Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 19 - I didn't see

"Summer and beach!" teriak Sehun lantang setibanya di Plage du Lazaret.

Ada hal yang jauh lebih menggiurkan dar jogging di distrik tempat Chanyeol tinggal. Ya, berlibur untuk menikmati landscape Laut Mediterania dari pesisir pantai Perancis Selatan. Awalnya, Junmyeon mengusulkan La Réserve di Nice yang disambut hangat kedua temannya. Akan tetapi, semua sirna saat Chanyeol menolak mentah-mentah. Beralasan Gayoung tak mau ikut dan ia tak bisa meninggalkan Gayoung terlalu jauh. Ini saja, dia memaksa berangkat pagi buta agar malamnya sudah kembali ke apartemen.

Chanyeol pun tak akan mengajukan opsi untuk tidak ikut serta.

Leader mereka sudah merencanakan Perancis sebagai destinasi wisatanya sejak lama. Junmyeon bahkan menyelesaikan beberapa projek Visio lebih cepat dari target. Sudah berapa bulan ia dan para sahabatnya tak menghabiskan waktu bersama tanpa embel-embel pekerjaan. Jadi, tak masalah untuknya meski harus mensponsori sebagian besar biaya perjalanan.

Junmyeon berjalan paling belakang, mengawasi ketiga temannya yang sudah mendahului. Baekhyun tak henti-hentinya bersenandung ringan, menikmati udara hangat dan angin sepoi-sepoi yang mulai menerpa wajahnya. Sementara itu, Sehun bersiul, menyusuri anak tangga, memberi sinyal pada gadis-gadis yang tertarik padanya.

"Genit," sindir Chanyeol yang berada di tengah-tengah barisan. Mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya terpesona, ia lebih memilih mengomentari tingkah Sehun.

"Bukannya biasanya kau tak masalah?" tukas Junmyeon diselingi tawa. Ya, ia tahu kebiasaan Chanyeol yang tak banyak cakap pada Sehun.

"Ya, tapi ini di Séte. Siapa yang mau melirik bocah itu. Buang-buang waktu."

Sehun mendengus, "Semenjak menikah kau lebih membosankan, Hyung!"

"Benarkah? Jadi, aku lebih cocok dengan Junmyeon Hyung sekarang?" timpal Chanyeol seraya merangkul bahu sponsor mereka.

"Sial."

Junmyeon menggeser tubuhnya. Selalu saja image-nya adalah pria membosankan. Padahal, banyak hal menarik yang sering ia tawarkan untuk teman-temannya yang mengaku sangat kreatif.

"Kenapa masih di situ?" teriak Baekhyun yang sudah berada di bawah tebing. Pria itu sedang tak banyak bicara—selain bernyanyi.

"Cepat kemari. Kita ambil foto dulu!" perintah Baekhyun seraya mengarahkan kamera ponselnya untuk mencari spot terbaik.

Tak butuh waktu lama untuk Chanyeol dan Junmyeon menuruni anak tangga yang tersisa kurang dari sepuluh. Sementara Sehun justru meluncur di atas railing berbahan besi hingga membuat beberapa orang terkejut.

"Sungguh memalukan membawamu ke sini Oh Sehun," komentar Junmyeon mendapati Sehun yang gagal mendaratkan pantatnya dengan sempurna di atas pasir—disambut gelak tawa beberapa pemuda bertubuh kekar.

Sehun yang sudah biasa ditertawakan justru ikut tertawa dan menghampiri Baekhyun dengan tampang polosnya. Bahkan, ia cuek-cuek saja meminta bantuan pria yang menertawakannya tadi untuk mengambil foto mereka dengan bahasa isyarat.

"Merci beaucoup*," ucap Chanyeol dan Junmyeon bersamaan ketika salah seorang dari pemuda tadi mengembalikan ponsel Sehun setelah tak kurang dari lima gaya sudah diambilnya.

Baekhyun, Junmyeon, dan Chanyeol segera mengerumuni Sehun untuk melihat hasilnya. Sinar matahari Mediterania memang patut diacungi jempol. Mereka terlihat jauh lebih sexy dari biasanya hingga mereka tak bisa berkomentar banyak selain memuji ketampanan diri sendiri.

"Cepat kirimkan ke grup! Aku tak sabar membuat Kyungsoo iri padaku," celetuk Baekhyun sembari mengusap keningnya yang mulai berpeluh akibat matahari yang sangat terik.

Kalau Sehun menganggap Chanyeol membosankan sekarang. Sebenarnya, Junmyeon dan Kyungsoo sudah menempati peringkat teratas untuk kategori tersebut. Mata Chanyeol menyipit menatap sahabatnya dan bibirnya berbisik, "Kyungsoo tak akan terpantik olehmu. Baginya, lebih penting mengajak anak-anaknya mandi bola dari ke pantai."

Baekhyun mengibaskan tangannya.

"Oh, ya. Jangan lupa kaukirim foto kita ke istrimu!" ucap Baekhyun teringat sesuatu.

"Buat apa?"

Baekhyun menepuk bahu Chanyeol dan berucap, "Tadi, dia bilang ingin lihat foto coral Mediterania. Tapi, 'kan, kita tidak sedang diving, kecuali kau rela menyelam untuknya. Jadi, kupikir melihat fotomu tersenyum saja sudah akan membuatnya bahagia."

Tanpa aba-aba, Chanyeol langsung memukul belakang kepala Baekhyun. Semakin ke sini, teman-temannya semakin suka menjadikan hubungannya dan Gayoung bahan candaan.

"Kenapa tidak kau saja yang mengirimnya? Dia tidak minta padaku," cibir Chanyeol lalu menjulurkan lidah, mengejek.

"Berikan ponselmu, sini. Akan kukirimkan. Beserta bonus, 'I miss you a lot, Honey.' Bagaimana?"

Pukulan Chanyeol kali semakin keras hingga Baekhyun mengaduh kesakitan dan berhenti mengerjainya.

***

Beberapa figure terpampang rapi di salah satu sudut ruang berukuran 16 meter persegi. Beberapa tokoh Marvel berjejer dengan pakaian zirahnya, mencuri perhatian seorang pria bertubuh jangkung dengan mata elang yang menghiasi wajah tampannya.

"Wow! Koleksimu benar-benar," puji pria tersebut seraya menyesap americano hangat yang baru diseduh sang Tuan rumah.

"Aku sudah mengoleksinya semenjak di Seoul. Kau tak pernah lihat, ya?"

"Bisa ku beli yang ini? Pasti akan menjadi hadiah yang bagus," pinta pria itu menunjuk figure Captain America versi Civil War.

Pelak, sang Tuan rumah menolak mentah-mentah, "Kau pikir saja, Hyung. Datang-datang ke Toulouse mau merampok hartaku. Susah payah aku melakukan hunting di Amazon tengah malam."

"Aku perlu cepat. Ayolah, Jongin-ah kita kan teman!"

"Kalau ingin, sempatkanlah di sela-sela disertasimu. Jangan hanya memikirkan Transponder Signals* setiap harinya!" tegur Jongin kesal. Ia sudah mengenal tamunya sejak sekolah menengah. Seorang pria visioner dengan prestasi akademik memukau yang menghantarkannya mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan program doktoral di Sorbonne University.

"Kalau aku bisa dari kemarin, sudah kulakukan. Sebentar lagi, hari ulang tahunnya."

"Coba saja ke Espace Gramont. Seharusnya ada satu store SH Figuart," saran Jongin tak ingin mengalah. Benda yang diminta itu adalah seri limited edition yang diproduksi terbatas untuk versi original. Akan tetapi, orang awam tak ada yang mengerti.

"Ulang tahun siapa? Moon Gayoung?" tembak Jongin asal.

Mata pria itu menyipit membentuk garis. Ia belum bicara banyak dengan temannya ini.

"Ya."

Jongin memijat pelipisnya yang tidak sakit, "Astaga! Kau gila, Hyung? Bukannya kalian sudah berpisah?—"

Ungkapan itu hanya dibalas dengan senyuman penuh arti.

"— Bahkan temanku juga ada yang menempel padanya seperti perangko. Pawang-nya saja ada di Toulouse. Apa kalian tidak sadar berurusan dengan siapa sekarang? "

Ucapan Jongin menimbulkan tawa kencang tamunya. Ia merasa tak ada yang perlu ditakutkan dari tindakannya.

"Mungkin, Chanyeol Hyung tak khawatir karena ia kolega Sehun. Tapi, kau tak tahu semenyeramkan apa calon suami Gayoung itu?"

"Tunggu, siapa yang kau sebut calon suami Gayoung?"

"Oh Sehun."

"Wow... Ada yang sedang bermain peran sepertinya," tukas pria itu sebelum menyesap sisa kopinya hingga tandas.

***

Bepergian seorang diri di Toulouse kini tak jadi masalah untuk Gayoung. Perlahan ia mulai terbiasa berjalan lebih jauh tanpa seorang yang dikenalnya. Terapinya mulai membuahkan hasil. Rasa curiga terhadap orang-orang berkulit hitam mulai bisa dikendalikannya dengan baik. Gadis itu lebih mudah merasa aman berada di tengah-tengah Toulouse.

Namun, muncul perasaan lain yang mengganggu fokusnya. Hanya karena turun seorang diri dari bus tanpa seseorang yang mengingatkannya untuk berhati-hati menuruni anak tangga. Ia mulai terbiasa pada peringatan pria jangkung yang mewanti-wantinya untuk tidak melewati satu anak tangga pun kalau tidak ingin terjungkal.

"Ya, Tuhan. Baru sehari saja aku berangkat sendirian, tapi kenapa rasanya aneh," batin Gayoung.

Cepat-cepat Gayoung menggeleng, menghilangkan pikiran negatif yang mulai hinggap di pikirannya. Betapa ia sudah mulai bergantung dengan pria itu.

"Hyung ke mana?" sapa Jongin.

Pria itu berpapasan dengan Gayoung di depan gerbang, celingukan mencari Chanyeol.

Belum sempat Gayoung menjawabnya, sudah terdengar lagi pertanyaan serupa.

"Hi, Gayoung! Chan tak pergi bersamamu?"

Sekalian saja Gayoung menjawab pertanyaan Sunbin dan Jongin bersamaan, "Dia bilang akan berlibur dengan teman-temannya ke pantai. Mungkin sampai besok. Ia tak bercerita banyak padaku."

"Kok, kau tidak ikut? Bukankah ada Sehun di sana?" tanya Jongin masih ingin tahu.

"Ya! Kenapa kau menanyakan Sehun? Benci sekali kau padanya?" ujar Gayoung mengalihkan pembicaraan. Sementara Jongin hanya mengangkat kedua tangan tanda tak menyetujui penuturan Gayoung.

Mata Sunbin memicing, gadis itu berjalan mendekati Gayoung dan berbisik, "Aku curiga, dia sebenarnya menyukai Sehun. Kau harus pasang badan kalau kekasihmu mulai dilirik orang."

Gayoung justru tertawa mendengar ucapan Sunbin. Lucu sekali tuduhan Sunbin pada Jongin sementara pria itu jelas-jelas menaruh hati padanya.

"Kau bilang apa padanya?" tanya Jongin curiga.

Dengan senyum yang tertahan Sunbin menggeleng. Gadis itu tahu Jongin curiga padanya. Tak mau dipaksa mengaku, Sunbin menggandeng tangan Gayoung untuk berlari pergi.

***

Sunbin mengajak Gayoung bersembunyi di balik rak-rak buku di perpustakaan. Mengabaikan tatapan tajam sepasang pria dan wanita yang agaknya akan bercumbu pagi-pagi di tempat umum. Gayoung justru menatap mereka kesal agar pasangan itu enyah.

"Kau bisa juga memberikan tatapan tajam selain pada Chan?" tegur Sunbin senang.

Gayoung mengangguk mengiyakan. Namun, kalau ia pikir sendiri. Apa setajam itu tatapannya pada Chanyeol selama ini? Gadis itu masih saja mencari pembelaan kalau selama ini, ia tak sejahat yang dilihat teman-temannya.

"Aku puas bisa mengerjainya," celetuk Sunbin. Ia mengajak Gayoung untuk berjongkok bersamanya agar tak tertangkap Jongin.

"Dasar! Kau ini, ya. Mirip bocah."

"Kenapa? Kadang aku ingin meniru bagaimana menyebalkannya kau di depan Chanyeol. Aku tahu, Jongin tak sesabar Chanyeol. Jadi, pria itu pasti akan lelah. Dia benar-benar membuatku jengah."

"Hmmm, aku tak sependapat."

Sunbin mendekatkan wajahnya, tanda ia tak memahami argumen Gayoung.

"Setahuku, Jongin tidak mudah menyerah. Menurutku, itu masuk akal. Dari awal pertemuan kalian, dia terlihat terpesona padamu dan sekarang aku yakin dia ingin memperjuangkanmu."

"Tapi, tidak begini caranya," desah Sunbin, "aku selalu membenci orang-orang yang terobsesi padaku. Memaksakan keinginannnya untuk mendapat perhatianku. Lalu, setelah mendapatkanku, mereka akan mencampakkanku."

"Jangan berpikir seperti itu," tenang Gayoung.

"Aku serius. Chan juga sangat mengerti hal ini, Gayoung-ah," jawab Sunbin penuh penekanan. Mungkin banyak cerita yang sudah Sunbin dan Chanyeol bagikan di antara keduanya tanpa sepengetahuan Gayoung.

"Aku tak tahu kau pernah berada di posisi kami atau tidak. Menjadi ulzzang* ... mungkin sebuah kebanggan untuk beberapa orang. Namun, tidak untukku, tidak untuk Chan. Ini sangat mengerikan. Orang-orang berlomba-lomba mendekatimu. Bahkan, sebagian mereka nekat melanggar privasi. Ada yang menyerah di saat kami sudah memiliki kekasih, tapi masih banyak yang nekat merusak hubungan orang lain. Tidak hanya idol yang punya sasaeng*. Kami pun juga."

"Sunbin-ah. Aku rasa, Jongin tulus," ucap Gayoung sembari mengusap punggung tangan Sunbin.

Sunbin mendengus,"Kami baru mengenal beberapa waktu dan sikapnya sangat aneh."

"Tapi, kita 'kan di Perancis dan Jongin juga berpendidikan. Tidak mungkin dia berpikir sedangkal itu."

Decakan Sunbin terdengar jelas. Ia menarik tubuhnya mundur dari Gayoung, " Tetap saja itu tak menghilangkan fakta bahwa ia adalah orang Korea dengan obsesi yang menyeramkan."

"Aku dan Sunbae pun sama. Kau bisa percaya pada kami. Kenapa tidak pada Jongin?"

"Kau tidak mengerti aku."

Gayoung merasa dadanya ditikam kembali mendengar hal tersebut. Ia sudah menganggap Sunbin sebagai sahabatnya di tengah rasa kesepian di negeri orang. Meskipun berulang kali ia merasa terancam, tak ada seorang pun sahabat perempuan yang dimilikinya selain Sunbin.

"Mungkin untuk hal ini, aku hanya bisa bicara dengan Chan. Dia yang memahamiku."

"Maaf. Aku tidak bermaksud."

Bibir Sunbin ditekuk ke dalam, ada kekecewaan yang terpancar di wajahnya. "Tidak apa-apa. Tapi, aku menyadari satu hal—"

Ada jeda yang tercipta. Gayoung yang menunggu jawaban Sunbin dan Sunbin yang ragu perlu mengatakannya atau tidak.

Sunbin menatap kosong ke arah tumpukan buku di sampingnya. Jarinya menelusuri sudut buku yang mulai berdebu. Lantas, ia mulai bicara, "Chan adalah pria yang baik. Baru sekarang aku menemui seseorang yang senasib dan sepemikiran denganku. Dia sangat memahamiku"

"Ya, Sunbae baik meskipun lebih sering menyebalkan," tandas Gayoung menimpali..

"Sayangnya dia jauh dari menyebalkan untukku. Dia benar-benar membuatku jatuh hati padanya.—"

Segala hipotesis Gayoung akan kedekatan Chanyeol dan Sunbin terjawab sudah. Namun, perasaannya justru makin terusik. Ia semakin takut ditinggalkan oleh keduanya jika mereka saling menyukai. Gadis itu khawatir ia akan kembali seorang diri.

"Kau yakin?"

Sunbin menautkan jari-jarinya dan tersenyum simpul.

"—meskipun aku tak tahu siapa yang dicintainya sekarang, tapi aku yakin tak ada seorang pun yang lebih dekat dengannya selain kita. Kalau Jongin bisa berjuang untuk memenangkan hatiku, aku juga bisa lebih berjuang untuk menyadarkan Chanyeol akan perasaanku."

***

Dalam perjalanan pulang dari Séte, seisi mobil tertidur menyisakan seorang sopir sewaan yang terjaga sendirian. Wajah Chanyeol dan kawanannya terlihat sangat lelah. Bagaimana tidak, setelah asik ber-jetski ria mereka sempat bermain parasailing, waterski, dan naik speed boat bersama. Kalau saja waktu mereka memungkinkan, bisa jadi Chanyeol akan pergi diving seperti yang diminta Baekhyun tadi.

Ponsel Chanyeol dalam ransel bergetar, membuat pria itu buru-buru mencari benda persegi panjang tersebut. Khawatir Gayoung sudah mencarinya. Namun, hanya notifikasi yang muncul untuk memperbarui versi Operating System ponsel miliknya. Bahkan, Gayoung belum membalas pesannya saat bersiap meninggalkan Plage du Lazaret. Gadis itu bahkan belum membaca pesan yang sudah dikirimkannya lebih dari satu jam lalu.

Tak bisa lagi bersabar, Chanyeol memutuskan untuk menghubungi nomor ponsel gadis itu. Sayang, tak ada satupun panggilannya yang terjawab.

"Monsieur, Pouvez-vous le rendre plus rapide.*"

Sebenarnya, jika dihitung, tak lebih dari 24 jam keduanya tak bertukar kabar. Tapi ini adalah yang terlama selama hampir 3 bulan ini. Bahkan, saat Chanyeol kabur ke apartemen Jongin untuk membantu Sunbin,sebelum tengah malam, ia sudah pulang. Setibanya di apartemen pun, Chanyeol segera memeriksa keamanan Gayoung sampai tak sadar tertidur di sampingnya.

"Kenapa buru-buru?" tanya Junmyeon bersamaan dengan terbangunnya Baekhyun dan juga Sehun.

Masih belum sepenuhnya tersadar, tapi Baekhyun jadi ikut cemas, "Hoahm. Ada masalah, Hyung?"

"Bukan apa-apa," jawab Chanyeol mewakili dengan nada dingin. Teman-temannya tak akan bisa memahami apa yang ia khawatirkan, selain menuduhnya yang tidak-tidak.

Menduga-duga memang selalu menjadi keahlian Baekhyun, mau Chanyeol berkilah seperti apapun, ia lebih sering mengerti apa yang mengganggu pikiran sahabatnya itu.

"Kalau kau mencemaskan Gayoung, aku rasa dia baik-baik saja. Setidaknya sampai sore tadi, ya. Sebelum kita semua tertidur," pungkas Baekhyun menunjukkan layar ponselnya pada Chanyeol dan kedua temannya yang lain.

Gayoung

Hati-hati, Sunbae. Salam untuk yang lainnya.

Nanti mampir saja kalau memang tidak bisa extend penginapan.

Tatapan dingin yang Chanyeol lemparkan pada Baekhyun membuat suasana dalam mobil semakin mencekam. Mau menganggap Chanyeol tak punya perasaan apapun pada Gayoung, rasanya sulit sekarang.

"Aku yakin. Gayoung salah kirim. Namamu dan Baekhyun kan berdekatan. Yang penting Gayoung aman dan kita akan segera sampai Toulouse," simpul Junmyeon mengakhiri.

Bagaimanapun Baekhyun punya andil membuat Chanyeol kesal. Melihat wajah Chanyeol yang bermuram durja sembari membuka jendelanya lebar-lebar, pria itu tak mau hanya berdiam diri.

"Hmmm. Aku harap, kau tidak menuduhku ataupun Gayoung berbuat macam-macam. Kalaupun iya, aku yakin tanpa sadar kau sudah menaruh perasaanmu padanya. Entah apa namanya. Aku tak mau menyimpulkan."

"..."

"Kalau kau masih bersikeras berkata tidak, bisa 'kan kau hapus awan-awan gelap di atas kepalamu? Mobil ini jadi lebih mencekam dari malam," sindir Baekhyun.

"..."

Sehun diam-diam menyikut perut Baekhyun untuk tak lagi berbicara atau pria ini akan memperkeruh suasana. Sementara itu, Baekhyun justru mencubit tangan Sehun hingga pria itu menyerah.

"Kau sahabatku, Gayoung hoobae-ku, kadang teman sekelasku. Cukuplah aku mengenal kalian selama ini. Maaf sebelumnya, tapi kalian membuat semua ini kompleks. Cobalah untuk terbuka. Bukan... bukan sebagai seorang Sunbae dan hoobae, sekedar menjadi Park Chanyeol dan Moon Gayoung yang sudah mengenal bertahun-tahun, apa tidak bisa?"

"..."

"Baiklah, kalau kau masih mau diam. Satu pesanku sebagai orang terdekat kalian, Gayoung menyukaimu."

Kalimat terakhir itu membuat Chanyeol melayangkan tatapan nyalangnya pada Baekhyun. Sehun sampai menggenggam sabuk pengamannya kuat-kuat. Chanyeol tak pernah semengerikan ini selain saat ia putus dengan Jiwon.

"Sekali lagi kau mengatakannya... aku akan sangat marah padamu."

Mungkin, semua terdengar tak masuk akal di telinga ketiga temannya. Apa salahnya disukai, terlebih oleh orang yang berhak menyayanginya. Namun, tidak dengan Chanyeol. Tidak ada pria yang lebih berengsek selain pria yang tak dapat menjaga janjinya di altar. Untuk memastikan kebahagian Gayoung.

***

Catatan kaki:

Transponder Signals: Sinyal yang dipancarkan oleh transfer otomatis di pesawat untuk sebagai respons terhadap sinyal yang ditangkap.

Ulzzang: Pria/ Wanita dengan wajah ideal

Sasaeng: Fans yang terobsesi

Monsieur, Pouvez-vous le rendre plus rapide: Tuan, bisakah anda lebih cepat?

***

Hayoloh, bingung nggak sih waktu kalian dan teman kalian kaya punya feeling ke orang yang sama.

Ini juga Mas Cahyo nya kenapa sih Gayoung ga boleh suka? Ngadi-ngadi wae.

***

Mohon doanya ya untuk saudara-saudara kita di Palu. Semoga bantuan yang diterima dicukupkan.

Semoga semuanya selalu dalam lindungan-Nya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro