Kasus Penculikan anak #2
Happy Reading
Setelah berjalan selama 30 menit, akhirnya mereka sampai di rumah sang saksi mata kasus penculikan anak ini. Rumah yang sederhana dengan taman kecil di depannya, membuat kesan hangat dan nyaman. Minoura mengetuk pintu rumah itu sebanyak tiga kali. Namun tak ada seseorang yang membuka atau menyahut dari dalam. Minoura kembali mengetuk pintunya, namun tetap tak ada jawaban dari dalam rumah itu. [Name] yang mulai jengkel karena sudah menunggu lama, akhirnya mulai mengangkat suara.
"Kami dari pihak kepolisian. Urusan kami ke sini untuk membicarakan kesaksian anda atas kejadian penculikan anak tempo lalu.
Apa anda mendengarkan kami?" ucap [Name] sedikit keras agar orang di dalam mendengar. Namun tetap saja tak ada suara dari dalam.
Minoura pun melihat ke arah [Name] "Sudah ku bilang bukan? Sebaiknya kita kembali saja, dan mencari informasi dari masyarakat sekitar" ucap Minoura kemudian berbalik. Namun [Name] menahan tangannya, yang membuat Minoura berbalik ke arah [Name] dengan tatapan jengkel.
"Ada apa? Bukankah sudah ku bilang-" perkataan Minoura terpotong oleh ucapan [Name].
"Aku sudah mengetahui pelakunya" ucap [Name] dengan serius.
Minoura yang mendengar hal itu, langsung berbalik menghadap [Name]. [Name] melepaskan cengkraman tangannya, dan berbalik memegang gagang pintu rumah yang mereka datangi.
"Tapi, aku harus memastikan nya dulu. Jika kita sampai salah tangkap, ini akan menjadi masalah besar" ucap [Name] sambil menghela napas. Minoura mengangkat satu alisnya.
"Kau ingin memastikannya melalui saksi ini?" tanya Minoura. [Name] tak menjawab, kemudian memutar gagang pintu itu dengan santainya dan mendorong pintu agar terbuka. Minoura melebarkan matanya karna terkejut.
"Bagaimana bisa?!"
"Sudah kuduga. Minoura-san cepat panggil ambulan ke sini!" teriak [Name] kemudian berlari ke dalam rumah. Minoura hanya mengikuti apa yang dikatakan [Name] dan segera mengambil ponselnya.
[Name] berlari masuk ke dalam rumah, sambil memegang stun gun untuk berjaga-jaga. Hal pertama yang di lihatnya adalah saksi mata itu sedang mengalami kejang. Langsung saja [Name] mendekati saksi mata itu, dan melakukan pertolongan pertama padanya. Kancing baju atasnya di lepas oleh [Name], agar ia bisa mengambil oksigen. Barang-barang di sekitar [Name] singkirkan, agar saksi mata itu tidak terluka. Badannya dimiringkan, sembari menunggu ambulan datang.
'Kancing baju, barang sekitar, miringkan badan. Pertolongan pertama apa lagi yang ku lewatkan?' batin [Name] sambil sedikit menjauh dari saksi mata itu.
Tak lama kemudian, ambulan datang. Petugas medis langsung membawa saksi mata itu ke dalam ambulan dan pergi ke rumah sakit. [Name] menghela napas lega, karna ini baru pertama kalinya ia melihat orang kejang di hadapannya. Walaupun sudah mengetahui cara melakukan pertolongan pertama, tetap saja [Name] gugup. Takut jika saja pertolongan pertama yang dilakukannya gagal. Minoura yang sudah selesai berbicara dengan salah satu petugas medis yang datang, kemudian melangkah mendekati [Name].
"Saksi mata sudah di bawa, tak ada lagi sumber informasi selain hasil dari lab nanti. Sebaiknya kau serahkan saja kasus ini pada-" lagi-lagi ucapan Minoura dipotong oleh [Name].
"Minoura-san, apa kau tau restoran cepat saji di sekitar sini?" tanya [Name]. Minoura sudah mulai jengkel dengan [Name] yang terus memotong ucapannya, apalagi hanya untuk pertanyaan yang tak penting seperti itu.
"Bocah, ini bukan waktunya untuk bermain-main! Berhentilah bersikap semaumu! Ini adalah kasus, nyawa anak-anak sedang dipertaruhkan!! Lagipula untuk apa restoran cepat saji?" tegas Minoura yang sudah jengkel dengan [Name].
[Name] yang mendengar ucapan Minoura itu hanya berkacak pinggang "Kau belum mengerti juga ya?" tanya [Name] yang membuat Minoura menaikkan satu alisnya. [Name] menghela napas panjang.
"Sepertinya, aku harus menjelaskan situasi sekarang padamu terlebih dahulu"
Sementara itu di sebuah tempat
"Hahh"
Helaan nafas gusar dikeluarkan oleh pria yang sedang membaca dokumen-dokumen di tangannya. Ia bertopang dagu malas, sambil membolak-balikkan kertas di tangannya. Ruangannya terlihat berantakan dengan kertas-kertas yang berserakan. Tak hanya kertas, terlihat juga beberapa sampah botol wine di bawah mejanya. Ia menaruh kertas yang di bacanya secara sembarangan, dan bersender di kursi empuknya.
"Ternyata hasilnya memang percuma" gumamnya sambil mengusap wajahnya kasar.
Ia melihat ke arah ruangannya yang berantakan sambil mengerutkan keningnya. Mengambil wine yang berada di atas mejanya dan meneguknya, kemudian ia berdiri berniat untuk membereskan ruangannya yang penuh dengan kertas berserakan. Memungut kertas satu-persatu, sambil sesekali membacanya sekilas.
'Sejak kapan aku jadi serajin ini?' batinnya sambil memungut kertas di ruangannya.
*Kriet
Suara deritan pintu mengalihkan atensinya dari para kertas. Terlihat seorang perempuan berbaju kimono merah mudah, yang masuk ke dalam ruangan pria itu.
"Anee-san" ucap pria yang berada di ruangan tadi, yang tak lain adalah Chuuya.
Perempuan yang dipanggil 'Anee-san' oleh Chuuya tadi melangkah masuk dan menutup pintunya. Ozaki Kouyou, perempuan tadi kemudian menghela napas dan melihat ke arah pria maniak topi fedora yang bersurai jingga tersebut.
"Astaga ruangan mu berantakan sekali, Chuuya. Tak biasanya kau membaca dokumen sebanyak ini" ucap Kouyou sambil membantu Chuuya. Chuuya hanya terdiam sambil melanjutkan kegiatannya tadi.
Kouyou menghela napas "Memangnya siapa yang sangat ingin kau ketahui itu?" tanya Kouyou sambil meletakkan beberapa kertas yang sudah dipungutnya bersama Chuuya tadi.
Chuuya ikut berdiri, meletakkan kertas di tangannya ke atas meja kerjanya. Ia melihat ke arah Kouyou yang baru saja mempertanyakan sesuatu padanya. Ia melihat ke arah kertas yang berada di atas mejanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Target utama kita, gadis yang katanya berkemampuan hebat itu" ucap Chuuya sambil merapikan dokumen-dokumen yang habis dirapikannya.
Kouyou mengangkat alisnya, bingung dengan jawaban yang diberikan oleh Chuuya tadi "Kenapa? Tak biasanya kau mencari informasi tentang targetmu sendiri. Apa sebegitu susahnya untuk menculiknya?" tanya Kouyou.
Chuuya menggeleng kepalanya "Tidak, menculiknya itu sangat mudah. Hanya saja, aku sedikit penasaran dengannya" jawab Chuuya kemudian duduk di sofa yang berada di ruangan itu, diikuti oleh Kouyou yang duduk di seberangnya.
Kouyou hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kemudian menatap Chuuya "Kau tahu Chuuya? Kau tidak bisa menggunakan perasanmu di dalam pekerjaan yang kotor ini" ucap Kouyou sambil terkekeh melihat Chuuya yang sedang duduk di hadapannya.
Chuuya yang menangkap maksud tersirat dari ucapan Kouyou agak terkejut, kemudian dia menggelengkan kepalanya kuat.
"Tidak, aku tidak mungkin punya perasaan apa pun pada targetku sendiri!" elak Chuuya yang membuat Kouyou terkekeh lagi. Chuuya hanya mendengus kesal, lantaran Kouyou ini sering sekali menggodanya.
"Demo anee-san, dokumen yang dimiliki oleh Port Mafia itu valid dan tidak ada kesalahan bukan?" tanya Chuuya mengalihkan topik pembicaraan. Kouyou mengangguk, kemudian menatap Chuuya bingung.
"Ya, memangnya ada apa?" tanya Kouyou yang bingung dengan pertanyaan Chuuya barusan. Chuuya kemudian memasang wajah serius, yang membuat Kouyou menjadi sangat penasaran.
"Di antara banyak misi yang ku lakukan, aku tak pernah sekali pun mendapatkan dokumen palsu" ucap Chuuya sambil mengusap wajahnya.
"Hanya saja, Kemampuan gadis itu tidak sesuai dengan dokumen yang ku baca" sambung Chuuya, yang membuat Kouyou membulatkan matanya.
"Tidak mungkin, dokumen yang diberikan kepada kau itu harusnya valid. Jarang sekali ada kejadian seperti ini" ucap Kouyou sambil menatap Chuuya serius. Sedangkan yang ditatap, hanya bertopang dagu sambil berpikir keras.
Kouyou kemudian berdiri dari duduknya "Baiklah, aku akan menyampaikan hal ini kepada Boss terlebih dahulu. Kau juga punya misi yang harus dilakukan bukan?" tanya Kouyou, Chuuya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Kouyou berjalan ke luar ruangan.
Setelah Kouyou keluar ruang kerjanya. Chuuya menghela napas panjang, sambil memegang kepalanya. Ia tak menyangka bahwa informasi yang dimiliki Port Mafia bisa salah. Jika pun salah, setidaknya ada beberapa hal yang memiliki kesamaan.
Lelah berpikir, ia pun akhirnya bersiap-siap untuk melaksanakan misi selanjutnya. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di pikirannya.
'Kalau tak salah, targetku ini juga melakukan penculikan. Berarti, tantei-sha juga pasti turun tangan ya. Ku harap yang mengambil misinya bukan si Kusso-Dazai' batin Chuuya kemudian mengambil topi fedoranya dan berjalan ke luar ruangannya dan menutup pintunya.
To Be Continue
Author Note:
Yo minna-san! Kembali lagi bersama author di book ini. Maafkan author yang telat updatenya, soalnya tadi lagi nugas.
Untuk book sebelah, tenang aja... Minggu ini bakal update kok. Kemaren itu draftnya kehapus sendiri, makanya author harus ngetik ulang dulu.
Ok, sampai sini aja dulu. Maafkan kesalahan dalam pengetikan. See you in the next Chapter!
Jangan lupa vote dan commentnya ya!
Bonus pict
Ketika sama-sama gak mau ngakuin penampilan seseorang be like:
CHUUYA HOW CAN YOU BE SO FUCKING CUTE?!!😭💖
1315 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro