Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 • Mysterious Photo

Hallooo! Apa kabaar?

Jangan lupa voment yaa🌟

Akhirnya pekerjaan Alceena dapat ia selesaikan sebelum Eveline pulang ke rumah. Saat ini keadaan Al sangat memprihatinkan, wajahnya yang pucat lesu, baju tak serapi tadi, dan rambut yang sedikit acak-acakan membuat dirinya semakin menyedihkan.

Ditambah lagi dengan bagian lehernya yang masih sedikit perih akibat cekikan dari sang adik jahatnya.

Mata Alceena menyapu ke seluruh ruang kamar Eveline, menepuk-nepuk tangan kanan dan kirinya.

"Huft, akhirnya selesai juga," ucap Alceena. Ia duduk di pinggir kasur Eveline yang sudah berganti sprai.

"Harusnya hidupmu lebih bersyukur lagi, Eveline. Kamu bisa punya segalanya dengan mudah tanpa harus bersusah payah, apa yang kamu inginkan pasti Papa akan berikan untukmu." Alceena tersenyum memandang cermin di depannya, seolah-olah ia sedang berbicara dengan sang adik.

"Tidak seperti aku."

Duk! Fokusnya pada cermin tiba-tiba hilang, matanya menatap pintu kamar Eveline, seperti ada suara benda jatuh ke lantai. Al segera membuka pintu kamar, betapa terkejutnya ia melihat mamanya yang memegang kepala dengan sebuah kardus berukuran sedang tergeletak mengenaskan di bawah.

"Ma."

"Mama kenapa, Ma? Apa yang sakit? Bilang sama Al, Ma," ucap Alceena. Ia benar-benar panik melihat mamanya yang terlihat seperti menahan sakit.

"Engga, Mama tak apa-apa, sayang. Kamu kenapa ada di kamar adikmu?" tanya Rianna.

Alceena gelagapan, tak mungkin ia memberitahu jika ia disuruh-suruh oleh Eveline seperti pembantu. Bisa-bisa Eveline akan di marahi oleh Rianna.

"Hmm, aku gak ngapa-ngapain kok, Ma. Aku tadi cuma mau ambil alat tulisku yang dipinjam Eveline," jawab Alceena tanpa ragu. Ia tau apa yang ia lakukan saat ini adalah kesalahan karena berbohong. Tapi mau bagaimana lagi.

"Oh begitu, yaudah Mama mau ke gudang dulu ya, mau naro barang-barang ini," tunjuk Rianna dengan melirik kardus di bawahnya. Saat tangannya mulai menyentuh barang tersebut Alceena segera mengambil dan mengangkatnya.

"Ma, biar Al aja yang taruh di gudang ya, Mama kembali ke kamar saja. Istirahat di kamar, Al gak mau Mama kelelahan."

Rianna tersenyum lalu mengusap kepala Al dengan sayang. Setelah mendapat anggukan dari Rianna, Alceena segera pergi membawa barang tersebut.

"Maafkan Mama, Al. Mama tau apa yang kamu bicarakan tadi di dalam kamar, dan Mama selalu tau apa yang kamu alami, tapi Mama tidak bisa melakukan apa pun untuk melindungimu," ucap Rianna tanpa sepengetahuan Al. Wanita paruh baya itu berjalan ke kamarnya.

Jujur, sakit di kepalanya benar-benar ia rasakan sedari pagi. Tak ada yang tau apa yang selama ini Rianna rasakan. Mungkin belum saatnya anggota keluarga tau jika ia sering merasakan sakit di kepala. Tak ingin mereka semua cemas.

Di lain tempat, seorang gadis melangkah masuk ke dalam gudang yang terlihat sangat gelap. Tangannya perlahan menahan saklar yang ada di ruangan tersebut.

Setelah terang, matanya menyapu seluruh ruangan. Banyak sekali barang-barang yang tak terpakai. Ini bukan kali pertamanya Alceena memasuki gudang bawah tanah yang ada di rumahnya. Tak tau kapan terakhir kali ia masuk ke dalam sini, yang jelas saat ia masih sekolah dasar.

Alasan Alceena tak pernah masuk ke dalam gudang adalah dilarang oleh Derga.

Flash back mode on

"Kak!" panggil Fieta kecil yang saat itu masih berumur lima tahun.

"Ada apa?" tanya Al, matanya tak lepas dari tangan Fieta yang sedang memegang benda asing berukuran kecil berwarna hitam.

Gadis kecil itu mengangkat benda asing yang ia genggam lalu menggoyang-goyangkannya.

"Kamu dapat itu dari mana?" tanya Al penasaran.

"Aku dapat dari gudang, bagus kan? Kalau kamu mau masih banyak di sana, ambil aja," ucap Fieta saat itu.

"Bagus, tapi bukankah kata Papa gak boleh ambil barang sembarangan dari dalam gudang?"

"Kan Papa gak tau kalau aku habis dari sana, Kak," jawab Fieta.

Lalu gadis kecil itu pergi meninggalkan Alceena yang masih terpaku dengan apa yang ia lihat tadi. Jujur, benda itu sangat indah. Ia juga ingin. Dengan segala keberanian walupun sedikit ragu gadis berumur sepuluh tahun itu nekat masuk ke dalam gudang bawah tanah hanya untuk mengambil sesuatu yang sama seperti sang adik.

Baru beberapa ia melangkah, teriakan dari Derga menggema. Alceena sontak melihat ke belakangnya, papanya menatap tajam ke arah Al dengan kedua tangan bertengger di pinggang.

"Siapa yang suruh kamu masuk ke dalam sana? Sudah berapa kali Papa katakan kalau kamu gak boleh masuk!?" teriak Derga, tangan Alceena ditarik paksa oleh papanya menjauh dari sana. Setelah itu terdengar suara tangis Alceena.

"Maaf, Pah. Al cuma mau ambil sesuatu di dalam sana."

"Sesuatu apa? Tidak ada yang menarik di dalam ruangan itu, Al. Ini terakhir kali saya peringatkan! Kalau kamu melanggarnya, kamu akan tau apa akibatnya!" peringat Derga sambil menunjuk wajah Al dengan darinya. Membuat gadis itu semakin takut.

Flash back mode off

Alceena tersadar dari lamunannya, kakinya melangkah cepat menuju meja kosong yang sudah terlihat tua. Ia harus segera pergi dari sini sebelum papanya tau jika ia masuk ke dalam tanpa seizin dirinya.

Jujur tempat ini sangat seram dan kotor. Di tambah lagi banyak sekali sarang laba-laba  yang ada di setiap sudut tembok.

Setelah selesai ia menaruh kardus itu, Alceena kembali melangkah ke arah pintu. Sebelum sampai pintu, langkah kaki Alceena terhenti saat mendengar benda terjatuh. Suaranya sangat jelas terdengar di telinga.

Saat melihat ke arah bawah, tepat di dekat kakinya, Al melihat sebuah foto berbingkai coklat. Namun, belum ia tau siapa yang ada di dalam foto tersebut karena posisi foto itu terbalik.

Perlahan tapi pasti tangan Al yang sedikit gemetar menyentuh bingkai coklat tersebut.

Baru sedikit tersentuh, bingkai itu sangat kotor karena debu yang sangat tebal. Masih belum terlihat siapa yang ada di dalam bingkai foto itu. Mata Alceena melirik baju yang ia kenakan. Tak mungkin ini memakai bajunya untuk membersihkan bingkai coklat ini.

Pas. Alceena menemukan sebuah kain putih yang sudah tak terpakai. Ia mengambil kain itu dan mengelap tepat di kacanya. Lama kelamaan terlihat wajah yang ada di dalam foto.

Seorang wanita dan pria yang sedang duduk berdua di kursi kayu panjang sedang tersenyum ke arah kamera. Dahi Al mengerut, siapa mereka?

Jelas ini bukan papa dan mamanya saat masih muda. Sangat berbeda.

Setelah lama berfikir, Alceena meletakkan bingkai tersebut ke dalam lemari dan menutupnya. Mungkin nanti ia akan tanyakan pada mamanya siapa pasangan misterius itu.

Alceena menutup pintu gudang dan kembali ke kamarnya. Sebelum Derga melihat ia masuk ke dalam gudang. Berniat untuk mandi karena tubuhnya yang lengket akibat keringat.


Kira-kira, itu foto siapa yaa? Hm, jadi tambah penasaran😗

Temukan jawabannya di chapter berikutnya ya!

Terimakasih sudah mampir😉

Ditulis bersama chynthiach

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro