Kejadian Aneh
Welcome to season 2!~(^ ° ^)~
Happy Reading
"Berikanlah kemampuanmu, dan kau tak akan menderita lagi"
Kantor Agensi sedang ramai. Mereka sedang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Mereka sedang berusaha memikirkan strategi agar para kelompok Guild tidak mengambil hak milik Bunsho tantei-sha dengan uang haramnya. [Name] duduk di kursinya dengan kepala yang tertunduk sejak tadi. Ranpo yang berada di sebelahnya melirik ke arah gadis itu sambil mengunyah cemilannya. Ia membuka kelopak matanya, menampilkan maniknya yang selalu tertutup di hampir setiap saat. Ia tampak menganalisis keadaan gadis itu. Setelah mengerti, ia kembali memakan cemilannya.
Karena masing-masing orang sedang sibuk, Ranpo jadi tak tau ingin minta tolong kepada siapa. Bahkan Dazai tak terlihat di dalam Agensi, mungkin ia sedang melaksanakan misinya. Ranpo menghela napas dan menyenderkan kepala di meja kerjanya. Kepalanya menoleh ke arah [Name] yang masih diam tak bergeming. Wajah yang tertutupi rambut, membuat siapa saja tak dapat melihat ekspresinya sekarang.
Kunikida berjalan ke arah meja [Name] sambil membawa beberapa map dokumen yang nampaknya harus [Name] kerjakan. Ia menaruh beberapa tumpang map itu di atas meja [Name].
"Oi gaki" panggil Kunikida.
"..." [Name] masih diam tak bergeming.
"Oi gaki!" panggil Kunikida lagi.
Namun, [Name] tak mengadahkan kepala ataupun menjawab panggilannya. Kunikida menjadi kesal, karena menurut jadwal idealnya, dokumen yang diserahkan kepada [Name] itu harus dikerjakan secepatnya. Sedangkan yang di suruh malah tak menjawab saat diberi perintah. Kunikida baru saja ingin memegang bahu [Name], namun Ranpo mencegahnya.
"Kunikida, biarkan saja dia. Mungkin dia kurang istirahat" cegah Ranpo dengan nada yang sedikit malas.
Kunikida melihat ke arah Ranpo dengan tatapan bingung "Tapi, berkas ini harus direvisi secepatnya. Para anggota yang lain sedang sibuk, dan hanya dirinya yang tidak bekerja" ucap Kunikida bingung.
'Ditambah dirimu tentunya, Ranpo-san' batin Kunikida menyambung ucapannya.
Ranpo bertopang dagu dengan wajah malasnya. Ia menunjuk ke arah [Name] yang masih terdiam.
"Hora, apa kau tak melihat bahwa [Name]-chan sedang gemetaran?" tanya Ranpo.
Kunikida langsung melihat ke arah [Name]. Tentu saja ini gawat, di buku idealismenya anggota tantei-sha tidak boleh sampai ada yang sakit, kalau ada pun mereka harus segera mengistirahatkan diri di ruangan Yosano. Tangan Kunikida tergerak untuk menyentuh bahunya. Namun secara tak disangka, [Name] langsung menepis kasar tangan Kunikida dan mengambil salah satu map yang berada di atas mejanya. Ia membuka, membaca map itu tanpa mengatakan sepatah kata apa pun.
Kunikida kembali menegur [Name].
"Oi gaki, setidaknya katakan sesua-" Kunikida memotong ucapannya sendiri ketika melihat [Name] mendongakkan kepalanya.
Sudut bibir yang robek, ditambah salah satu kapas yang ditempel secara sembarang di dahinya, sudah berwarna merah dan hampir tak memperlihatkan warna putih khas kapas itu lagi. Wajahnya sangat pucat, bak mayat hidup. [Name] melihat Kunikida dengan tatapan datar.
Ranpo yang berada di sebelahnya juga sedikit terkejut, dan membuka matanya namun tidak melotot seperti halnya dengan Kunikida. Kunikida yang tanpa sengaja memundurkan satu kakinya kembali mendekat ke arah [Name] dan mengambil kertas dari tangan gadis itu. [Name] diam tak melawan, kepalanya kembali menunduk.
Kunikida menarik tangan [Name], membuat sang empu berdiri tanpa tenaga. Kepalanya masih menunduk melihat lantai. Kunikida segera menarik [Name] ke luar kantor, menuju ruang kesehatan Yosano. [Name] hanya ikut, seakan pasrah membiarkan Kunikida membawanya entah kemana.
Pintu ruang kesehatan sedikit di dobraknya, membuat Yosano yang sedang duduk memeriksa tanggal kadaluarsa obat-obatan berbalik dengan beberapa strip obat di tangannya. Kunikida menarik [Name] ke arah Yosano.
"Y-yosano-sensei, kau harus memeriksanya!" ucap Kunikida.
Yosano berdiri, meletakkan strip obat di tangannya. Ia berjalan ke arah Kunikida dan memegang bahunya.
"Serahkan saja padaku"
Setelah Kunikida keluar dari ruangan. Yosano berbalik dengan tangan yang berkacak pinggang, ia melihat ke arah [Name] yang masih berdiri dengan kepala tertunduk. Ia berjalan ke arah mejanya dan mengambil sarung tangan plastik untuk menutupi tangannya.
"Kau bisa merebahkan dirimu di kasur-"
Yosano memotong perkataannya ketika mendapati [Name] yang tiba-tiba ambruk ke lantai. Darah tergenang di sekitar pasiennya, Yosano segera mendekati gadis itu dan mengangkatnya ke kasur terdekat. Di gesernya standing operation lamp miliknya ke arah [Name] yang sudah tak sadarkan diri.
Luka yang berada di dahinya kembali terbuka. Karena hanya luka yang didapatinya, Yosano segera melakukan 'perawatan' khasnya. Berjelang waktu sekitar 3 menit, luka-luka di wajah [Name] sudah tertutup. Namun, ada suatu hal yang mengganjal.
Jika biasanya para pasien akan terlihat bersih sempurna, maka berbeda dengan [Name]. Wajahnya masih terlihat pucat. Yosano memeriksa suhu tubuh [Name] dan mendapati sang gadis sedang demam tinggi. Suhu badannya 39,4°C. Yosano segera mengompres dahi [Name] menggunakan kain yang sudah dibasahinya. Walaupun suhu tubuh [Name] tinggi, wajah gadis itu tak memerah sedikit pun.
Yosano yang lelah berpikir, akhirnya memutuskan untuk keluar ruangan dan bertanya dengan beberapa anggota lainnya.
°
°
°
[Name] membuka matanya. Ia mengerjabkan matanya, ketika mendapati dirinya sedang berada di kasur kesehatan dalam keadaan terikat. Tangan, kaki, dan badan semuanya terikat dengan kuat. [Name] berusaha melepaskan ikatan itu, namun ikatan itu malah semakin kuat. Tidak bisa, akhirnya [Name] pasrah. Ia hanya akan menunggu Yosano datang dan melepaskan ikatan ini.
Ia terbaring sambil mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Padahal, seingatnya ia masih dalam perjalanan menuju Agensi. Tapi, entah kenapa sekarang ia sedang berada di ruang kesehatan dengan keadaan terikat.
*Kriet
Pintu di buka pelan membuat [Name] segera menoleh ke arah orang yang membuka pintu itu. Dazai dan Atsushi memasuki ruangan. Sesaat [Name] merasakan kelegaan yang luar biasa, karena tangannya sudah terasa sangat sakit diikat oleh tali itu. Namun harapannya seketika hancur, Dazai dan Atsushi tidak berjalan ke arahnya melainkan ke arah kasur lain yang sama sekali tak dapat [Name] lihat karena tirai yang membatasi.
[Name] mendengus kesal. Harapannya benar-benar hanyalah Yosano seorang. Ia hampir tak dapat mendengar percakapam yang dilakukan oleh Dazai dan Atsushi kepada seseorang yang nampaknya juga berada di ruangan tersebut. Ia juga mendengar teriakan kakaknya yang terdengar sangat emosi. Dengan teriakan kakaknya itu, [Name] mengetahui bahwa yang berada di sebelahnya itu adalah musuhnya.
Dapat [Name] lihat bahwa Dazai mendorong Atsushi keluar dari ruangan. Dazai kembali masuk setelah menyuruh Atsushi untuk menyerahkan hal ini kepadanya. [Name] sudah berniat untuk memanggil Dazai, namun mulutnya tertutup rapat seakan sedang di sekap.
[Name] dapat mendengar bahwa Dazai mengancam sang musuh dan mengunci ruang kesehatan itu. [Name] sudah was-was, ia takut akan terjadinya sebuah perkelahian. Tubuhnya masih dalam keadaan terikat, sehingg ia tak dapat melindungi diri. [Name] masih belum siap untuk mati, setidaknya ia ingin mengetahui masa lalunya.
30 menit berlalu, dan tampaknya transaksi berjalan dengan lancar. Dazai mulai berjalan ke arah pintu dan membuka kuncinya, tapi ia kembali berbalik dan menghadap ke arah sang musuh yang kita ketahui sebagai Kouyou.
"Ah, dan juga" Dazai menggantung perkataannya.
[Name] baru saja dapat mendengar perkataan Dazai kali ini, karena sejak tadi ia hanya mendengar bisikan-bisikan kecil saja.
"Ku harap kau tak mengambil kesempatan untuk menculik targetmu sekarang, Anee-san" sambung Dazai dengan nada dingin.
"Huh, Memangnya kau kira aku mengetahui keberadaannya sekarang?" tanya Kouyou memancing.
"Untuk sekarang, dia sedang berada di sebelah mu dengan keadaan yang masih tak sadarkan diri. Tapi, jika kau menculiknya aku akan melanggar perjanjian kita sebelumnya" ancam Dazai dengan nada yang sedikit jenaka.
[Name] membeku 'Tak sadarkan diri? Tidak bisakah kau melihat dengan kedua bola matamu bahwa aku sedang terbaring dengan keadaan sudah membuka kedua kelopak mataku dan membutuhkan pertolongan agar tali-tali sialan ini terlepas dariku?!' batin [Name].
"Baiklah, aku tak akan menculiknya sekarang" balas Kouyou.
Dazai keluar dari ruang kesehatan. Kouyou yang mengetahui Dazai sudah keluar, segera duduk dan sedikit menyibak tirai yang membatasi dirinya dengan [Name]. Sejujurnya, ia sangat penasaran akan target yang pernah Chuuya ceritakan kepadanya. Ia melihat [Name] dengan tatapan penasaran.
Kouyou POV
"Dia benar-benar sedang tak sadarkan diri. Padahal kesempatan ini bisa ku gunakan untuk menculikmu, tapi demi Kyouka aku tak akan melakukannya sekarang" gumamku.
Setahuku, Bunsho tantei-sha memiliki seorang dokter yang dapat menyembuhkan apa pun. Tapi, apa yang kulihat sekarang adalah kondisi target utama Port Mafia yang sedang sekarat. Tubuhnya tampak terbaring lemas, ia memakai oksigen dan elektrokardiogram. Ia nampak seperti Akutagawa saat Higuchi membawanya pulang.
Apa dia terkena penyakit?
Menurut catatan yang dimiliki Port Mafia, gadis itu tak memiliki riwayat penyakit apa pun.
Atau kah ini yang disebut Chuuya ketidakcocokan informasi?
Tapi, Chuuya bilang bahwa itu hanyalah ketidakcocokan dalam informasi kemampuan khusus yang dimiliki gadis itu.
Apa ini adalah efek samping kemampuannya?
Aku tak tau, tapi sejujurnya aku tidak peduli akan kesehatan gadis itu. Asalkan ia muncul di hadapan, Boss akan merasa senang. Namun, rasa penasaranku akan gadis ini terus meningkat.
Aku terus memperhatikan gadis itu, hingga akhirnya dia membuka kelopak matanya. Sepertinya ia sudah sadar, mungkin aku akan mencoba untuk berbicara padanya, setidaknya aku bisa sedikit menggali informasi tentang dirinya. Gadis itu langsung duduk, aku tak dapat melihat wajahnya karena tertutup rambutnya dari samping. Dapat kulihat tangannya mencabuti seluruh alat yang dipasang di tubuhnya, tanpa memperdulikan rasa sakit yang mungkin ia rasakan.
Aku terkejut ketika ia berusaha turun dari kasurnya.
"Hei, kau tak bisa langsung turun dari kasurmu. Biarkan dokter nanti yang akan memeriksa keadaanmu" cegahku namun tak digubris olehnya.
Ia meloncat dari kasur itu dan berdiri. Ia hampir saja terjatuh jika saja ia tak langsung memegangi dinding di depannya. Ia berdiri membelakangi ku, membuatku tak dapat melihat wajahnya. Aku kembali menegurnya.
"Hei" panggilku yang sama sekali tak di dengarnya.
Dia terlihat berjalan dengan tangan yang masih bertumpu pada dinding. Aku masih duduk di kasur yang ku tempati, karena aku benar-benar tak peduli dengannya. Tapi, sesekali berbincang dengan target tidak masalah, bukan?.
Pintu tiba-tiba di buka oleh seorang perempuan yang nampaknya seumuran denganku. Ia masuk dan terkejut mendapati sang gadis sudah berjalan mendekati pintu. Dengan sigap ia langsung menghentikan gadis itu.
"[Name]!, Kau tidak boleh bergerak dulu!" peringatnya.
Ia memegang bahu gadis itu, untuk membalikkan badannya namun, tangannya langsung di tepis kasar. Si gadis masih tetap berjalan. Wanita itu kembali menghentikannya berkali-kali, hingga akhirnya ia kesal dan berniat untuk memukul tengkuk gadis itu agar kembali pingsan. Baru saja ia memposisikan tangannya, tiba-tiba saja sepasang sayap muncul dari punggung belakangnya, membuat aku dan wanita itu terkejut. Wanita itu terpental ke dinding, sedangkan aku hanya melihat hal itu dari tempatku.
Si gadis menghilangkan sayapnya dan kembali berjalan tanpa rasa bersalah. Wanita itu meringis, ia memang terkena beberapa alat medis yang tajam. Baru saja gagang pintu ingin diraihnya, tiba-tiba saja penghianat itu (baca: Dazai) langsung muncul. Tampaknya ia mendengar suara barang berjatuhan, dan mungkin ia ke sini karena mencurigaiku. Karena pintu dibuka secara tiba-tiba, sang gadis terjatuh ke belakang terduduk di lantai dengan kepala menunduk.
"[Name]-chan! Yosano-sensei?!" Kejut Dazai.
Dazai menunduk, berusaha untuk membantu gadis itu berdiri. Tapi, wanita itu langsung memperingati Dazai.
"Dazai! Hati-hati!" teriak wanita itu sambil mencabuti barang-barang yang menancap di tubuhnya.
Dazai menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan bingung. Kemudian dia beralih menatap ke arahku, ia menajamkan matanya ketika melihat ke arahku. Aku sendiri masih duduk di kasur yang ku tempati dengan tenang, walaupun aku sempat terkejut tadinya. Sang gadis semakin menundukkan kepalanya, dari tempatku aku dapat mendengarnya menggumamkan sesuatu.
"Kau.. beraninya kau menggangguku" gumam gadis itu.
Dazai terkejut dan menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu mendongak.
"SHINE!" teriak gadis itu.
Author POV
[Name] menyerang Dazai menggunakan kemampuannya. Tapi, dengan keterampilannya, Dazai langsung menetralkan kemampuan [Name] yang membuat gadis berusia 17 tahun itu kembali pingsan. Yosano yang sudah selesai menyembuhkan luka-luka di tubuhnya --dengan cara membuat dirinya sekarat, tentunya--, langsung mendekati mereka.
"Anak itu kenapa sih? Dia sudah menjadi sangat aneh ketika Kunikida membawanya ke sini" keluh Yosano.
Dazai masih menatap [Name] yang tersungkur di lantai. Tak hanya Yosano yang sebenarnya terkejut akan perlakuan dari [Name] hari ini. Dazai segera menyuruh Yosano untuk kembali memeriksa [Name], sementara dirinya ingin mengetahui lebih jelasnya dari Kouyou. Ia berjalan mendekati Kouyou dengan tatapan curiga.
"Apa ini perbuatanmu, Anee-san?" tanya Dazai langsung.
"Kau tahu kan, kemampuanku tak dapat mengendalikan seseorang" jawab Kouyou.
Dazai meminta detailnya, Kouyou menjawabnya dengan jujur. Karena jika ia berbohong, Dazai pasti akan segera mengetahuinya. Setelah sesi interogasi, Dazai berjalan ke arah kasur yang [Name] tempati. Ia melihat wajah [Name] yang pucat bak mayat hidup. Yosano masih membereskan bekas-bekas kekacauan tadi.
Pintu di buka oleh Kunikida yang mengalihkan atensi seluruh orang yang berada di ruangan itu. Kunikida menoleh ke arah Dazai dan Yosano.
"Ayo, kita harus segera berkumpul!" ucap Kunikida kemudian meninggalkan ruangan.
Yosano dengan cepat membereskan peralatannya dan mengambil senjata andalannya. Dazai menoleh ke arah Kouyou, begitu pula sebaliknya.
"Ndee, bagaimana dengan [Name]?" tanya Yosano.
Pandangan Dazai ia alihkan ke arah Yosano. Ia berpikir keras.
'Jika [Name]-chan kami tinggalkan bersama Kouyou-san, kemungkinan besar [Name] akan menyerangnya dan membuat Agensi ini hancur. Kita belum bisa memastikan bahwa [Name] benar-benar sedang dalam kesadarannya. Aku tahu dia yang sekarang ini bukanlah [Name] yang biasa. Aku juga belum terlalu memahami apa yang sedang terjadi sekarang' batin Dazai
'Haruskah aku membawanya?'
To Be Continue
Author Note :
• Standing operation lamp : lampu yang biasanya digunakan untuk melakukan operasi.
• Elektrokardiogram : alat untuk mengukur dan merekam detak jantung seseorang.
Yo minna-san! Balik lagi bersama author di book ini.
Untuk yang haikyuu, author updatenya besok aja. Hari Minggu kemaren gak sempat update, soalnya dikejar deadline tugas😭. Untungnya emakku dengan berbaik hati membantuku, dan akhirnya tugas dapat diselesaikan dalam waktu 2 hari :^
Beban emang :v
Chapter kali ini mungkin rada gak jelas, dan penyebab [Name] jadi gini itu akan di bahas di chapter selanjutnya^^. Oh iya, Author udah ada art tentang visualisasi [Name] sesuai yang pernah author janjikan.
Eitss, tapi akan author tunjukan di chapter depan aja :D..
Ok segini aja dulu, maafkan kesalahan dalam penulisan. See you in the next chapter!
Jangan lupa vote dan commentnya ya!
Bonus pict :
2248 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro