chapter 20
Jangan lupa vote dan komentarnya❣
Ini pertama kalinya Seokjin menghabiskan waktunya berdua bersama Jungkook di luar ruangan. Seokjin hanya selalu mengurus Jungkook di rumah karena Jungkook sendiri yang tidak bisa diajak keluar semenjak kecelakaan itu.
Ah, Seokjin kembali merasa menjadi kakak yang buruk.
Jungkook sedang berdiri dalam diam di sampingnya di taman rumah sakit sejak mereka tiba di sana sepuluh menit yang lalu. Tidak ada percakapan di antara mereka berdua sedari tadi. Seokjin pun menghela nafas pelan.
"Jungkook-ah, bagaimana hari-harimu sekarang?"
"Sedikit lebih baik daripada sebelumnya."
Kali ini, Seokjin kembali terkejut karena Jungkook menjawab pertanyaannya. Sejak Jungkook kembali sekolah normal, Jungkook selalu menjawab pertanyaan para hyungnya meskipun hanya satu dua kata. Seharusnya sejak dulu Seokjin memasukkan Jungkook saja ke sekolah agar ia bisa beinteraksi kembali. Seokjin pun tertawa kecil tanpa memandang Jungkook di sampingnya begitu juga dengan Jungkook. "Bagaimana Yugyeom? Apakah kau menganggapnya teman sekarang?"
Jungkook membuang nafasnya pelan. "Tentu saja hyung. Bahkan ia masih menghampiriku saat aku mengabaikannya."
Seharusnya, sejak dulu Seokjin mengajak Jungkook berbicara bersama seperti sekarang ini. Mungkin saja ia dan Jungkook akan lebih banyak berbincang seperti sekarang ini.
"Apa sekarang kau baik-baik saja?"
"Tidak, hyung. Rasanya aku benar-benar ingin menghilang sekarang. Kalian semua terluka karena diriku."
Seokjin menghela nafas pelan sambil berusaha untuk tersenyum. "Jungkook. Bahkan hyung tidak dapat membayangkan bagaimana jika kau ikut appa dan eomma saat itu. Hyung tidak akan melihatmu sebesar ini."
***
"Ternyata memang benar untuk tidak mudah percaya dengan orang lain meskipun kita mengenalnya sudah lama."
Yoongi berucap sambil menyetir. Taehyung di sampingnya dan Jimin duduk di belakang. Yoongi menjemput Jimin dan Taehyung hari ini sedangkan Jungkook bersama Seokjin menjaga Namjoon dan Hoseok di rumah sakit.
Baru saja mobil dijalankan, Taehyung langsung membacakan surat yang diberikan Yugyeom melalui kotak makan untuk Yoongi.
"Lalu, bagaimana keadaan yang lainnya sekarang Yoongi hyung?"
Jimin mulai berbicara saat mereka berhenti di lampu merah. Mereka akan segera tiba di rumah sakit setelah melewati dua lampu merah.
"Namjoon sempat sadar sebelum aku menjemput kalian sementara Hoseok masih tertidur. Seokjin hyung sedang berusaha menenangkan Jungkook tadi pagi. Jungkook mungkin saja sudah membunuh dirinya karena merasa bersalah."
"MWO?!"
Yoongi berdecak pelan sambil menjalankan mobilnya kembali. "Tsk. Tidak perlu berteriak, Taehyung. Jungkook akan baik-baik saja."
Jimin menghela nafas pelan sambil menyandarkan dirinya.
"Bahkan ia sekarang berteman dengan Yugyeom. Yugyeom juga hampir bunuh diri karena Yoonha Ahjussi."
***
Jungkook sedang tertidur pulas di sofa sementara Seokjin duduk di antara Namjoon dan Hoseok serta masih fokus dengan pekerjaannya di laptop. Namjoon sudah sadar saat Yoongi ingin menjemput Jimin dan Taehyung di sekolah, hanya saja ia tidur kembali. Sedangkan Hoseok masih belum sadar.
Sebenarnya, Seokjin sedang berusaha fokus terhadap pekerjaannya.
Pikirannya melayang memikirkan apapun yang akan terjadi. Misalnya saja, saat ia terlalu fokus dengan laptopnya, Jungkook tiba-tiba menghilang dari sofa dan ditemukan melompat dirinya di atap gedung rumah sakit.
Tolong, bantu Seokjin untuk menenangkan pikirannya.
"Kami datang."
Jimin berucap dengan pelan sambil membuka pintu lalu masuk ke dalam diikuti dengan Yoongi dan Taehyung. Jimin langsung duduk di sofa tempat Jungkook tidur sementara Yoongi dan Taehyung duduk di sofa satunya.
Seokjin mengangguk kecil sambil meletakkan laptopnya di meja. Meninggalkan pekerjaannya dan hanya fokus terhadap adik-adiknya.
"Bagaimana sekolah kalian? Kalian belajar dengan serius 'kan?"
Seokjin berbicara sambil memincingkan matanya ke arah Jimin dan Taehyung. Taehyung yang melihatnya hanya terkekeh pelan sembari menjawab, "Hyung tenang saja. Aku dan Jimin selalu belajar dengan serius. Hyung tidak tahu karena tidak ada di sekolah."
Yoongi yang mendengar jawaban dari mulut Taehyung hanya menggelengkan kepalanya. Seokjin pun membuang nafas pelan dan kali ini menatap Jimin dan Taehyung dengan tatapan serius. "Lalu, apa yang ingin kalian lakukan setelah lulus?"
Jimin dan Taehyung terdiam. Memikirkan jawaban apa yang mungkin saja diinginkan oleh Seokjin atau memikirkan untuk mengatakan jawaban dari keinginan mereka sendiri.
"Aku ingin melanjutkan ke seni tari modern, hyung."
Jimin mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap Seokjin saat ia menjawab. Menatap pintu kamar sambil berharap ada yang tiba-tiba masuk agar percakapan dengan topik ini segera berakhir.
"Entahlah, hyung. Aku hanya ingin di samping Jungkook sampai ia seperti dulu. Mungkin aku tidak akan kuliah."
Begitu pula dengan Taehyung yang juga ikut mengalihkan pandangannya ke pintu kamar. Tidak ingin menatap ke arah Seokjin.
Seokjin pun menghela nafas pelan sembari berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arah pintu.
"Terserah kalian ingin bagaimana. Beritahu aku nanti keputusan akhir kalian," Seokjin tersenyum menatap adiknya sambil memegang ganggang pintu, Seokjin kembali berucap, "Bangunkan Jungkook. Kita makan di kantin rumah sakit sekarang. Biarkan Namjoon dan Hoseok tenang dulu dalam tidur mereka."
***
Jungkook masih bingung apakah ia harus menyerah saja atau tetap bertahan. Meskipun hyungnya, Seokjin tidak memberikannya kata-kata yang cukup menenangkan. Namun, Jungkook tahu melalui mata Seokjin, Seokjin tidak ingin kehilangan adiknya seperti kehilangan kedua orang tua mereka. Sudah cukup Seokjin tersiksa sebagai kakak tertua. Jungkook berusaha untuk tidak membebaninya lagi setelah ia sadar jika ia membebani mereka selama ini.
Namun, Jungkook masih tetap memiliki pemikiran yang sama.
Menyerahkan dirinya di hadapan Yoonha.
Ia sudah tahu jika pelakunya adalah Yoonha. Saat di mana, ia tidak sengaja mendengar percakapan Seokjin kemarin malam melalui telepon. Petugas Chanyeol sempat menghubungi Seokjin kemarin malam saat ia pura-pura tertidur. Jungkook dengan mata terpejamnya langsung membayangkan tatapan mata Yoonha di pernikahan dan membandingkannya dengan tatapan pelaku. Namun, bukan Yoonha pelakunya. Jungkook ingat jika ada orang lain yang memerintah dan tatapan itu sama dengan tatapan Yoonha.
Bahkan saat makan malam tadi, Jungkook tahu jika Jimin ataupun Taehyung ingin berbicara sesuatu tapi tidak ingin Jungkook mendengarnya. Jungkook langsung saja berpikir jika ada hubungannya dengan Yoonha.
Sampai mereka berjalan ke kamar pun masih tidak ada percakapan. Mereka semua hanya memperhatikan lorong-lorong atau suster dan pasien serta orang-orang luar yang lewat.
"NAMJOON-AH!"
Namun, saat Seokjin membuka pintu kamar dan berteriak, Jungkook tahu jika Yoonha menjalankan rencananya dan Jungkook merasa bersalah kembali.
Seokjin dan Yoongi langsung menghampiri Namjoon yang terduduk di lantai. Jimin langsung menghampiri ranjang Hoseok yang kosong. Sementara Taehyung dan Jungkook terdiam di depan pintu. Namjoon terbatuk ketika Seokjin mengangkatnya dan menyerahkan sebuah kertas dengan tangan yang bergemetar. Seokjin panik dan Yoongi yang melihat kertas di tangan Namjoon langsung mengambilnya.
Taehyung yang sadar dengan situasi, langsung berlari dan memanggil dokter serta suster yang lewat. Jimin menghampiri Jungkook dan menggenggam tangannya.
Namjoon langsung hilang kesadarannya saat dokter datang. Seokjin masih panik diikuti Yoongi yang menenanginya.
Hoseok bersamaku. Mari lakukan pertukaran. Jungkook untukku.
-tbc.
Aku sedang dalam masa tidak dapat menulis .. tapi tetap doakan aku cepat update❤
Terima kasih atas vote dan komentarnya❣
-05 sept 2019-
-myouniversel.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro