Dogra Magra
Happy Reading
"Huhh, orang itu benar-benar menganggu.."
Seorang bocah menggerutu kesal, di hari yang nampak cerah di kota Yokohama. Iris mata yang berbeda di kedua bola mata memancarkan cahaya matahari yang menyinarinya.
Hutan sejuk menjadi latar tempat bocah itu berjalan. Perbukitan hijau nan asri, memanjakan mata sang bocah.
Yumeno Kyusaku, bocah yang sedang berjalan-jalan dengan santai. Ia sedang bosan dan ingin mencari teman bermain.
Bola matanya bergulir ke segala arah, hingga pandangannya tertuju pada seseorang yang nampak tak asing baginya. Dihampirinya orang itu dengan senyuman terpatri di wajahnya.
Q menaruh boneka seram miliknya di tanah. Tangannya bergerak menggoyangkan tubuh seorang gadis yang terletak di hadapannya.
"Onee-san!"
Q memanggil gadis di hadapannya dengan semangat. Namun, tak ada jawaban dari sang gadis. Q kembali menggoyangkan tubuh gadis itu sambil memanggil namanya. Gadis itu akhirnya bangun, matanya yang Baru terbuka berusaha menyelaraskan cahaya matahari yang terik. Dilihatnya pelaku yang membuatnya bangun tadi.
Q tersenyum.
"Onee-san!" seru Q.
Gadis itu --[Name]-- mengernyitkan dahinya.
"Siapa kau?"
Satu kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut gadis berusia 17 tahun membuat Q melunturkan senyumannya. Q menatap [Name] dengan tatapan polosnya.
"Onee-san tak mengingatku?"
"Huh?"
"Onee-san melupakanku!"
[Name] mengacak rambutnya frustasi ketika melihat bocah dihadapannya mulai merengek seperti bayi. Jujur, dia sangat tidak berpengalaman dalam menenangkan seorang bocah seperti Q. Tangan lembutnya terangkat mengusap surai hitam putih milik Q.
"Anoo na, aku sama sekali tak mengerti apa maksudmu. Kau kehilangan Nee-san mu?"
"Tidak! Onee-san yang melupakanku"
[Name] menghela napas gusar. Ia benci anak-anak yang merengek. [Name] berdiri memandangi Q yang masih terduduk di tanah.
Q menatap [Name].
"Onee-san?"
[Name] tak menjawab, ia menunduk melihat Q.
"Tunggu sebentar di sini, aku akan mencari petugas kepolisian terdekat untuk membantu mencari Onee-san mu. Matte ne"
[Name] berlari meninggalkan Q yang masih terduduk. Q menatap punggung [Name] yang kian menjauh setiap detik. Boneka seram yang tergeletak di tanah diambilnya. Bocah itu berdiri masih menatap jalan tempat terakhir [Name] berpijak.
"Padahal aku merindukanmu lho, Onee-san"
Q perlahan meninggalkan tempat itu.
[Name] berlari. Ia ingat bahwa ia masih berada di dalam misinya, dan ia malah berada di hutan bersama dengan bocah yang tersesat. Ia sudah berlari selama 3 menit, namun tak kunjung menemukan kantor polisi atau petugas yang sedang berpatroli. Hingga secara tak sengaja ia menabrak seseorang.
"Aah, daijobu?"
"Hahh.. hahh.. Daijobu"
"Lain kali perhatikan langkahmu ya"
"Ha'i, sumimasen hahh.. -deshita"
[Name] menatap orang yang ditabraknya. Seorang polisi perempuan yang nampaknya sedang berpatroli. Segera saja bahu polisi itu [Name] pegang. Polisi wanita itu terkejut.
"D-doushita?"
"Hahh.. hahh.. Anoo, bisakah kau menolongku?"
Polisi wanita itu mengangguk. [Name] mulai menceritakan Q masih dalam keadaan terengah-engah. [Name] sudah mengatakan bahwa dirinya sedang berada dalam misi, dan tak dapat membantu bocah yang sedang tersesat sekarang. Polisi wanita itu mengangguk mengerti dan akan membantu [Name]. [Name] menghela napas lega. Baru saja ia ingin menunjukkan tempat Q berada, ia kembali dipanggil oleh seseorang.
[Name] menolehkan kepalanya ke arah suara dari seseorang yang memanggilnya.
"Hoi, bocah detektif. Lama tak bertemu"
"Oh, Minoura-san"
Minoura berjalan mendekati mereka berdua. Sang polisi wanita membungkukkan badan, memberi hormat kepada sang senpai atau atasannya. Minoura mengangguk dan mempersilahkan wanita itu mengakhiri kegiatan memberi hormatnya. Minoura bertanya kepada polisi wanita itu, dan dijawab dengan lancar oleh sang polisi.
Minoura secara kebetulan akan melakukan investigasi di sekitar tempat itu. Hingga mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk menaiki mobil dan menuju tkp. [Name] meminta Minoura untuk meminjamkan ponselnya untuk menghubungi Agensi. Minoura membolehkannya, dan meminjamkan ponselnya.
Nada dering yang terdengar dari ponsel Minoura membuat [Name] sedikit tenang. Dengan ini ia dapat mengetahui bahwa Agensi masih dapat dihubungi.
"Ini kantor Agensi Bunsho tantei-sha, apa ada yang bisa kami bantu?" suara Kunikida terdengar dari arah sebrang ponsel.
"Kunikida-san, bagaimana keadaan di Agensi sekarang?"
"[Name]? Itu kau?"
"Ha'i"
"Astaga, Naomi dan Haruno benar-benar mencemaskanmu sejak kemarin, mereka hampir menggila di Agensi dan Atsushi"
[Name] mengangguk pelan. Kemudian ia tersadar akan sesuatu yang janggal dalam kalimat yang diucapkan Kunikida.
"M-matte, kemarin?!"
"Kau tak menyadarinya?! Kau sudah menghilang selama Satu hari!"
Kunikida menghela napasnya. [Name] bersweat drop, ia tak menyangka bahwa anggota tantei-sha akan sepanik itu. Kunikida kembali bersuara di ponsel.
"Keadaan Agensi masih belum stabil. Secara tiba-tiba eksekutif Port Mafia mendatangi markas rahasia siang tadi, Kyouka sedang tak ada kabar, dan sekarang Sachou sedang berada di luar Agensi. Sebaiknya kau segera ke sini" ucap Kunikida.
"Ha'i, aku akan kembali ke sana dalam 30 menit ke depan" jawab [Name].
Di sisi lain Kunikida mengernyit, 30 menit katanya?! tantei-sha membutuhkan [Name] sekarang!.
Kunikida berdiri dari duduknya.
"Hoi, apa maksudmu dengan 30- kusso, dia malah mematikannya!"
Kunikida kembali menyenderkan punggungnya di kursi. Tangannya terangkat memijat pelipisnya. Helaan nafas terlontar dari mulutnya.
Kembali kepada [Name], ia sedang menunjukkan tempat Q berada. Polisi wanita itu segera berkendara menuju arah yang ditunjukkan. Setelah sampai, [Name] segera turun dari mobil. Ia mencari keberadaan Q, namun Q tak dapat ia temukan dimanapun.
[Name] merutuki dirinya, seharusnya ia tak meninggalkan bocah itu sendirian di hutan ini. [Name] kembali menuju mobil polisi dengan wajah yang terlihat menahan amarah.
Minoura yang melihat [Name] kembali tanpa seorang bocah pun bertanya padanya.
"Mana bocahnya?"
[Name] menggelengkan kepalanya. Dia memijit pangkal hidungnya dengan alis yang bertekuk.
"Aku tidak tau, dia menghilang"
Minoura menatap [Name]. Ia menghela napas panjang. Sudah kuduga akan menjadi seperti ini, pikirnya. Ia kembali berucap.
"Mungkin dia masih berada di sekitar sini, ayo naiklah"
[Name] mengangguk, ia kembali masuk ke dalam mobil. Mobil berjalan di sekitar hutan itu dengan kecepatan rendah. [Name] melihat-lihat sekitar, mencari keberadaan Q lewat jendela mobil. Baru beberapa menit berkendara, [Name] dengan mudahnya dapat menemukan Q yang sedang berjalan menuju jalan lain. [Name] segera menunjuk arah dimana Q berada, sambil mencondongkan tubuhnya kedepan.
"Itu dia! Di arah jam 2!"
Sang polisi segera membanting setirnya ke arah kanan. Mereka berhenti dan segera turun dari mobil termasuk Minoura. [Name] menghampiri Q, ia memegang pundak Q dari belakang.
"Syukurlah kau masih di sini" ucap [Name]
Q berbalik, iris matanya menatap [Name] "Onee-san?"
[Name] tersenyum simpul, telunjuknya mengarah kepada polisi wanita di sebelahnya "Kau akan menemukan Nee-san mu dengannya, ya? Aku harus segera kembali bekerja"
[Name] berbalik, ia ingin segera pergi ke Agensi. Namun, tangannya ditahan oleh Q. [Name] kembali menatap Q dengan tatapan yang sedikit kesal, ia hampir terlambat dari janjinya pada Kunikida. Q menunduk menatap tanah yang dipijaknya.
"Onee-san yang kumaksud itu adalah dirimu, [Name]-nee" ucap Q
Boneka yang Q bawa tiba-tiba tertawa sendiri. Tawaan yang terdengar sangat seram dan mengerikan. [Name] mengangkat alisnya, ia bingung terhadal Q yang tidak ketakutan, padahal di anak-anak di umurnya seharusnya takut dengan suara tawa mengerikan itu. Sementara Minoura sudah menarik mundur polisi yang berada di dekat [Name] tadi. Secara tak disangka, sebuah noda gelap berwarna keunguan muncul di bagian leher [Name] dengan cap tangan. Polisi itu menyadarinya, ia bergumam pelan.
"Sejak kapan noda itu ada di lehernya?"
[Name] mendengar gumaman itu. Ia menyentuh lehernya, namun tak mendapati noda itu di tangannya. Q menyeringai, kepala boneka yang dibawanya ia sobek. [Name] kembali menatap Q, namun dengan tatapan waspada.
"Nee Onee-san, ayo kita bermain lagi"
Perlahan Q menyikap lengan bajunya, menampakkan lengan miliknya. Dimana di mata [Name] terdapat banyak sekali benda tajam dan lainnya. [Name] sudah tergerak untuk memegangi tangan Q agar tak bergerak. Namun, gerakannya terhenti ketika mendengar Q berucap.
"Aku ingin melihat kegilaan [Name]-nee yang sangat ku rindukan"
Dan [Name] mulai kehilangan kendali atas tubuhnya.
To Be Continue
Author Note :
Yo minna-san! Kembali lagi bersama author di book ini!
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan 🙏. Dan kalau bisa kadar halunya di kurangin, karna katanya bisa ngurangin pahala puasa :D.
Oh iya, author pengen mengingatkan sesuatu. Seluruh alur cerita di sini dari ide author sendiri! Jadi, jangan heran kalau nanti kedepannya ada karakter yang mati :D.
//Ketawa sadis.g
Dan persiapkan otak kalian untuk membaca [Name] past karna banyak banget materi yang bakal masuk (kayak fisika, dll.)
Berbahagialah para readers, karna novel Storm Bringer sudah ada yang ngetranslate versi Indonesia nya.
Silahkan cek akun warby_exe
Arigatou author sama //nunduk
Ok segitu dulu. Maafkan kesalahan dalam pengetikan. See you in the next chapter!
Jangan lupa vote dan commentnya ya!
Bonus Pict :
Dimana ada Chuuya, di situ ada fedora :D
1373 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro