Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 24 - Barrier

Satu jam Chanyeol mondar-mandir di depan pintu kamar. Biasanya, Gayoung akan keluar kamar sebelum pukul 7 pagi, mengingat kebiasaan gadis itu untuk menyelesaikan pekerjaan domestik. Namun, sampai jarum panjang berada di angka 2, ia tak kunjung melihat batang hidung gadis itu. Kalau saja semalam Chanyeol kembali—ke apartment — lebih cepat, mungkin ia bisa menyerahkan benda di tangannya segera. Mau bagaimana lagi, rencana spontannya membuat Chanyeol baru tiba setelah Gayoung berada di dalam kamar.

"Tidak mungkin 'kan, dia pingsan di kamar?" gumam Chanyeol seraya menekan handle pintu hati-hati.

Pria itu lebih kecewa ketika didapatinya kamar mereka yang sudah kosong dan tertata rapi. Jelas, Gayoung pergi lagi tanpa berpamitan.

Drt drt drt.

Jongin

Ada fitness center baru buka dan aku punya voucher discount.

Mau ikut?

Sebenarnya, Chanyeol malas menerima undangan Jongin, tapi bisa jadi ini akan menjadi kesempatan untuk bertemu Gayoung di luar sana. Lantas, ia menekan tombol call pada ponselnya.

"Di mana? Kalau sekarang aku ikut," ucap Chanyeol, tanpa sapaan, ketika panggilannya terhubung.

"Memang sekarang. Kau tahu Boulevard Lacrosses tempat TBS 'kan? Nah, di pojok ada Fitnessboutique."

"Hmmm... agak sulit membayangkan. Kita bertemu di halte saja," putus Chanyeol sebelum mengakhiri panggilan. Diletakkannya bucket yang sudah disiapkan sejak semalam. Lantas, ia bersiap pergi menuju lokasi yang ditentukan Jongin.

***

Gayoung sendiri sedang duduk di ruang tunggu praktik dokter sembari berselancar di internet, membaca isu-isu terkini tentang ekonomi maupun bisnis. Ketika pikirannya carut-marut, justru membaca permasalahan yang lebih besar akan membuat pikirannya rileks. Hanya dengan masalah yang lebih kompleks, kita dapat merasa bahwa masalah yang kita hadapi tak sepelik yang dibayangkan.

Sebelum tiba di klinik, gadis itu sempat pulang ke unit untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Tak mungkin ia pergi ke klinik dengan bau keringat yang menguar dari sekujur tubuh. Namun, ia kembali tak menemukan Chanyeol untuk sekedar menyapa atau bahkan minta maaf. Entah di mana Sunbae-nya itu berada sekarang.

Fokus Gayoung terpecah akibat sebuah notifikasi yang muncul di ponselnya. Kalau, sebelumnya Sunbin, sekarang adalah Jongin. Posting-an tersebut belum lama, tapi sudah banyak komentar yang memperhatikan sosok di dalamnya. Ya, Chanyeol kembali bersenang-senang tanpanya, bahkan tanpa membiarkannya tahu.

***

Braaak.

"Aaargh!"

"Chan!" teriak Sunbin khawatir, mendapati sebuah barbel meleset dari tangan Chanyeol.

Beberapa pengunjung di studio gym pun berhamburan menghampiri Chanyeol untuk melihat kondisi pria itu.

"Astaga. Bagaimana bisa? Bukannya ada trainer di sini?" keluh Jongin mengomentari. Karena baru pertama kali mengunjungi studio fitness ini, masing-masing dari mereka didampingi oleh trainer sesuai program yang dipilih.

"Je suis désolé, Monsieur*," mohon sang Trainer merasa bersalah. Ia membantu mengangkat barbel dan memanggil tenaga medis untuk pertolongan pertama.

Chanyeol menatap sinis pria berambut pirang dengan pakaian ketat yang sejak awal membimbingnya. Ia sudah kesal sejak tadi karena pria itu tidak fokus pada aktivitasnya, justru memperhatikan tubuhnya lekat-lekat. Bahkan, ketika trainer tersebut berusaha memapahnya, Chanyeol menepis tangan pria itu.

"Sunbin-ah, bisa kau bantu aku?" pinta Chanyeol mengingat Jongin sedang mengajukan komplain pada manajemen. Ia tak punya pilihan. Ya, sebenarnya Jongin juga sudah menangkap gelagat aneh dari pria muda tadi sejak Chanyeol masuk. Sayangnya, Chanyeol terlalu positif memandang keramahan pria itu.

Kondisinya saat ini membuat Chanyeol mengaduh kesakitan ketika seorang perawat menempelkan kompres es pada lebam kebiruan di tubuhnya. Masih untung kepala dan bagian tubuh yang lain terselamatkan. Tapi tetap saja gundukan berwarna agak merah di lengan atasnya menjadi alasan untuk menggerutu.

"Sudah kubilang 'kan? Matanya jelalatan, tapi kenapa kau mau mengangkat barbel sepanjang itu sih? Biasanya kita hanya 7 feets. Itu saja setelah beberapa kali trial," tegur Jongin ikut kesal. Ia sampai berhenti mengangkat beban.

Chanyeol mendengus, "Hmmm, dia bilang aku pasti mampu. Ya, aku tertantang. Kalau bisa yang sulit kenapa hanya bisa yang mudah."

Sunbin dan Jongin menggeleng tak habis pikir. Mereka baru tahu sisi Chanyeol yang satu ini. Ternyata pria ini sama ambisiusnya dengan Gayoung. Pantas, kedua orang itu tak terpisahkan meskipun sering berselisih.

***

Setidaknya, Gayoung bisa tersenyum lega. Dosis terapinya sudah berkurang, begitu pula dengan frekuensi kontrolnya. Perkembangan kondisi mentalnya cukup cepat hingga sang Dokter juga merasa takjub. Keributan dengan Chanyeol ternyata tak seberpengaruh itu. Jika tidak ada masalah, mungkin dalam dua sampai tiga bulan lagi ia bisa berhenti mengonsumsi obat.

"Gayoung ..."

Sontak Gayoung menoleh dan mendapati Jongin juga berada di resepsionis klinik. "Kau sakit?"

Jongin menggeleng, justru ia yang curiga Gayoung sedang sakit.

"Ada perlu apa?" tanya Gayoung lagi, tak memberikan kesempatan Jongin untuk bertanya.

"Oh, itu Chanyeol Hyung. Kecelakaan. Aku mendaftarkannya."

Mata Gayoung membola mendengarnya, pegangannya terhadap kantung obat pun lolos. Ia memang menyumpahi Chanyeol beberapa kali. Namun, mendengar pria itu terluka, ia khawatir.

"Di mana dia sekarang?" tanya Gayoung panik.

"Masih di IGD. Ikut aku!" ajak Jongin.

Dengan sigap, Gayoung mengambil kantung obatnya dan mengekori Jongin dengan jantung yang berdegub kencang. Pikirannya kalang kabut. Meskipun, berulang kali mengunjungi klinik, ia tak pernah suka suasana IGD. Apalagi, harus membayangkan Chanyeol berbaring di dalamnya.

"Sabar, ya, Chan. Sebentar lagi dokter akan memasang gypsum."

Suara tersebut terdengar jelas meskipun mereka terhalang tirai. Belum apa-apa, suasana hati Gayoung kembali panas. Ia mengenal suara tersebut. Buat apa ia khawatir kalau ada Sunbin bersama Chanyeol?

Membiarkan Jongin menyibak tirai, Gayoung mengamati Chanyeol dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan datar. Menyisakan pandangan bingung Chanyeol akan sikap dingin gadis itu. Apalagi Jongin, ia yakin tadi Gayoung panik sampai berjalan cepat. Lalu, sekarang gadis itu seperti melihat hal yang biasa-biasa saja.

"Jatuh di mana?"

"Chan terkilir karena kejatuhan barbel," jawab Sunbin mewakili.

"What?"

Ini bukan hanya keterkejutan karena insiden angkat beban. Namun, bisa-bisanya sampai dibawa ke IGD—padahal pria itu antipati— dan satu lagi, Chanyeol kembali pergi bersama dengan Sunbin. Entah tidak punya rasa jera atau memang bukan masalah baginya.

Gayoung ingin bertanya banyak, tapi ia masih mau mempertahankan harga diri untuk tak tampak cemas.

"Jongin, Sunbin, terima kasih sudah mengantar. Kurasa kalian berdua bisa pulang sekarang. Sudah ada Gayoung," ujar Chanyeol membaca situasi.

"Kenapa aku? Tidak ... tidak .... Kalian 'kan yang antar," tolak Gayoung tak suka.

Jongin menatap Chanyeol bingung dan pria itu menutup mata sekilas sebagai kode. Sudah lelah memperingatkan, Jongin menarik tangan Sunbin untuk pergi.

Sunbin justru menghempas tangan Jongin dan melihat Chanyeol penuh rasa kecewa.

"Aku mau di sini. Aku khawatir."

Gayoung mendesah, kesal saja akan menonton drama. Saking tak mau lagi terlibat, ia memilih untuk pamit, "Okay, agar tidak terlalu ramai, aku dan Jongin pulang dulu. Semoga Sunbae lekas sembuh."

Senyum asimetris Chanyeol terkembang. Rasanya sulit sekali untuk bicara dengan Gayoung akhir-akhir ini. Ternyata, bukan hanya soal keberaniannya, untuk bersamanya saja, gadis itu enggan.

"Oh, begitu? Atau, kau serius mau membatalkan perjanjian kita?" ucap Chanyeol lantang.

Gayoung menoleh mendengar kata 'perjanjian'. Begitu juga kedua temannya yang menatap bingung Chanyeol dan Gayoung bergantian. Jujur saja, hubungan kedua orang ini terkadang terasa misterius untuk kedua teman mereka.

"Baik. Aku akan menemani Sunbae."

***

Lebih dari setengah jam, Chanyeol berada di kamar mandi, tapi sampai sekarang, batang hidung pria itu belum terlihat. Setelah mendengar penjelasan dokter dengan detail, Gayoung tahu kalau Sunbae-nya benar terluka. Lengan Chanyeol terkilir, ligamennya tidak sampai robek tapi memang ada peregangan yang menyebabkan peradangan di lengannya. Jadi, mau tidak mau lengan kanannya harus diperban setidaknya selama seminggu ini.

Jika mengingat betapa hebohnya Park Chanyeol selama proses pemeriksaan, Gayoung selalu ingin tertawa. Chanyeol geger untuk memastikan kalau tidak ada fraktur pada tulangnya, setelah hasil rontgen keluar. Bahkan, berulang kali bertanya apakah perlu dilakukan operasi.

"Gayoung-ah," panggil Chanyeol membuyarkan lamunan Gayoung. Kepalanya menyembul dari sela pintu.

"Bantu aku! Jambangku sudah mulai tumbuh. Kemarin aku belum bercukur."

"Kau ini mengganggu pekerjaanku— membersihkan rumah. Biarkan sampai kau sembuh saja. Lagi pula pria berjambang 'kan manly," tolak Gayoung jujur. Jarang-jarang ia melihat Chanyeol dengan sedikit bulu halus di rahangnya yang tajam.

"Jorok, tahu!"

Mau tidak mau, Gayoung menghampiri Chanyeol dan menyemprotkan krim cukur ke rahang pria itu. Ragu-ragu sekaligus penasaran, ia mulai menempelkan pisau cukur di dagu. Ini pengalaman pertama Gayoung bermain dengan pisau cukur dan wajah orang. Salah pergerakan, dagu Sunbae-nya jadi korban.

Hal ini tentu tertangkap oleh ekor mata Chanyeol. Pria itu menahan tawanya dalam senyum.

"Terima kasih."

Sontak, tangan Gayoung berhenti bergerak. Takut pisaunya akan melukai Chanyeol yang bicara.

"Sudah menyayangiku selama ini," imbuh Chanyeol. Lantas, pria itu menunjukkan puppy face-nya.

Bukan rasa bahagia diapresiasi yang Gayoung rasakan. Hatinya tergelitik. Siapa yang senang membahas sesuatu yang mengingatkan akan perasaan yang bertepuk sebelah tangan?

"Sekarang... siapa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Aku."

Jawaban polos Chanyeol membuat Gayoung gemas, hingga mencubit kecil paha pria di hadapannya.

"Aaw!"

"Jangan terlalu percaya diri! Aku tidak pernah berkata seperti itu," kilah Gayoung yang lantas membuang muka.

Chanyeol terkekeh melihat pemandangan ini. Menatap Gayoung yang berusaha mengelak sementara guratan merah di wajahnya menunjukkan sebaliknya. "Sayangnya kau tak pintar bohong."

"Aku selalu bisa merasakannya. Maaf, aku masih belum bisa membalas sampai hari ini," imbuh Chanyeol tanpa pikir panjang.

Ada jeda yang tercipta. Raut kecewa Gayoung tak lagi bisa terelakkan. Ia sudah berusaha tak peduli dengan balasan yang tak bisa Chanyeol beri, tapi bukan berarti ia rela dipermainkan. Terbesit rasa curiga, kalau Chanyeol memang mengerti apa yang diharapkan Gayoung, apakah itu termasuk alasan Chanyeol memanfaatkannya sebagai tameng?

Gadis itu masih menahan diri untuk fokus dengan apa yang dikerjakannya. Termasuk dengan mengusap lembut dagu Chanyeol dengan air hangat, yang justru mengikis jarak di antara mereka berdua.

Seketika jantung Chanyeol berdegup kencang. Menimbulkan letupan-letupan yang lama tak ia rasakan dalam hatinya. Entah setan dari mana yang menghinggapi. Pun ketika Gayoung meletakkan alat cukur, manik mata Chanyeol tak lepas dari wajah Gayoung.

Chanyeol ingin bicara untuk meredam degup jantungnya, tapi ia malah meracau, "Hmmm, soal beberapa ... beberapa malam yang lalu..."

Mata Gayoung memicing tajam. Emosinya tak bisa ditahan lagi kalau Chanyeol sendiri juga tak mau peduli dengan ketegangan yang diciptakan. Menurutnya, Chanyeol tak pernah benar hari ini.

"Bisa kita tidak membicarakannya?"

"Tapi ... bukankah kita harus terbuka."

Gayoung mendesah keras. "Sudah cukup kau menuduhku yang tidak-tidak. Kumohon, lupakan malam itu dan anggap tidak pernah terjadi apapun di antara kita."

"Bagaimana bisa? Malam itu—"

"Stop! Itu bukan hal penting yang harus kita bahas," tegas Gayoung dengan tatapan menghujamnya.

Chanyeol baru merasakan ketegangan yang Gayoung rasakan dari nada bicara gadis itu. Tidak hanya sulit menerima kenyataan kalau ia sudah melukai Gayoung, tapi lebih sulit melihat Gayoung merasa tersakiti.

"Maaf," ucap Chanyeol penuh sesal.

Harusnya Gayoung lega, Chanyeol mengatakan kata yang dinantikannya. Namun, apa yang diucapkan Chanyeol hari ini menjadi alasan gadis itu untuk semakin menebar jarak. Ia tak bisa diperlakukan sesuka hati oleh Chanyeol.

"Perhaps, I have to make it clear. Sebelum kau berpikir terlalu jauh, aku akan selalu berusaha bersikap —padamu—dalam koridor sunbae-hoobae."

***

Kini Chanyeol bisa membayangkan apa yang dirasakan Gayoung saat melarang gadis itu menyukainya. Terlalu berlebihan mungkin, jika pria sepertinya tersinggung. Lagi pula, ia sendiri yang sudah mengibarkan bendera perang terlebih dulu. Apa yang dikatakan Gayoung juga bukan hal yang tak mungkin ia setujui. Walaupun, ia yakin, Gayoung sendiri yang akan kesulitan membuktikan kata-katanya.

"Untukmu," ucap Chanyeol seraya menyerahkan bucket berisi keripik kentang yang disusun estetik dalam sebuah bucket. Ia berharap, tindakannya bisa mengurai ketegangan di antara mereka.

"Kenapa parcel? Pasti mahal. Buang uang saja."

Chanyeol memejam dan menghembuskan nafasnya berat. Ia tak mendapat sambutan hangat, seperti yang diduganya. Seperti sebuah pelukan misalnya.

"Masa hanya kubungkus kantung kertas? Semoga kebahagian selalu menyertaimu," ucap Chanyeol malu-malu.

"Oh, ya. Terima kasih doanya," jawab Gayoung singkat. Sepintas, terlintas di benaknya kalau Sunbae-nya memberikan ini sebagai hadiah ulang tahun. Namun, bukankah sudah lewat seminggu? Ia yakin, Chanyeol tak akan tahu hari ulang tahunnya.

Tak sabar melihat respon Gayoung yang terbilang lambat untuk seorang yang lebih sering meledak-ledak di mata Chanyeol, ia mengambil langkah impulsif. Pria itu menunduk, bertumpu pada satu tangannya, mendaratkan bibirnya di kening Gayoung lembut ...

dan hangat.

Gayoung terdiam, untuk sesaat, amarahnya terurai. Gesture tersebut seakan bicara kalau pria itu menyayanginya. Sulit untuk mengelak, kalau ia menikmati kehangatan yang melingkupi hatinya.

"Happy Birthday, Hoobae."

Semoga masih nyambung dan kalian menikmati. Ditunggu komentarnya ya 😁

Oiya, aku pingin buat FMV gtu tapi susah nyari MVnya EXO yg bisa didownload. Ada yang tau kah link recommended? Yang ada variety show lama juga boleh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro