Paradox, Jiwa, dan Kemampuannya
Happy Reading
"Setiap orang pasti selalu ingin menjadi karakter utama dalam alur dunia ini"
Suara itu muncul entah darimana.
[Name], gadis berumur 17 tahun itu entah mengapa bisa berada di tempat aneh ini sejak Q mulai menghipnotisnya.
Apa yang dipandangnya sekarang, bukanlah kantor Agensi atau tempat lainnya. Hanya ada cahaya putih yang mengelilinginya, bahkan menjadi tempatnya berpijak. Suara yang tak ia kenali terdengar dari segala arah, hingga [Name] tak dapat memastikan asal-usul suara tersebut.
"Karakter yang bisa menyelamatkan dunia dengan tangannya sendiri, karakter yang ingin bersinar dan dikenal oleh banyak orang. Mengurangi penindasan terhadap yang lemah, menjadi seorang pahlawan bagi seluruh dunia, adalah cikal bakal kemampuan ini."
Latar putih itu secara tiba-tiba berganti menjadi gambaran alam semesta. Alam semesta yang begitu luasnya hingga [Name] tak dapat menemukan galaksi bimasakti dari penglihatannya di sini. Bintang-bintang bertaburan dimana-mana. Seperti inilah alam semesta dimana seluruh galaksi yang harusnya memiliki jarak ratusan ribu tahun cahaya tergabung dalam satu lingkup. (Satu tahun cahaya = 9.4 triliun kilometer)
Mata [Name] memandang jauh, melihat banyaknya galaksi lain yang tersusun rapi diantara bintang-bintang. Ini menjadi pengalaman pertamanya untuk melihat alam semesta secara langsung.
"Alam semesta tak hanya sejauh matamu dapat memandang. Terdapat banyak Universe lagi selain yang berada di hadapanmu. Kalian para manusia, menamai fenomena ini dengan Multiverse."
suara itu kembali terdengar.
Latar di sekitar [Name] mulai bergerak menjauh. Alam semesta yang dihadapannya perlahan mulai mengecil, karena luasnya alam semesta lain. Seluruh alam semesta yang menjadi teori manusia tergabung hanya dalam satu pandangan [Name]. Worm hole, yang menjadi jembatan penggabung antar-semesta pun terlihat kecil. [Name] benar-benar terpana dengan keindahan alam semesta itu.
Matanya tak bisa berhenti menatap quasar, yaitu objek yang paling terang di alam semesta. Walaupun jarak [Name] dan quasar tersebut terpaut sangat jauh, tapi entah mengapa quasar itu masih dapat terlihat terang. Sepertinya black hole di bagian sana memiliki Massa yang lebih berat daripada Ton 618 (black hole yang memiliki massa paling berat, yang diketahui oleh manusia).
Quasar itu sendiri tercipta karena gesekan super kuat serta pergerakan yang super cepat dari black hole, hingga melepaskan radiasi sinar x dan energi yang sangat besar. Radiasi sinar x dan energi yang sangat besar itu menghasilkan cahaya yang sangat terang.
"Setiap manusia yang berada di berbagai Universe memiliki imajinasinya masing-masing. Bagai wahana keindahan tanpa batas, ide-ide cemerlang seringkali muncul di otak manusia. Manusia seringkali menyimpulkan bahwa imajinasi mereka adalah hal yang mustahil, sehingga benar-benar tak terwujud. Tapi ada seseorang yang berasal dari suatu Universe, yang benar-benar berusaha membuat imajinasinya menjadi nyata."
Gambaran alam semesta tadi, langsung hilang bagai disedot oleh black hole. Latar cahaya putih kembali mengitari [Name]. Sebuah layar yang sangat lebar seketika muncul di hadapan [Name]. Layar itu menunjukkan sebuah bangunan penelitian. Terdapat beberapa peneliti yang berlarian di lorong gedung itu, karena sinyal merah dari lampu darurat. Masing-masing dari mereka membawa satu kardus kotak yang mungkin isinya berkas-berkas penelitian.
"Sinyal merah. Sinyal merah. Untuk para peneliti mohon segera mengevakuasi diri. Sinyal merah.."
Suara dari alarm otomatis yang terus berulang meredam suara teriakan ketakutan dari beberapa orang. Dapat dilihat bahwa gedung itu bergetar hebat karena sesuatu.
Gambar layar menjadi rusak dan berganti ke sisi lain.
Ruang observasi.
Lima orang peneliti berlindung diri di balik meja nakas, sementara lima orang lainnya sudah tewas akibat getaran hebat yang dihasilkan oleh subjek penelitian. Tak hanya getaran, cahaya serta panas pun dihasilkan dan tak dapat terkontrol dengan baik. Terlihat dari besi-besi ruangan yang perlahan meleleh ke lantai. Ruang kendali sudah kosong ditinggalkan sehingga tak mungkin peneliti bisa menghentikan getaran kekuatan yang dihasilkan objek. Bahkan jika mungkin pun, mereka akan segera meleleh karena panas yang dihasilkan di ruangan.
Cahaya itu mulai berdenyut. Warna biru terang bertransformasi menjadi putih yang menelan seluruh warna ruangan.
"Reseptor spektrometer mengkonfirmasi resolusi cahaya gamma melewati batas. Suhu ruangan tak dapat terdektesi. Haruskah kita segera mematikan sistem prosedurnya?" tanya salah seorang peneliti yang sedang memegang sebuah perangkat.
"Tidak, jangan berhenti. Kita akan menahannya selama 5 menit dahulu, untuk memeriksa batas kemampuannya." jawab peneliti lainnya.
"Tetapi, kemungkinan kita akan bertahan di sini hanyalah 20%. Resiko kematian meningkat karena getaran dan gaya tarik dan tekanan energi subjek meningkat drastis. Apa anda yakin, professor?"
Sang professor mengangguk. "Ya, sebelum itu perbaiki data panel yang mengontrol suhu ruangan. Jika itu hancur, maka perangkatmu tidak akan bertahan lagi." perintahnya lagi. "Siap!"
Suhu ruangan terus meningkat seiring waktu. [Name] dapat melihat darah melayang di udara akibat rasa sakit yang dialami subjek penelitian. Suara teriakan dikeluarkan subjek sebagai pelampiasan rasa sakit. Meski tak terdengar di layar, [Name] bisa mendengarkan betapa hancur dan seraknya suara itu. Getaran mulai berganti dengan dentuman besar. Suara yang dihasilkan terancam bisa merusak pendengaran telinga. Tapi, para peneliti itu tak menyerah. Ia terus melanjutkan prosedur yang dilakukannya.
Detik selanjutnya, seluruh ruangan menjadi terang benderang, melahap seluruh layar sebelum akhirnya terdengar suara ledakan yang sangat besar.
"Sang wadah tak dapat menahan kemampuan yang terlalu besar itu. Singularitas yang terjadi melebihi ekspetasi. Jiwa-jiwa yang terkurung mulai membentuk sebuah wujud dan kemampuan ini akhirnya memiliki kesadaran tersendiri."
Layar di hadapan [Name] menjadi rusak, menggantikan pemandangan latar putih dengan yang lain. Gambar yang ditunjukkan layar itu bukanlah sebuah gedung lagi.
Itu adalah gambaran bumi.
Bumi di masa itu yang berwarna suram serta merah karena efek radiasi nuklir yang berlebihan.
Gambar diperbesar menuju kota Yokohama yang sudah bertransformasi menjadi padang hampar yang luas. Sebuah pertarungan besar antar pengguna kemampuan terjadi di sana. [Name] terkejut. Ia melihat semua orang yang ia kenal bertarung satu sama lain. Atsushi, Dazai, Kyouka, Kunikida, Yosano, Kenji, Naomi, Tanizaki, Fukuzawa, semua orang yang ia kenal bertarung satu sama lain seakan tak saling mengenal.
Mereka semua memakai baju militer dan membawa senjata.
"Bumi yang kau tempati sebenarnya adalah tempat pertarungan antar manusia pada masanya. Namun, salah seorang pengguna kemampuan telah mengubah masa lalu hingga tercipta lah kehidupanmu sekarang."
Layar kembali rusak dan berganti.
Di sebuah medan tempur, ada seorang gadis. Gadis itu umurnya tak mungkin jauh daripada [Name]. Mungkin satu atau dua tahun selisihnya. Ia memakai seragam militer yang longgar. Di lengan kanannya sebuah pita berwarna biru berlambangkan jam tangan saku yang diikat dengan kuat.
Suara gemuruh dari hujan peluru seakan menulikan pendengarannya. Gadis itu masih berlindung di balik mobil tank yang setengah badannya sudah hancur. Menunggu kesempatan untuk menyerang balik menggunakan senjatanya. Ia melirik ke arah sekitar, mayat-mayat tergeletak sembarang. Entah itu mayat yang berasal dari sekutunya atau musuh. Ia meringis di dalam hati, melihat pertarungan yang sudah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya benar-benar membuat hatinya tercabik-cabik.
Anak-anak sepertinya yang harusnya masih memiliki hak untuk bermain-main, kini diperintahkan untuk menjadi boneka sekutu yang meregang nyawa dimedan pertempuran. Rasa sakit di dalam dadanya kian menggema, melihat teman-teman seperjuangannya mati lebih dahulu daripada dirinya. Perang dunia ini telah merenggut nyawa dan hatinya.
Jika ia lebih kuat lagi, mungkin ia bisa menghindari akhir buruk yang menghantuinya.
Hujan peluru berhenti. Kesempatan emas itu diambil sang gadis untuk menembakkan peluru ke arah musuh. Ia sudah tak peduli dengan peluru-peluru yang kembali menghujaninya. Hatinya hanya ingin membalaskan dendam kematian orang-orang yang mati bersamanya.
Gadis itu berdecih, peluru senjatanya habis dan ia tak mempunyai cadangan berlebih. Ia menyelinap masuk ke dalam tank dan mencari sebuah senjata tajam. Ia keluar dengan membawa dua buah pedang kecil kuno yang masih kokoh dan tajam. Bermodalkan tekad, ia menerjang kumpulan musuh yang terlihat seperti badai besar. Satu per satu leher ia tebas menggunakan pedang itu. Kaki kecilnya berlari menendang siapa saja yang menghalangi jalannya.
Tendangan, pukulan, tebasan, sayatan ia layangkan kepada musuh. Ia melompat tinggi menuju salah satu musuh, mengepiting lehernya menggunakan kaki dan menusuk dada musuh itu dari belakang. Ia berlari menuju yang lainnya, menggunakan tendangan vertikal untuk memukul mundur musuh dan menebas perutnya dalam satu waktu. Darah serta organ-organ tubuh keluar dari badan musuhnya, namun ia tidak peduli. Gadis kecil itu bahkan bisa melawan 4 orang musuh tak bersenjata sekaligus.
Tendangan ia layangkan ke orang pertama sekaligus menjadi tempat untuk memantulkan tubuhnya ke arah orang di belakangnya dan melakukan tendangan memutar ke bawah. Ia menyikut orang ketiga yang datang dan menendangnya jauh. Orang keempat datang dengan pukulan, ia menahan itu dan melompat menuju lehernya, kembali mengepiting dan menebas leher musuhnya dalam satu waktu. Tersisa tiga orang, mereka menyerang secara bersamaan. Sang gadis membuat tangannya yang menumpu tubuhnya dalam keadaan terbalik. Kakinya menendang ketiga orang itu dengan kuat, ia melompat berdiri sambil memutar kedua pedang kecil di tangannya. Seringai tak terlupakan tercetak di wajah manisnya yang kini ternodai darah dan tanah. Ia melesat cepat ke arah tiga orang musuhnya. Satu orang berhasil tumbang karena tebasan pedang kecilnya. Musuh kedua menggeram, ia menendang salah satu tangan gadis itu ke atas hingga senjatanya terlempar. Mendecih kesal, sang gadis melayangkan tinjuannya ke arah sang musuh namun berhasil ditahan. Sang musuh memukul balik bersamaan dengan gadis itu yang menunduk dan melompat ke belakang tubuhnya dan menendang punggungnya. Musuh itu tumbang ke depan, sang gadis melompat berputar dan menusukkan pedang kecilnya tepat ke kepala musuhnya tadi. Dalam keadaan berjongkok di atas punggung mayat, ia menarik kembali pedang itu, melemparkannya ke arah musuh pertama yang masih hidup hingga menusuk tepat di bagian matanya. Kakinya berlari dan menendang musuhnya kembali dan melayangkan tinjuan ketika ia menduduki tubuh musuhnya hingga mati.
[Name] tertegun, benar-benar gadis yang tangguh. Cara ia menentukan serangannya sangatlah hebat dan penuh perhitungan. Militer mana pun yang bersekutu dengannya pasti sangat beruntung. Gerakannya sangat bagus dan terlatih. Tapi disisi lain, [Name] juga melihat keterpaksaan gadis itu karena keadaan.
Gadis di layar jatuh. Ia sudah terlalu lelah. Tatapannya sayu, sudah 3 hari sejak ia terakhir tidur. Bau amis darah musuh yang bercampur dengan darahnya tak ia pedulikan. Ia masih ingin bertarung, ia belum ingin menyerah. Luka dihatinya masih belum pulih. Balas dendamnya belum terbayarkan. Bertarung! Bertarung! Bertarung!, isi hatinya hanyalah itu. Tapi baru saja ia berdiri, tubuhnya kembali ambruk. 100 kali ia bangkit 100 kali pula ia terjatuh. Tekadnya kuat, namun tubuhnya terlalu lemah.
Beberapa saat kemudian, ia sadar bahwa ia tak lagi dapat digunakan. Ia adalah bentuk kegagalan dari sebuah boneka perang. Boneka yang rapuh dan tidak berguna.
Sebuah sepatu mendarat di hadapannya bersamaan dengan berhentinya ujung pistol di kepalanya. Seorang musuh sedang dihadapannya menodongkan pistol tepat dikepalanya, tapi ia tak dapat berbuat apa-apa.
"Kau tak menghentikanku?" tanya musuh itu.
"Bunuh saja aku. Boneka gagal sepertimu sudah tak pantas untuk tinggal lebih lama." gadis itu bergumam. Ia menutup matanya, bersiap merasakan rasa sakit dari peluru yang akan menembus kepalanya. Diluar dugaan, sang musuh malah menurunkan pistol itu dari kepalanya. "Betapa menyedihkan. Bagaimana bisa kata-kata itu keluar dari mulutmu?" sang musuh berkomentar. Namun sang gadis tak menjawab.
Sang musuh, seorang pria yang sepertinya sudah menginjak usia kepala 3 itu menghela napas. Hujan mulai turun membasahi kedua orang itu ditengah pertarungan yang masih terjadi. Dibelakangnya, orang-orang saling membunuh. Medan tempur itu sudah menjadi kolam darah kental yang dicairkan dengan air hujan. Masih dalam keadaan terguyur hujan, sang pria berkata "Tegaskan suaramu. Kau adalah seorang prajurit garis depan bukan? Bukankah diampuni seorang musuh itu sebuah penghinaan besar?"
Sang gadis menggertakan gigi hingga terdengar letupannya "Tapi aku gagal! Aku gagal membalaskan dendamku! Aku gagal menjadi boneka andalan dalam pertarungan ini! Kau adalah musuhku, seharusnya kau membunuhku sekarang!" teriak gadis itu. Suara itu terdengar sangat frustasi. Sang pria bungkam. Hujan mengguyuri mereka dalam diam. Luka-luka ditubuh mereka ikut terbilas air hujan. Dibalik hujan, sang pria mengadahkan kepalanya menghadap langit. Helaan napas kembali keluar dari mulutnya.
"Aku sangat membenci pemikiranmu itu. Mereka mengingatku pada seseorang di masa lampau. Dengar, sebuah boneka membutuhkan jahitan yang kuat untuk menyatukan bagian tubuhnya. Sama sepertimu, kau harus meneguhkan hatimu untuk menjadi tempat bersandar bagi mereka yang lemah. Kita berasal dari sekutu yang berbeda, tapi kita memiliki tekad yang sama. 'menangkan pertarungan ini dan kembalikan dunia ini menjadi tempat yang nyaman'. Karena itulah hancurkan seluruh tembok penghalang dengan kepalanmu, hancurkan jarum bengkok yang tertanam di lengan boneka kita, dan hempaskan takdir. Akhir buruk tidak menghantui kita, namun kitalah yang membawanya."
Suara petir menggelegar setelah pria itu menyelesaikan kata-katanya. Angin kencang membawa rambut mereka ke arah yang tidak diinginkan. Pria itu berjongkok, tangannya menarik dagu yang menunduk itu dan mengangkatnya hingga sejajar dengan wajahnya.
"Kau dari keluarga [Surname], bukan? Terlihat dari lambang yang berada di lengan kananmu. Kemampuan kalian seharusnya masih ada. Bukankah kalian adalah pengendali waktu?" pria itu bertanya membuat gadis dihadapannya menurunkan pandangan Iris matanya menuju tanah basah. "Ya, sebelum akhirnya monster yang membuat perang ini turut memakan jiwa-jiwa kami. Beberapa dari kami menyamar menjadi militer dan bertarung, ada juga yang bersembunyi di negara lain. Tapi radiasi yang menyebar sepertinya sudah merenggut nyawa mereka, jadi satu-satunya pilihan hanyalah bertarung di sini. Banyak dari kami yang juga mati di sini, aku adalah satu-satunya anggota keluarga yang masih bertahan di garis depan."
Suara petir kembali terdengar. Iris mata mereka berkilat. Mereka tenggelam dalam keheningan. Orang-orang di sekitar sudah berubah menjadi mayat. Hujan tak kunjung meninggalkan mereka berdua. Hawa dingin yang menusuk sudah tak terasa lagi dikulit. Si pria mengubah posisinya menjadi berdiri. Sebuah tangan terulur kebawah, membuat sang gadis dilanda kebingungan yang dalam.
"Ikutlah denganku, kita akan sama-sama mengubah dunia ini dengan menghianati sekutu kita. Aku akan membantumu untuk menggunakan kemampuanmu dan menciptakan paradox besar bagi kehidupan manusia. Karena itu, bergantunglah padaku,
Wahai gadis yang malang"
To Be Continue
Author Note :
Yo minna-san! Balik Lagi bersama author di book ini.
Sebenernya, part ini masih panjang cuman author cut aja, soalnya udah kepanjangan :v. Lelah mata kalian nanti bacanya.
Ok, bisakah kalian membagikan pendapat kalian?
Menurut kalian gimana book ini?
Apa aneh atau ga jelas? Atau malah bagus?
Well, aku bisa nebak rata-rata responnya pasti positif. Aku sempat baca ulang book ini dan menurutku book ini mungkin rada aneh(?). Padahal alurnya udah aku rancang sebaik mungkin, ehh ternyata hancur karena cara penulisanku. Sebenarnya book ini udah tamat dikepala author, dengan kata lain seluruh alurnya sudah dirancang sejak tahun lalu dan tinggal di pub aja. Tapi karena author grogi dan baru pertama kali ngepublish buku, jadi cara penulisannya menurutku sangat sembarang.
Setelah dilema, aku sempat mutusin buat hiatus singkat untuk belajar tata cara penulisan novel (dari LN bsd aja sih :v). Dan sekarang aku sedang memikirkan hal ini.
Book ini harus direvisi secepatnya kalau gak nanti readers pada bingung dengan alurnya yang kelihatan gak jelas. Tapi disisi lain aku gak mau kehilangan komen-komen kalian para readers, apalagi yang banyak komentarnya.
(Author sayang banget ama komentar kalian)
Jadi, menurut kalian baiknya gimana?
Tambahan, beberapa kata di chapter ini terinspirasi dari Tokyo Revengers :D. Bagi kalian yang nonton, mungkin kalian akan merasa familiar dengan beberapa kata itu.
Udah itu aja. Maafkan kesalahan dalam pengetikan. See you in the next chapter!
Jangan lupa vote dan commentnya ya!
Bonus pict :
CEPETAN NYATA PLIS😭✨
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro