Rencana Hikari
Happy Reading
"Maa, aku tidak tahu apa motif mu melakukan hal ini. Demo... " Dazai menggantungkan kalimatnya menatap Hikari tajam.
"Kenapa kau berusaha untuk mengeluarkan [Name] dari tempat ini?"
••••••••••
Dazai POV
'Checkmate (Skakmat)' batin ku sambil menyeringai.
Hikari menatapku horor, kemudian tertawa kikuk sambil mengusap belakang kepalanya.
"Mana mungkin aku ingin mengeluarkan salah satu anak yang paling dilindungi di sini" ucapnya dengan senyum palsu.
"Jangan berbohong Hikari-sensei. Aku memang tidak tahu apa tujuanmu yang sebenarnya, tapi..." Ucapku menggantungkan kalimat
"Haruskah aku mengatakan semuanya agar kau tidak bungkam?" Ucapku penuh penekanan sambil menyeringai (lihat di atas).
Aku dapat melihat raut wajah Hikari yang panik. Matanya melebar, keringat turun dari pelipisnya, badannya bergetar. Sudah jelas sekali paniknya. Atsushi-kun menatap Hikari meminta penjelasan, sedangkan Kunikida-kun malah menatapku dan berkata
"Apa maksudmu Dazai?" tanya Kunikida-kun, sepertinya dia belum sadar dengan apa yang terjadi.
"Apa kau tidak sadar Kunikida-kun?, Sejak awal kita masuk ke sini aku sudah mulai curiga dengan tempat ini. Padahal ini adalah tempat yang legal" ucapku pada Kunikida-kun.
"Aku tidak mengerti dengan perkataanmu Dazai-san" kata Atsushi sambil menolehku.
"Hee~, baiklah akan ku jelaskan maksud perkataan ku tadi" ucapku kemudian berdehem.
"Sebelum kita masuk ada terdapat 2 penjaga di luar kan?. Pada awalnya mereka menanyakan apa maksud dan tujuan kita datang kesini" jelasku pada mereka.
"Tapi bukankah itu sudah biasa untuk menghindari para penjahat?" tanya Atsushi-kun.
"Memang benar. Tapi, setelah itu Hikari-sensei langsung datang menyambut kita. Dan para 2 penjaga tadi hanya bingung menatap kita yang masuk ke dalam sini. Dengan kata lain..." Jelasku kemudian menoleh ke arah Atsushi-kun.
"Para penjaga tidak diberitahu tentang kedatangan kita?" gumam Atsushi-kun.
"Tepat sekali. Berarti misi ini bukan misi yang di diskusikan dengan dokter yang lainnya, melainkan atas kehendak Hikari-sensei sendiri" ucapku kemudian menoleh ke arah Hikari yang terkejut lagi.
Kunikida-kun mulai serius mendengarkan penuturan ku. Atsushi-kun yang sedari tadi diam mendengarkan, mulai berjalan ke arah [Name] kecil dan menggenggam tangannya. Aku masih menyeringai melihat Hikari yang terpojok dalam keadaan ini.
"Itu adalah yang pertama. Yang kedua, ingatkah kalian uh kita masuk dan mengunggu di ruang tunggu pertama?" tanyaku lagi.
"Ha'i, aku mengingatnya" ucap Atsushi-kun
"Terus apa hubungannya?" tanya Kunikida-kun menyilangkan tangannya.
"Kalau tidak salah, awalnya Hikari-sensei ada menyebut tentang kemampuan ku saat itu" ucapku.
"Bukannya itu wajar untuk memastikan?" Kunikida-kun bertanya mengangkat alisnya.
"Kelihatannya memang seperti itu. Tapi, darimana dia tahu tentang kemampuan penetral?. Ada kemungkinan ia mengetahuinya dari salah satu pengguna kemampuan disini. Tapi, itu salah. Mengapa? Karna dia sendiri yang mengatakannya pada kita, bahwa ia ingin kita mengawasi [Name]-chan dengan alasan obat penenangnya habis.
Jika saja kemungkinan pertama memang terjadi, mengapa ia tidak menyuruh orang itu untuk mengendalikan [Name]-chan, dibandingkan harus repot-repot memanggil Bunsho tantei-sha kesini?. Jawabannya kemungkinan ada 2. pertama orang yang memiliki kemampuan itu tidak mau bekerja sama dengan mereka, dan ia kabur atau bunuh diri di tempat ini. Kedua, orang ini sudah mencari informasi tentang Bunsho tantei-sha sebelum kita di panggil kemari" jelasku menunjuk Hikari.
"Memangnya jika tujuanku memang mengambil informasi tentang Bunsho tantei-sha, kalian pikir untuk apa aku meninggalkan jejak yang begitu jelas?" ucap Hikari-sensei menyeringai kepadaku.
"Aku tidak tahu juga~, lagipula aku bukan Ranpo-san yang sangat hebat dengan kemampuan deduktifnya itu. Aku hanya mengambil kesimpulan dari apa yang terjadi" ucapku sambil mengendikkan bahu.
Suasana mulai memberat. Hikari sudah terpojok, Kunikida-kun mulai waspada, Atsushi-kun mulai melindungi [Name].
'Kau tidak bisa membodohi seorang Dazai Osamu' batinku.
"Jika hanya itu kesimpulannya, bukankah itu bukti adalah yang tidak cukup pasti?" tanya Hikari padaku.
"Bukan itu saja~. Apakah kau ingin aku mengatakan semua rahasiamu?" ucapku mengancam Hikari
Hikari yang diancam hanya tersenyum palsu pada Dazai
"Memangnya apa yang harus ku rahasiakan pada kalian?" ucap Hikari yang tak mau mengaku
"Baiklah karna kau tidak mau mengaku aku akan mengatakan seluruh kesimpulan ku" ucapku
"Sebelumnya aku sudah mengatakan alasan yang pertama dan kedua. Ketiga, ketika menyebut kemampuan [Name]-chan ia terlihat sangat ragu dalam menyebutnya. Padahal tak apa kan kalau kita mengetahuinya?. Lagi pula ini adalah misi yang ia berikan pada kita.
Bukankah seharusnya wajar jika kita mengetahui identitasnya?.
Dari ekspresimu tampaknya kau begitu takut akan respon kami ketika mendengar kemampuannya. Sederhananya, kau tidak terlalu mempercayai kami dengan misi ini." Jelasku menoleh ke arah Hikari yang terdiam.
"Kemudian ketika Atsushi-kun berkata bahwa [Name]-chan adalah adiknya, aku dan Kunikida-kun terkejut. Sedangkan kau hanya tenang duduk di ranjang dan berkata 'souka'. Berarti kau sudah mengetahui ini terlebih dahulu dan memanggil kita untuk memastikannya" jelasku masih memfokuskan pandangan pada Hikari.
"Tunggu, jika hanya itu alasannya mengapa kau bilang bahwa Hikari-san ingin mengeluarkan bocah itu?" tanya Kunikida-kun.
"Ketika saudara terpisah dengan waktu yang cukup lama, bukankah ketika bertemu mereka ingin menghabiskan waktu bersama lagi?. Hikari-sensei sengaja membuat Atsushi-kun dan [Name]-chan bertemu dan itu akan membuat Atsushi-kun terpikir untuk membawa [Name]-chan pulang untuk tinggal bersamanya.
Dengan kata lain, ia berusaha mengeluarkan [Name]-chan dari sini. benar kan Hikari-sensei?" ucapku menyeringai kembali ke arah Hikari.
Hikari hanya terdiam atas penjelasanku. Kunikida-kun nampaknya mulai paham dengan penuturanku. Atsushi-kun masih berada di samping [Name]-chan kecil.
"Demo, jika dia tak terlalu mempercayai kita dengan misi ini, mengapa dia harus membuat si Musume berpikiran seperti itu?. Bukan kah akan lebih mudah jika [Name] langsung di keluarkan saja?" tanya Kunikida-kun lagi.
"Justru itulah yang menjadi pertanyaanku Kunikida-kun. Aku sendiri tak paham dengan tujuan Hikari-sensei ini" ucapku pada Kunikida-kun sambil menghela napas
Hikari sedari tadi bungkam. Lidahnya kelu. Tak satupun kata keluar dari mulutnya setelah mendengar perkataan Dazai.
"Dan juga aku penasaran dengan beberapa hal" ucapku kembali.
"Jika [Name]-chan bisa berubah menjadi anak-anak umur 9 tahun, mengapa kau tidak menggunakan kesempatan itu untuk memperbaiki emosinya sejak kecil? Bukankah mengubah sifat anak kecil itu mudah?.
Dan juga apakah ada sisi gelap yang tak diketahui oleh pemerintah di sini?, Sehingga kau memanggil kami jauh-jauh kesini hanya untuk mengawasi [Name]-chan" tanyaku dengan serius.
"Itu bukan tujuan mu yang sebenarnya bukan?. Jika saja itu adalah tujuanmu mengapa kau tidak memanggil kami saat persediaan obat itu sedikit dan bukannya ketika sudah habis? Apakah para dokter disini tidak menyetujui kehadirannya [Name]-chan sehingga kau sampai berbuat sejauh ini?" tanyaku bertubi-tubi.
Author POV
Setelah Dazai mengatakan hal itu, suasana menjadi hening. Hikari menunduk, mengeratkan cengkramannya pada selimut yang ia pegang. Dazai, Atsushi, dan Kunikida waspada selagi menunggu Hikari berbicara yang sesungguhnya.
Tak lama kemudian Hikari tertawa keras sambil menunduk. Tawanya menggema di dalam ruangan tersebut. Atsushi mulai maju melindungi [Name] yang terbaring di belakangnya, Kunikida dan Dazai sudah memasang ancang-ancang bertarung apabila Hikari tiba-tiba menyerang mereka.
Setelah puas tertawa, Hikari mengangkat kepalanya menoleh ke arah 3 anggota Bunsho tantei-sha tersebut. Ia menyeringai ketika melihat mereka waspada. Melihat Hikari yang menyeringai, Kunikida mengeluarkan pistol dari sakunya.
"Sasuga Bunsho tantei-sha. Persis tepat seperti rencanaku" ucap Hikari yang masih menyeringai
"Apa maksud semua ini Hikari-san!!" teriak Atsushi yang geram atas perkataan Hikari
"Tapi, tak ku sangka kau dapat menemukan kode dariku sedetail itu" kata Hikari menghiraukan perkataan Atsushi tadi
"Kode?" ucap Kunikida yang mengancungkan pistolnya ke arah Hikari
"Beritahu kami apa rencanamu itu!" ucap Kunikida dengan nada yang mengancam
Hikari mengubah seringainya menjadi senyum palsu. Dazai, Kunikida, dan Atsushi semakin waspada terhadap Hikari, karena mereka sama sekali tidak mengetahui apa kemampuan yang dimiliki oleh Hikari ini.
"Tenang saja aku tidak akan menyerang kalian kok. Lagipula aku tidak membawa senjata, terlebih kemampuanku ini bukan tipe untuk bertarung" ucap Hikari mempertahankan senyum palsunya
"Duduklah kalian, aku akan mengatakan semuanya" sambung Hikari
Mereka duduk menjaga jarak dengan Hikari. Atsushi duduk di kasur yang [Name] tempati, memeluk [Name] untuk melindunginya. Melihat Atsushi yang ingin yang ingin memeluk [Name] yang sudah menyusut, Hikari langsung berkata
"Nakajima-kun, aku lupa memberi tahumu. Tapi, yang menyusut cuman tubuhnya lho. Bajunya tidak ikut menyusut dengannya" ucap Hikari dengan bersweat drop. Tak disangka ucapannya ini dapat mencairkan suasana yang berat tadi.
Atsushi langsung merona padam atas perkataan Hikari, dan langsung bergerak menjauh dari ranjang [Name]. Memang sih tubuhnya [Name] masih terbalut dengan selimut. Tapi Atsushi tetap saja ia malu.
Kemudian Hikari berdiri dari ranjangnya, nampaknya kakinya sudah membaik. Kunikida memperhatikan pergerakan Hikari yang berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan ke arah lemari yang isinya ternyata adalah baju. Kemudian ia mengambil salah satu baju yang ada di sana, kemudian menutup lemarinya.
Ia berjalan ke arah ranjang [Name]. Namun sebelum itu, Dazai langsung memegang pergelangan tangannya guna membuat Hikari berhenti. Hikari menoleh dengan baju yang ada di tangannya.
"Mau apa kau?" ucap Dazai dengan ekspresi yang serius.
"Memakaikan baju pada [Name]" ucap Hikari tanpa memikirkan perkataannya.
Hening...
"HAAH?!!" teriak Atsushi dan Kunikida, sementara Dazai hanya menatapnya datar.
"Tenang saja, sudah ku bilang bukan? [Name] itu sering seperti ini. Jadi situasi ini sudah biasa bagiku" kata Hikari.
"T-tapi kan tetap saja-" perkataan Kunikida terpotong oleh Hikari
"Apakah kalian yang mau memasangkannya baju?" tanya Hikari
Hening. Tidak ada yang menjawab. Bahkan Dazai tak dapat berkata apa-apa.
"Tidak kan?" tanya Hikari kemudian melanjutkan langkahnya ke ranjang [Name]
"Tenang saja, aku bukanlah orang yang tertarik pada gadis kecil. Aku tidak akan melakukan apa-apa padanya" ucap Hikari kemudian menutup tirai untuk menghalangi jarak pandang mereka.
Mereka hanya diam sedari tadi. Lidah mereka kelu, tak tahu ingin berbicara apa. Canggung sekali situasi saat ini. Atsushi membalikkan badannya, Kunikida menghajar Dazai yang berusaha meraih tirai yang menutupi jarak pandang mereka. Sementara Hikari terkikik, karena berhasil mengerjai mereka. Sebenarnya di dalam baju [Name] itu ada baju lapisan yang lentur sehingga dapat berubah sesuai lekuk tubuh pemiliknya.
Setelah selesai, Hikari membuka tirainya. Terlihat [Name] kecil yang terlihat damai dengan wajah tidurnya di gendongan Hikari. Atsushi langsung mendekati Hikari. Meminta izin untuk mengangkatnya, dan Hikari tentu mengijinkannya. Setelah Atsushi menggendong [Name] kecil, Hikari langsung berjalan menuju ranjang dan duduk di sana.
"Baiklah, mulai dari mana ya..."
To Be Continue
Author note:
Yo minna, balik lagi bersama author!
Hehe, maaf baru sempat update, soalnya author keasikan ngedit video.
Udah ketahuan kan apa maksud Dazai di chapter sebelumnya?
Maaf kalau kata-katanya ga nyambung ataupun gajelas. Maaf juga kalau alasan yang di katakan Dazai kurang masuk di akal. Soalnya author baru pertama kali bikin book jenis misteri kayak gini (⇀‸↼‶).
Author juga lagi ngetik buat book baru. Hehe, sekalian promosi
Book ini khusus untuk Haikyuu x reader. Kayaknya, bakal keluar hari Minggu ini kalau gak sibuk. Authornya kebetulan lagi gada tugas sekolah hari ini(~‾▿‾)~. Jadi sambil ngetik book baru juga.
Maaf ya kalau [Name]nya masih belum ada percakapan. Soalnya kan [Name]nya pingsan~( ̄ω ̄~").
Sampai jumpa di chapter depan!
Jangan lupa vote dan comment ya!
Bonus pict
(Anggap aja ruang kesehatannya gitu :v)
1782 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro