Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8 • I'm a Killer!

Siap-siap, chapter ini penuh dengan ketegangan☠️

"Tenang aja, dia pasti terbunuh."

Tubuh Alceena menegang seketika, suara seorang gadis membuat tubuh Al tidak bisa bergerak sedikit pun. Ia kenal sekali suara itu, Lidya.

Al kembali menajamkan pendengarannya, percakapan Lidya dengan temannya itu semakin membuat Alceena berfikir yang tidak-tidak.

"Terus pembunuh mana yang bakal lo bayar? Se-profesional apa sih dia sampai lo kasih kepercayaan untuk bunuh cewek gak guna itu?" tanya teman Lidya.

Lidya menyunggingkan senyum devil-nya. Kedua tangan ia lipat di depan dada. Bola matanya menatap tajam cermin yang ada di hadapannya.

"Ada, tenang aja. Lo gak perlu meragukan dia. Dia salah satu orang kepercayaan gue. Gue pastiin rencana gue ini pasti bakal berhasil," jawab Lidya.

Setelah itu tidak terdengar lagi percakapan dua gadis iblis tersebut. Terdengar suara derap langkah menjauh keluar dari toilet. Sudah dipastikan bahwa mereka sudah tidak ada di sekitar Alceena.

"Dibunuh? Pembunuh? Aghhhh!" teriak Al tertahan. Tubuh ringkih Al bergetar hebat, apa yang sebenarnya direncanakan gadis iblis itu.

Siapa yang mereka maksud? Alceena tidak tau. Tapi entah kenapa dirinya sendiri merasa bahwa ia akan ada dalam masalah yang lebih besar lagi setelah ini. Gadis itu keluar dari salah satu bilik toilet, menghidupkan keran untuk membersihkan bekas tumpahan es di bajunya.

***

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Alceena menghembuskan nafas lega. Entah mengapa hari ini ia merasa waktu berjalan sangat lama sekali, ia tak sabar untuk segera pulang ke rumah.

Al melirik Lidya yang sedang membereskan alat tulis miliknya. Wajah si gadis iblis saat ini terlihat datar dan sedikit lebih pendiam dari biasanya.

Yang biasanya mengganggu Al, tapi hari ini tidak. Membuat Al semakin takut. Sangat takut.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Alceena menggendong tas punggungnya. Lalu berjalan cepat keluar dari kelas. Jika saja ia bisa memiliki kekuatan super untuk menghilang, pasti ia sudah ada di dalam kamar dan menguncinya saat ini. Tapi itu tidak akan mungkin terjadi.

Gadis yang disebut sebagai gadis autis itu berlari sekencang mungkin. Menerobos siswa-siswi yang juga sedang berjalan santai di tangga. Tujuannya saat ini adalah kelas Eveline.

Mata Alceena menyapu seluruh ruangan kelas adiknya, hanya ada dua orang siswa laki-laki. Sudah Al duga pasti Eveline telah pergi tanpa mau menunggunya.

Mungkin Eveline sudah ada di depan gerbang, batin Alceena.

Sekuat tenaga ia berlari melewati koridor dan lapangan yang luas. Berharap Eveline masih ada di sana. Namun, batang hidung Eveline tidak terlihat sama sekali. Artinya Eveline sudah pulang.

Al mengepalkan kedua tangannya dan menonjok tembok pos satpam. Banyak siswa-siswi yang heran melihat tingkah gadis itu. Wajah merah menahan amarah serta keringat sebesar biji jagung jatuh dari dahinya.

Sebegitu jahatnya Eveline terhadap dirinya karena selalu menghasut supir pribadi mereka untuk tidak menunggu Alceena.

Tangannya merogoh kantung rok abu-abu. Hanya ada uang lima ribu rupiah, ini tidak akan cukup untuk membayar angkot atau ojek online. Mau tak mau ia harus pulang jalan kaki lagi, seperti biasa.

Langkah demi langkah sampai akhirnya ia telah sampai di gang rumahnya yang terlihat sepi. Tak ada satu pun orang yang lewat, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan yang berhenti tepat di sampingnya.

Laki-laki dengan pakaian serba hitam, kaca mata hitam serta masker penutup wajah keluar dari mobil tersebut. Langkah Alceena memundur.

"Mau apa kamu!?" tanya Al saat lelaki itu menarik paksa tangan kanannya.

"Diam!"

Perlawanan serta penolakan yang Alceena berikan tidak berpengaruh sama sekali. Malah sekarang ia telah masuk ke dalam mobil.

Oh, no! Lelaki itu mengunci pintunya lalu menghidupkan mesin mobil.

"Hentikan! Aku mohon keluarkan aku dari sini, biarkan aku pergi!"

Lelaki itu tetap diam tidak sama sekali menjawab ucapan Alceena. Matanya tetap fokus menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Apa yang kamu inginkan dari aku brengsek!? Apa salahku padamu? Hah!" teriak Al lagi sambil memukul tangan lelaki itu.

"Diam! Aku hanya menjalankan tugasku. Sekali lagi kau memukulku tak segan-segan aku untuk membunuhmu di sini sekarang juga," ucapnya.

***

Alceena ditarik keluar dengan kasar. Tangannya saat ini sudah memerah, lelaki itu sangat kasar. Mata Al melotot saat ia tau saat ini ia dibawa ke rumah kosong yang sudah tua. 

Bangunannya yang sudah rapuh dan banyak sekali coret-coretan menambah kesan seram jika masuk ke dalamnya.

"Cepat masuk!"

"Aku tidak mau, aku mohon lepaskan aku. Aku akan memberikanmu apa saja yang kamu mau, tapi lepaskan aku," ucap Alceena memohon.

Laki-laki itu tetap tak mau mendengarkan Alceena. Ia terus menarik Al untuk masuk. Saat sudah sampai di salah satu ruangan yang terlihat sangat kotor, Alceena di dorong sampai bagian tubuh belakangnya mengenai tembok. Alceena menangis, punggungnya pasti akan membiru setelah ini.

Tak sadar karena menunduk, ternyata lelaki yang ada di depan Alceena mengeluarkan pisau kecil yang mengkilat. Gadis itu baru tersadar saat pisaunya telah ada di depan wajah. Hampir menusuk matanya.

"Kau tau kan apa yang akan aku lakukan padamu? Tinggalkan pesan sebelum ajalmu menjemput, nanti akan aku sampaikan pesan itu." Lelaki berpakaian serba hitam itu mulai membeset pisaunya pada leher Alceena, membuat darah segar mengalir hingga ke baju putih yang ia kenakan.

Al menahan rasa sakitnya, tak sampai di situ lelaki brengsek tersebut menampar pipi Alceena dua kali.

"Aku mohon hentikan! Apa yang kau lakukan padaku brengsek!"

"Tidak banyak yang akan aku katakan, sudah kubilang aku hanya menjalankan tugasku saja gadis manis," jawabnya dengan senyum terpaksa.

Cukup! Cukup sudah Alceena menjadi lemah, ia menendang perut laki-laki itu hingga terpental jauh. Pisau yang ada di tangannya pun ikut terlepas dari genggaman. Alceena mengambilnya dan mengarahkan pada perut lelaki tadi.

Tanpa pikir panjang Alceena menusuk perutnya berkali-laki. Persetanan dengan tindakannya yang salah. Ia terus menjalankan aksinya walaupun orang itu terus menjerit kesakitan.

Brak. Tubuh Alceena tumbang ke kanan saat ia didorong ke samping. Pisau berwarna silver itu masih ditangannya. Walaupun lawannya tengah menahan rasa sakit di perut tetapi ia tetap berusaha mengambil pistol yang ada di dalam jaket miliknya.

"Kau kira hanya itu saja senjataku? Aku tidak sebodoh dirimu. Dengan pistol ini aku akan membuatmu mati dengan sekali tembak."

Alceena terkejut tak percaya. Sepertinya ia tidak bisa terselamatkan kali ini. Apa sampai sini saja kah penderitaannya? Apa sampai sini sajakah jalan hidupnya yang menyedihkan? Jika penderitaannya akan selesai setelah ia mati maka ia akan ikhlas.

Pistol yang lelaki itu genggam sudah tepat mengarah ke kepala Alceena. Alceena menutup matanya. Tinggal menunggu beberapa detik lagi nyawanya akan hilang.

1

2

3

"Akhhh!!!"

Teriakan itu terdengar membuat Alceena membuka matanya, ia masih hidup. Ternyata Tuhan masih menyayanginya. Pistol yang lelaki itu bawa tidak bisa ia gunakan karena tidak ada peluru. Dasar bodoh.

Dengan sekali gerakan Alceena berdiri dan menerjang lawannya, mencekik lehernya tanpa ampun. Al kembali menusuk perut lawannya sampai benar-benar koyak. Baju seragam putih gadis itu sudah berganti warna menjadi merah pekat.

Alceena berdiri, memastikan jika lelaki brengsek itu tidak bergerak lagi. Seketika ia mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan darah. Menangis sejadi-jadinya sambil mengusap-usap tangannya pada rok abu-abu nya.

"Aku pembunuh! Aku telah menjadi pembunuh! Alceena, kau adalah pembunuh sekarang!" tawa Alceena menggema di dalam ruangan. Hari ini, hari di mana Alceena resmi menjadi seorang pembunuh tanpa ada rencana.

Gimana perasaan kalian setelah baca chapter ini?

Satu kata buat Alceena?

See u next chapter!

Ditulis bersama chynthiach

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro