnya.

Dia disana dan tidak bisa bicara seperti kehilangan suara. Wendy mengelak dan mencoba untuk melepaskan cekalan Seokjin yang sudah membuang pistol itu ke lantai. Dengan cepat dia menginjak benda itu sampai hancur menjadi kepingan. Jackson segera menarik tangan wanita itu kasar, "ikut denganku Wendy! Kau sudah membuat adikku terluka. Kenapa sikapmu seperti jalang yang jahat hah!" Ucapnya dengan tegas sampai telinganya berdengung.

Yoongi langsung mengelap telapak tangan itu dengan cepat, Jimin bergetar pada tubuhnya. Kedua mata itu semakin lama semakin kosong, apalagi saat dia melihat bagaimana Taehyung menjadi korban. Namjoon dan Jungkook melihat bagaimana Taehyung di dalam sana dari kaca pintu. Lalu Hoseok, dia mengambil obat milik Jimin di salah satu mobil milik Seokjin. Jimin berteriak dengan suara menahan tangis, "Tae-Taehyung.... Taehyung... Hikkss, Yoongi Taehyung dia... Dia-" Langsung pingsan, dia seperti mendapatkan trauma dari darah. Entah kenapa phobia nya tidak hilang. Hingga Yoongi langsung meminta bantuan para medis disana.

Kacau balau.

Begitu banyak musuh menampakkan diri dan melayangkan serangan. Untuk apa mereka membuat perkara, tentu saja untuk melakukan balas dendam. Entah dalam bentuk apa kebanyakan dari mereka mencoba mencari masalah. Dari diam Jungkook melihat bagaimana seorang dokter menggunakan alat kejut jantungnya sampai suasana menjadi lebih tegang.

"Tuhan apa yang akan terjadi sekarang. Apakah kau mengambil Taehyung?" Jungkook tidak ingin seperti itu. Dia baru saja akan melakukan pembahasan luar biasa mengenai pelajaran yang akan dia tanyakan pada Taehyung. Kali ini dia lebih ketakutan dalam hatinya yang di pendam.

Apakah ada kupu-kupu kehilangan sayap? Sementara dia masih tersisa satu buah untuk mencoba tetap terbang. Mencoba untuk bertahan.

Sekarang ini kedua matanya mencari sosok wanita yang sudah membuat ulah baru itu. Dia hanya tahu namanya Wendy, dia melihat bagaimana wanita disana frustasi dan menampar Jackson dengan kasar. Sementara seorang ibu merasa kedua kakinya lemas dengan memanggil nama anaknya. Tubuh wanita itu merosot dan hanya dia yang tidak ada kerjaan untuk membantu seseorang.

"Ayo bangun Bi, jangan seperti ini atau nanti Taehyung akan semakin sedih. Bukankah anda ibunya pastikan anda tidak terpuruk demi anak anda." Suaranya sungguh lembut, seolah memberikan keteduhan bagi siapapun yang mendengarnya. Kedatangan Jungkook seperti penopang baru untuk menggantikan topangan patah sementara. Jungkook mendapatkan bangku kosong yang menurutnya cukup untuk digunakan.

Bukan hanya itu saja dari dalam kantung plastik yang sengaja dia beli saat perjalanan kesini dia berikan satu botol air mineral. Awalnya dia ragu kalau hal ini tidak dibutuhkan olehnya tapi sekarang dia paham bahwa di saat seperti ini air bisa menetralkan semua. "Aku yakin Taehyung baik saja dia anak yang kuat, jangan takut semua sudah selesai dan dia bisa sembuh." Menenangkan sekali lagi, memang sulit meyakinkan seseorang tapi dia menjadi pelampiasan tangisan wanita dengan dua anak disana. Jungkook menganggap bahwa wanita ini seperti ibunya. Setiap wanita ada ibu, dan mereka harus diperlakukan lembut.

Seokjin tersenyum ke arah Jungkook, di satu sisi dia bangga karena nyatanya Jungkook bisa membuat keadaan seseorang lebih baik meski dia belum handal. Biasanya dia adalah sosok pendiam dengan sorot mata tak mau bersahabat, tapi sekarang dia tidak ada bedanya dengan Taehyung jika berada dari kejauhan. Mereka seperti kembar tak sama, sifat berbeda dengan karakteristik yang unik juga.

Berharap dalam hati jika Taehyung mendapatkan kesempatan, menikmati masa mudanya tanpa beban bahwa dia adalah korban yang malang. Tapi dia takut juga jika salah satu pengusaha itu akan membebaskan anaknya, apakah benar kaum kaya dan kaum miskin akan berlaku jika hukum saja kalah dengan sogokan uang.

Yang jadi pertanyaan adalah, akankah Jae Bum bakal di hukum atas semua perbuatan yang dia lakukan? Sementara dia juga tahu bahwa Jimin dan Yoongi sudah mempertaruhkan semuanya hingga berpotensi meninggalkan Korea.

Inginnya takdir yang adil dan bukan labil.

Sementara itu...

Seorang pria menampakkan wajah garangnya dengan istrinya dia pergi begitu saja setelah memberikan dengusan kecewa pada sang putra yang terlanjur di banggakan. Begitu vitalnya masalah ini sampai masuk dalam berita polisi, hal itu juga menyebabkan Jae Bum meminta kepada salah satu aparat polisi untuk mematikannya karena telinga yang panas.

"Jika kau memang tidak ingin masuk dalam berita, makanya jangan buat ulah. Kau mau merusak generasi ya, seenaknya melakukan hal itu. Kalau begitu nikah sana, lebih baik nikah muda ketimbang bejad seperti itu." Emosi memang saat polisi itu memukul tongkat tugasnya pada besi sel. Jae Bum merasa bahwa kedua orang tuanya tidak mau membantunya sama sekali, dia tidak sendiri karena berada dalam satu kawasan sel di bawah umur. Dalam masa sekolah saja mereka menjadi penjahat dan membuat para polisi berdecak sebal.

"Ini semua karena kesalahanmu Jae Bum jika saja kau tidak jual video itu mungkin kita tidak akan-" Kim Tae diam setelah di pelototi. "Ini ide dari Han Chol, karena dia aku kaya dan karena dia juga aku kena sial. Bajingan!" Kata cukup untuk menyalahkan seseorang, tidak terima membuat dia langsung memukul dengan keras wajah Jae Bum sampai terkapar.

"BERANINYA KAU MENYALAHKAN KU! KAU JUGA MELAKUKANNYA BODOH! KARENA KAU MASA DEPAN KU HANCUR AYAHKU PASTI AKAN MEMBUNUHKU KEPARAT!" Protes dan mencoba membuat babak belur kawan satu kelasnya, sampai dua polisi susah payah masuk dan melerai. Kim Tae saja tidak sanggup untuk melerai keduanya karena dia juga kena pukul. Semua itu semakin kisruh saja saat suara pintu masuk berbunyi, ada satu siswa yang masuk dengan wajah antara takut dan gemetar.

Jae Bum melihatnya dan mengulas senyum senang, dia bangun dan melihat kedua polisi itu dengan sombong. Sesuai peraturan satu geng kalau sudah dibantu saling membantu, dia percaya kalau Haechan mampu membuat dia bisa bebas dari sana dengan caranya.

"Apa yang ingin kau sampaikan?" Polisi itu melihatnya dengan tangan meminta dia agar duduk. Membuat pemuda itu langsung melakukannya dan duduk dalam keadaan takut. Awalnya dia melihat wajah Jae Bum yang mengangguk semangat, disana ada dua orang meringis menahan sakit akibat pukulan keras dan birunya. "Katakan padanya soal kebaikanku, aku tidak bersalah karena mereka sudah membuat kejahatan dengan mengedit video itu pak polisi. Aku jamin karena aku punya saksi nyata." Jae Bum bersuara membuat pihak berwajib meminta diam dengan suara tegas.

Haechan menarik nafas dengan pelan dan menatap pemuda itu sedikit takut tapi berlalu sudah. Dia tidak harus melakukannya karena kepentingan sendiri, dia bahkan sudah melakukan sumpah di ruang berbeda saat mengatakan sebuah kesaksian ini. "Sebenarnya aku ingin mengatakan padamu pak." Dia mulai berbicara, membuat Jae Bum dan keduanya diam sembari mendengarkan harap banyak. Seorang polisi mendekatkan wajahnya, membuat ketikan di lsyar komputer di depan matanya.

"Lanjutkan." Pintanya hingga Haechan akhirnya menggigit bibir bawahnya pelan. Dia sangat takut tapi dia lebih pengecut jika melakukan hal itu. "Aku bisa katakan pada anda korban dari Jae Bum juga Han Chol. Bukan hanya Kim Taehyung saja, tapi para gadis di sekolah juga anak seorang pemilik kantin." Meski dia lirih mengatakannya tapi Jae Bum mendengar. Membuat kedua tangannya bergerak brutal melepaskan sel itu sia-sia.

"BAJINGAN! AKU TIDAK AKAN MENGAMPUNI MU. SIALAN KAU! KAU SIALAN!" Mendengar dan melihat sikapnya sekarang membuat kedua polisi masuk dan menyeretnya masuk ke dalam ruang lain. Seperti ini pantasnya di jinakkan, apalagi mendapatkan saksi baru membuat kasus ini akan semakin rumit dan pengadilan tidak akan bisa memberikan kesempatan pengampunan. Karena dalam setiap negara kejahatan seksual adalah hal paling berbahaya juga lebih mematikan dari pembunuhan. Si korban bisa saja mati perlahan dalam ketakutan.

Apakah saatnya ini mengucapkan selamat tinggal pada tokoh antagonis?

......

TBC...

Ternyata satu chapter ini belum selesaikan cerita. Berarti chapter 17 adalah akhir kisahnya. Apakah kalian bisa menerka apa yang akan terjadi di chapter depan?

Menurut kalian cerita ini akan sedih atau senang?

Semoga kalian suka dengan chapter ini, dan jangan lupa injak bintang sama komentarnya ya.

Tetap semangat dimanapun berada. Gomawo and saranghae ❤️

#ell

07/03/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro