Part 8 - Off We Go
Dua hari ini Chanyeol dan Gayoung sudah berpeluh keringat, mulai hari pernikahan, pyebaek, sampai registrasi pernikahan mereka. Belum lagi, pasti mereka masih akan disibukkan dengan keperluan administrasi dan akomodasi selama di Perancis.
Bukan berarti jika Gayoung adalah penerima beasiswa semua keperluannya akan terjamin setiap saat.
Apa lagi, dia membawa seorang pria yang Gayoung sendiri bahkan tak habis pikir bagaimana pria itu bisa mendapatkan VISA dengan mudah untuk menemaninya. Lalu, tiba-tiba, dengan kesaktiannya mengajukan percepatan tanggal pernikahan karena ia harus segera tiba di Toulouse. Dalam semalam, rencana Gayoung menjadi berantakan. Sebenarnya, siapa yang punya rencana untuk tinggal di Toulouse?
Pagi ini, Chanyeol dan Gayoung memberikan salam perpisahannya pada Keluarga Moon dan Keluarga Park sebelum keberangkatan mereka ke benua biru.
"Kalian harus akur. Tidak ada siapapun lagi yang kalian miliki di sana. Appa titip Gayoung, ya," titah Appa mengingat pertikaian mereka sebelumnya.
"Ya. Itu tanggung jawabku Appa," jawab Chanyeol menganggukan kepala. Terdengar penuh kesungguhan. Such a good husband.
"Eomma ... Appa ...."
"Gayoung-ah ini impianmu. Kau harus berjuang. Eomma tidak suka jika kau mendadak manja saat seperti ini."
Tidak ada sosok yang lebih kuat dari Eomma dan Appa-nya di mata Gayoung. Melepas seorang anak ke tempat yang jauh adalah hal yang berat bagi orang tua mana pun. Namun, ketika sudah memutuskan untuk memberikan izin dan melepaskannya, mereka harus berkomitmen dengan baik. Ini adalah bentuk pertaruhan dari rasa kasih sayang yang mereka berikan.
"Bersemangatlah! Berikan kabar jika kalian sudah mendarat, ya," ucap Chanyeol Eomma.
Ini bukanlah hal yang mudah untuk Gayoung, Chanyeol dan keluarga mereka. Mereka berdua akan tinggal di Perancis selama hampir 3 tahun. Bukan berarti mereka tidak bisa berkomunikasi. Hanya saja, jarak ribuan kilometer pasti akan membuat seseorang merasa kesepian dan merindukan keluarga.
"Park Chanyeol! Tunggu!"
Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang berusaha melewati kerumunan calon penumpang.
Chanyeol membalikkan tubuh dan mencari ke arah suara yang memanggilnya. Tampak Junmyeon dan Sehun melambai-lambaikan tangannya.
Sehun dan Junmyeon terlambat bangun. Mereka tiba di bandara tepat ketika Chanyeol sudah antre untuk check in. Jika saja kedua pria itu terlambat beberapa menit, mungkin mereka tak sempat bertemu.
"Aku harus keluar antrean sebentar. Aku belum mengucapkan salam perpisahanku pada dua orang itu," tutur Chanyeol, menyerahkan passport dan tiketnya pada Gayoung dan menunjuk kedua temannya.
Gayoung tak banyak bicara dan menerima passport serta tiket milik Chanyeol. Ia melirik sebentar ke arah dua pria yang terlihat sumringah, bertengger di samping pot besar.
Junmyeon memeluk Chanyeol erat dan menepuk-nepuk punggung Chanyeol.
"Kau harus jaga diri di sana. Tidak usah terlalu mencemaskan Visio. Ada aku dan Sehun," tenang Junmyeon. Ia selalu menjadi sosok yang menenangkan dongsaeng-nya dalam kondisi apapun.
"Kau tetap perlu mengontrol progres seminggu sekali," ucap Sehun mengacaukan kalimat yang dirangkai sedemikian rupa oleh Junmyeon.
"Yah, biarkan dia mengambil waktu istirahatnya. Ini sudah pernah kita diskusikan jauh-jauh hari."
"Tapi ia mempercepat waktunya," bantah Sehun tak terima, sambil mendorong dada Chanyeol dengan satu jarinya.
"Sebegitu beratnya kau melepasku?" goda Chanyeol sambil tertawa. Ia merangkul pundak Sehun dan mengusap ubun-ubun dongsaeng-nya. Pria itu selalu menganggap Sehun seperti adiknya sendiri.
"Tentu! Karena kerjaanku akan bertambah berkali lipat."
"Hyung, kau belum mendapat penggantiku di sini? Jangan terlalu pemilih!"
Sebenarnya Visio secara resmi telah mencari pengganti Chanyeol. Tapi, tidaklah mudah mencari pengganti Chanyeol. Meskipun secara struktur Chanyeol adalah Chief Operating Officer (COO), sebenarnya ia turut berperan sebagai developer dan memberikan banyak ide brilian tentang pemasaran. Layaknya perusahaan startup lain, satu personil harus mumpuni menangani beragam pekerjaan. Multitasking.
"Hanya belum ada yang cocok. Jangan kau pikirkan, sebentar lagi kami akan mendapatkannya. Tapi, kau masih bisa diganggu 'kan?" kali ini Junmyeon justru menguji Chanyeol.
"Sekalipun kalian sudah mendapatkan penggantiku. Tetaplah berikan update. Aku tidak bisa menerima uang cuma-cuma," tandas Chanyeol menanggapi sambil tertawa.
Ya, Chanyeol sementara sedang mengambil cuti panjangnya dari Visio selama ia berada di Perancis. Peran yang ia pegang awalnya akan dibagi untuk Sehun dan Junmyeon. Namun, hal ini akan membuat volume pekerjaan kedua rekannya overload. Sebenarnya Chanyeol masih akan memegang peran developer-nya karena itu bisa dilakukan di mana saja.
"Tentu, masa anak bawang hanya jadi investor," canda Sehun.
Gayoung yang sudah selesai melakukan check-in, berjalan ke arah Chanyeol untuk mengembalikan tiket dan passport pria itu. Sekaligus beramah tamah.
"Kau bawa saja dulu. Kita akan masuk bersama," tolak Chanyeol untuk membawa dokumen keberangkatannya sendiri. Sepertinya ia sudah mulai memanfaatkan keberadaan Gayoung.
"Kami pamit dulu, ya," ujar Gayoung menyunggingkan senyum dan mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan. Terlepas perseteruan di antara mereka, ia akan tetap bersikap ramah pada keluaga dan teman-teman Chanyeol.
"Ya, aku titip dongsaeng-ku ya Gayoung-ssi. Kalau dia tebar pesona, tutup saja wajahnya dengan karung," pesan Junmyeon .
Sebenarnya, ini adalah pesan ketiga yang meminta Gayoung untuk menjaga Chanyeol. Kakak-kakaknya pun menganggap Chanyeol adalah adik manja mereka yang harus Gayoung jaga. Apakah Gayoung salah memilih orang?
"Pria seperti ini tidak bisa dijaga. Seharusnya dia diikat saja di tiang agar tidak berulah," jawab Gayoung dalam hati.
Namun, Gayoung menganggukkan wajah dan membalas dengan senyum tulus.
"Gayoung-ssi, semoga kau belajar dengan baik di Toulouse. Aku harap, tindakanku di Starbucks waktu itu bisa membuatmu memaafkan kesalahanku sebelumnya," ungkap Sehun yang dari tadi sibuk merangkai kata maafnya untuk Gayoung.
Ya, jangan pernah berharap pria yang menarik tangan Gayoung saat pertemuannya dengan Jongin adalah Chanyeol. Dia adalah Oh Sehun. Seorang adik yang merasa terancam saat calon istri kakak-nya didekati pria lain.
Tawa Gayoung terdengar nyaring, mencuri perhatian ketiga pria yang berdiri di sekelilingnya. Sebenarnya, ia sudah memaafkan Sehun walaupun ia tetap menjaga jarak dari pria itu.
"Ya. Sampai bertemu lagi, ya. Kami akan berkabar setelah tiba di sana," ujar Gayoung melambaikan tangan dan meninggalkan mereka menuju tempat pemeriksaan. Mengingat keberangkatan internasional butuh waktu lebih lama dari domestik.
Jika Sehun dan Junmyeon tidak menatap Chanyeol dengan tatapan mengingatkan, Chanyeol tidak akan sadar Gayoung sudah berjalan beberapa meter meninggalkannya.
"Gayoung-ah, tunggu!" teriak Chanyeol yang tidak digubris.
"Akan kukabari jika sudah tiba," pamit Chanyeol menyalami kedua temannya. Ia berjalan tergesa-gesa dengan satu sisi tas yang digantungkan di lengan kanannya, mengikuti Gayoung yang ternyata berjalan begitu cepat.
"Rasanya sulit percaya kalau Chanyeol sudah menyusul Kyungsoo," tukas Junmyeon menahan tawa. Pernikahan Chanyeol terasa mendadak dan janggal. Namun, ia berharap ada perubahan setelah keduanya terdampar di tempat asing dan hanya menemukan satu sama lain.
"Mereka mirip tikus dan kucing, tapi berusaha menjaga image. Jangankan bergandengan tangan. Berjalan bersama pun tidak ..." gumam Sehun.
Lantas, keduanya nyaris terpingkal saat seseorang hampir menabrak pasangan baru itu. Chanyeol berusaha melindungi ‒dengan menarik bahu‒ Gayoung. Entah bagaimana, Gayoung justru berjongkok memeluk tasnya. Membiarkan Chanyeol memeluk udara.
"Refleksnya kurang cepat," keluh Junmyeon.
"Hyung tetaplah Hyung-ku yang selalu payah."
***
Karena ulah Chanyeol memajukan tanggal pernikahan, Gayoung harus rela kehilangan tiket yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Lebih buruk dari itu, Chanyeol menggantinya dengan tiket yang menghabiskan 45 jam waktu perjalanan menuju Toulouse dengan dua kali transit. Sungguh tanggung jawab yang melelahkan
Ketidak akraban keduanya menjadikan mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Gayoung membaca buku dan sesekali memutar playlist. Sedangkan Chanyeol sibuk bermain games di ponsel. Mereka punya dunianya masing-masing dan tidak beririsan.
Masih ada 14 jam di Bandara Charles de Gaulle untuk transit sebelum tiba di Toulouse. Bahkan, ini lebih lama dibandingkan waktu mereka harus transit di Peking sebelumnya. Charles de Gaulle termasuk bandara terbesar di Eropa. Tempat yang nyaman untuk menunggu, tapi tidak untuk Gayoung. Jiwa petualangnya seakan menantang diri.
"Aku akan keluar sebentar untuk melihat Paris," pamit Gayoung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju arrival gate.
"Aku ikut!"
Ia pikir Chanyeol tidak akan ikut bersamanya. Pria itu terlalu asyik bermain dengan ponselnya sedari tadi. Gayoung sendiri tak akan pergi jauh. Ia hanya rindu pada Paris.
"Tidak akan lama. Aku hanya pergi selama beberapa jam. Sebelum check-in, akan kupastikan aku sudah di bandara."
Paris bukan tempat yang asing. Sebelumnya ia terbiasa pergi ke mana pun seorang diri. Keberadaan Chanyeol bisa membuatnya risih.
"Aku bisa bosan sendirian di sini."
"Kau punya ponselmu. Dari tadi kau juga sibuk bermain dengan ponselmu," ketus Gayoung benar-benar menolak pria itu. Sebenarnya ia juga tidak betah dengan suasana awkward mereka.
"Sudah, sudah. Aku belum pernah melihat Paris. Waktu kita tidak sampai setengah hari. Ayo!" Chanyeol sudah berdiri dan mendorong pundak Gayoung dari belakang, mengekor seperti bebek.
***
"Kau tidak salah bus 'kan? Lama sekali," keluh Chanyeol berisik. Padahal, mereka baru setengah jam di dalam bus.
"Siapa yang menyuruhmu ikut denganku?"
Gayoung melirik Chanyeol. Sejujurnya, pertanyaan itu membuatnya sedikit ragu dengan navigasinya.
"Seingatku, kita masih akan melewati L'arrêt Étoile sebelum sampai di sana. Lagi pula kau juga memaksa ke tempat mainstream yang agak jauh."
Jika ingatan Gayoung tidak salah mereka masih memerlukan 20 menit untuk sampai ke lokasi yang Chanyeol inginkan. Pria itu sok ide saat keduanya membeli tiket bus tadi.
"Benarkah? Kau yakin seakan kau pernah ke sini saja," cibir Chanyeol sok tahu. Sebenarnya, dia ikut bukan karena bosan. Bagaimana mungkin melepaskan Gayoung di tempat asing seorang diri?
"Kau bisa menggunakan nalar dan maps di ponsel. Ada WiFi di bus ini."
Chanyeol mengangguk paham meskipun tak menjalankan instruksi Gayoung. Ia masih duduk santai di kursi sembari menikmati pemandangan bangunan kuno yang tak familier sama sekali.
"Kalau sampai kita tersesat kau harus bertanggung jawab," omel Chanyeol seraya menunjuk jam tangannya. Ya, tantangan mereka adalah waktu. Tak banyak waktu mereka di Paris.Gayoung menirukan gerak bibir Chanyeol tanpa suara. Kesal setengah mati dengan sikap pria yang terpaksa harus hidup bersamanya.
***
'Off we go' aku pecah ya. Jadi, read the next part. Karena ternyata panjang banget.
Boleh banget komentar dan bintangnya. Love you ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro