Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prologue - The Beginning

Life and Death

Disclaimed : Assassination Classroom © Yuusei Matsui | Descendant of The Sun © Kim Eun-Sook & Won-Suk Kim

Based Story : Descendant of The Sun (actually, only 50% of this story...)

Summary : (Name) adalah seorang dokter yang bekerja di sebuah Rumah Sakit besar. Memiliki kekasih seorang dokter tentara yang juga merupakan anak dari pemilik rumah sakit besar tersebut—Asano Gakushuu. Hingga suatu hari, terjadi peperangan besar di sebuah kerajaan yang terletak dekat dengan Negara mereka, dan Asano Gakushuu—dikirim sebagai ketua tim medis disana dan memutuskan hubungannya dengan (Name).

(Name) bersumpah akan menyusul pemuda itu, hingga beberapa bulan berselang setelah kepergian Asano, ia menyusul sebagai relawan tim medis yang diberangkatkan disana. Dan disana, ia bertemu dengan rival sekaligus atasan (yang tidak diakui) oleh Asano yang merupakan seorang prajurit berpangkat kapten dan juga seorang prajurit wanita yang juga merupakan putri dari kerajaan yang berperang tersebut.

Warning : Military!Karma, Military!Princess!Leia, Doctor!Reader, MilitaryDoctor!Asano

Pairing : KarmaxReader & AsanoxPrincessLeia | Slight!AsanoxReader

.

.

"Lebih baik kita putus saja (Name)."

Percakapan yang terjadi membuatmu terdiam seolah mencoba untuk mencerna apa yang dibicarakan oleh pemuda dengan warna rambut strawberry yang ada di depannya.

Rasanya, tidak ada yang salah dengan hubunganmu dengan Asano Gakushuu yang ada di depanmu, bahkan beberapa menit yang lalu kau masih bercanda dengan kekasih yang sudah kau kencani selama 2 tahun lamanya itu.

"...aku tidak keberatan, tetapi kenapa?"

...

"Apakah karena Karma-kun?"

.

.

Oke, pendahuluan di atas itu hanyalah kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum ini. Ketika kau, (Full Name)—seorang dokter bedah bertalenta yang bahkan baru berusia 26 tahun bekerja di sebuah Rumah Sakit besar bernama Kunugigaoka yang terletak di sebuah Negara kecil yang damai.

Hari ini, kau melakukan sebuah operasi besar yakni melakukan pembedahan jantung untuk menyelamatkan seorang gadis kecil yang menderita penyakit jantung disana. Operasi itu sudah berlangsung selama berjam-jam lamanya hingga kau bahkan lupa untuk menghitung waktu yang sudah berlalu.

"Baiklah, sudah selesai..."

Kau meletakkan pisau bedahmu dan tampak menghela napas. Beberapa perawat membersihkan sisa darah dari pembedahan di tubuh pasien, sementara kau melepaskan jubah operasi berwarna hijaumu beserta penutup kepala dan juga masker yang senada dengan jubah hijaumu.

"Beristirahatlah (Y/N)-sensei, operasinya sudah berlangsung selama 12 jam dan kau tidak beranjak dari tempatmu sama sekali," seorang dokter asisten berambut biru yang membawa alat-alat operasi tampak menatap kearahmu dan tersenyum.

Shiota Nagisa, juniormu di bagian bedah yang membantumu dalam operasi kali ini.

"Terima kasih Nagisa-kun, kuserahkan sisanya padamu," kau hanya bisa terkekeh pelan sambil menghela napas. Setiap kali ada pekerjaan dan operasi penting, kau memang selalu lupa akan waktu. Dan setiap kali operasi berakhir, kau baru akan merasakan rasa lelah yang harusnya kau rasakan setiap melakukan operasi selama belasan jam.

"Ngh, aku tidak kuat ke kamar," bukan hanya kau sebenarnya, beberapa dokter yang baru saja menyelesaikan operasi tampak terkapar dan tertidur di lantai yang menurut mereka bersih. Begitupun denganmu yang segera tumbang, menyenderkan punggungmu pada salah satu sisi lantai dan menutup matamu sebelum tertidur.

Tidak mengenal tempat, waktu, ataupun penampilanmu yang kacau saat itu.

"Kurasa kau tidak sebaiknya menghampirinya," kau bisa mendengar suara perawat yang juga sahabat kecilmu—Kayano. Berbicara, ditengah kesadaranmu yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Apakah ia tumbang begitu saja?"

"Ia selalu seperti itu setiap operasi besar," kau bisa mendengar suara familiar dari seseorang yang berbicara dengan Kayano. Suara yang bahkan bisa kau kenali di dalam tidurmu sekalipun. Dan kau merasa tubuhmu terangkat, kau merasa nyaman dengan kehangatan yang begitu saja menyelimutimu.

Matamu membuka perlahan, tubuhmu masih enggan untuk diajak berkompromi. Dalam kesadaran yang mengambang, kau membuka sedikit matamu untuk melihat warna strawberry kegemaranmu yang mewarnai iris matamu.

"Shuu?"

"Aku tidak bisa memikirkan kata-kata lain yang bisa kugunakan untuk memintamu istirahat di tempat yang benar jika lelah," suara berbisik yang cukup hanya kau yang mendengarnya, "aku akan membawamu ke kamar jagamu. Tidurlah lagi..."

"Hm," kau hanya tersenyum dan mengangguk menjawab perkataan pemuda itu. Dan kembali, kau terlelap—namun bukan dikelilingi hawa dingin dari lantai kamar operasi, namun sebuah kehangatan yang selalu membuatmu tenang.

.

.

Asano Gakushuu, dua puluh delapan tahun, yang juga merupakan dokter bedah di Rumah Sakit Kunugigaoka. Ia juga termasuk dokter muda jenius yang diakui di negaranya. Dan dengan paras yang tampan, ia lebih terlihat seperti pangeran yang sempurna.

Tentu karena ditambah kenyataan jika ia adalah anak dari seorang pemilik Rumah Sakit besar itu.

Dan kau, (Name) masih tidak percaya pemuda sesempurna itu bisa menjadi kekasih yang sama sempurnanya dengan apa yang ia raih saat ini.

"Ngh..."

Kau menggeliat saat rasa lelah sudah menghilang dari tubuhmu. Kau bisa merasakan empuknya tempat tidur yang kau baringkan ini, dan saat kau membuka matamu, kau bisa melihat ruangan nyaman yang cukup kecil hanya dengan kamar mandi dan juga meja dengan sebuah laptop di atasnya dan ranjang single bed yang kau tempati sekarang.

Ruangan jagamu yang menjadi rumah kedua untukmu.

"Shuu?" Kau mencoba memanggil pemuda itu pelan sebelum bangkit dari tempat tidurmu dan melihat seprai yang terpasang di ranjang itu. Seprai kegemaranmu yang seharusnya berada di rumah, "...kenapa ada disini? Memang biasanya kubawa sih, tetapi harusnya hari ini aku lupa membawanya dan meninggalkannya di laundry."

Kau menoleh kearah meja yang ada di samping tempat tidurmu dan menemukan sebuah notes kecil disana.

"Bagaimana kau bisa tidur di lantai operasi seperti itu?

Dan kurasa jika memang kau tidak bisa tidur tanpa seprai motif strawberrymu itu, seharusnya kau tidak meninggalkannya.

Aku sudah mengambilnya di laundry dan memasangnya. Jangan terlalu senang, aku hanya kebetulan melewati tempat dimana kau meletakkan laundrymu itu saja.

Ngomong-ngomong, kalau kau sudah bangun dan aku tidak ada disana, aku sedang berada di ruang operasi karena jadwal operasi bypass pasienku. Makanlah dulu, hari ini kau di rumah sakit sampai jam siang kan?"

Dan bukan sebuah tanda tangan ataupun nama yang diberikan di secari notes itu, namun sebuah cokelat batangan.

...

"Sifat Tsunderenya benar-benar bisa membuat gula darahku naik lama-lama," menutup wajahmu dengan kedua tangan, mencoba untuk tidak berteriak kegirangan mendapatkan perhatian khas dari kekasihmu Asano Gakushuu dengan caranya sendiri.

Memutuskan untuk mencari tempat curhat, kau memutuskan untuk menghubungi sahabatmu yang merupakan dokter interna—Nakamura Rio.

"Aku benar-benar tidak akan bisa mengalahkannya dalam hal perhatian," setelah telpon terhubung dengan Rio, dengan segera kau menceritakan bagaimana Asano Gakushuu menggendongmu dan memberikan notes kecil beserta sebuah cokelat pengganti dirinya, "bagaimana aku bisa lebih memperhatikannya daripada dia? Mengambil seprai kesukaanku, menggendongku ke kamar, meninggalkan notes dan juga memberikan cokelat sebagai pengganti dirinya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Asano Gakushuu?"

"Ya-ya, aku yang mendengarnya saja bisa diabetes dibuat olehmu (Name)."

"Iyakan, ia terlihat tidak perduli tetapi pada akhirnya aku bahkan tidak menemukan apa yang kurang dari apa yang ia lakukan padaku..."

"Hooo, mendengar ceritamu dari tadi membuatku ingin memacarinya juga nona~"

"Kau tidak bisa melakukannya—Shuu adalah milik—" menyadari suara yang berbicara tadi bukanlah dari suara Rio, membuatnya terdiam dan menoleh kearah sumber suara. Di jendela yang berada di kamar itu, pemuda berambut merah tampak duduk di bingkai jendela dengan pakaian serba hitam dan sebuah bundelan kain putih di salah satu tangannya.

Dan yang membuatmu terkejut adalah, bagaimana bercak darah berada di wajah dan juga tubuhnya. Entah yang sudah mongering, ataupun yang masih menetes seperti yang kau lihat pada bingkai jendela tempatnya bersandar.

"Tunggu, siapa kau? Kukira terakhir kali ku cek ini adalah lantai 4, bagaimana kau bisa masuk?"

"Aku adalah seorang malaikat~ kurasa aku jatuh dari langit sampai kemari," jawabnya sambil tertawa datar dan kau hanya membalas dengan tatapan datar. Ia berdiri dari bingkai jendela itu dan tampak menepuk bundelan putih itu dengan lembut.

Darah terlihat menetes dari balik pakaian pemuda itu, namun pemuda itu seolah tidak merasakan apapun. Kau yakin sekali jika darah itu berasal dari tubuh pemuda itu, entah luka di bagian tubuh yang mana. Namun, jika darah yang keluar hingga menetes seperti itu, kau sudah bisa menebak jika itu bukanlah luka lecet biasa.

"Aku mendengarmu bergosip dengan suara yang keras dan tanpa sadar aku mengikuti suaramu dan sampai disini."

'Apakah suaraku sekeras itu?!'

"Lebih daripada itu," kau tampak mendekat dan mencoba untuk melihat darah yang merembes di pakaiannya, "kau berdarah."

"Ini bukan apa-apa," ia menghela napas dan melihat karpetmu yang tampak kotor oleh darah darinya, "oh maaf karena sudah mengotori karpetmu. Kau tahu, aku hanya bisa kemari karena aku melihat jendela ini yang satu-satunya terbuka. Sebelum itu, kau bisa membantuku—"

WAAAAAAAAA!!!

Suara tangis bayi terdengar begitu saja dari bundelan putih yang dibawa oleh orang itu. Kau terkejut, saat menemukan jika yang dibawa oleh orang itu adalah seorang bayi yang masih sangat kecil.

"Tu—Tunggu, kenapa kau membawa bayi?! Apakah kau menculiknya?!"

"Eeeh~ kalau aku terlihat benar-benar membawa bayi dan berniat menculiknya aku tidak akan pergi ke Rumah Sakit meskipun terluka parah seperti ini," jawabnya sambil menghela napas dan menggoyangkan tubuhnya untuk menenangkan sang bayi, "bisa bantu aku dengan ini?"

"Baik...lah," oke, kau harus percaya jika pemuda itu tidak menculik bayi yang sekarang diberikan padanya. Siapa penculik yang akan memberikan orang yang ia curi pada orang lain bukan? Dan kau segera menenangkan bayi itu sebelum menatap kearahnya, "bagaimana dengan keadaan—EH!"

Belum sempat kau bereaksi dan melihat kearah pemuda itu saat kau merasakan tubuh yang ada di depanmu terjatuh begitu saja kearahmu yang segera menangkap tubuh itu.

"H—Hei, kau tidak apa-apa?!" Kau mencoba memberikan jarak antara tubuh yang terkulai lemas dihadapanmu dan juga bayi yang kau gendong.

"Disini dingin sekali," kau bisa merasakan napasnya yang putus-putus dan suaranya yang berbisik tepat di telingamu, "—bisa kau matikan AC?"

Kau memikirkan dengan cepat kemungkinan yang terjadi pada pemuda itu. Napas yang terputus-putus, luka dengan darah yang bahkan sampai menetes di lantai, dan juga rasa dingin yang ia rasakan padahal di ruangan itu ACnya tidak kau gunakan.

...

"SESEORANG, AKU BUTUH BANTUAN DISINI!"

—pemuda itu mengalami shock karena pendarahan.

.

.

Sementara di salah satu ruangan operasi, tampak pemuda berambut warna strawberry tampak baru saja keluar dari salah satu ruangan operasi dan menghela napas. Ia berjalan menuju kearah jendela, tampak menatap kearah bawah sekedar untuk melihat pemandangan yang ada di bawah.

"Hm?" Hingga akhirnya, pemuda itu menemukan sesuatu yang ganjil di bawah. Sebuah parasut berwarna hitam tampak berada di salah satu sisi bangunan seolah ada seseorang yang menjatuhkannya dari pohon, "—bukankah itu parasut milik—"

"SESEORANG, AKU BUTUH BANTUAN DISINI!"

Suaramu membuatnya tersentak dan menoleh kearah sumber suara. Tanpa pikir panjang, beberapa perawat dan dokter tampak menuju kearah kamar jagamu, termasuk dirinya yang datang terlebih dahulu.

Dan saat melihat pemandangan dimana kau menompang seorang pemuda berambut merah dengan tubuhmu dan seorang bayi dengan tanganmu yang satu lagi, ia hanya bisa diam dengan mata membulat.

"Shuu?! Ini bukan seperti yang kau pikirkan, tetapi—ini bukan saatnya untuk menjelaskan," salah satu perawat tampak membawa bayi yang ada di tanganmu, dan salah satu dokter pria segera melihat keadaah pemuda itu, "ia mengalami shock, aku akan menghentikan pendarahan yang terjadi. Bawa dia ke ruang operasi sekarang."

Sementara yang lainnya sibuk dengan apa yang terjadi, Asano tampak terdiam di ambang pintu, sebelum semuanya melewatinya dan ia menatap kearah dimana semua orang membawa pemuda itu pergi.

"...Karma?"

Dan tanpa disadari oleh yang lainnya, bahkan dirimu—sebuah nama terucap pelan dari bibirnya.

.

.

"Apa maksudmu kami tidak boleh melihat keadaan bayi itu?"

Kau menatap tidak percaya pada dua orang berpakaian hitam yang ada di depan pintu perawatan bayi. Memang kau sudah memeriksa bayi yang dibawa oleh pemuda berambut merah itu, namun—kenyataannya kau masih harus mencari tahu identitas bayi tersebut.

"Kami tidak diperbolehkan untuk membeberkan rahasia apapun untuk saat ini. Tetapi, tidak ada yang boleh masuk ke dalam apapun alasannya."

"Hei, ini adalah Rumah Sakit umum! Kalaupun kalian ingin melakukan hal seperti ini, katakan dulu pada pemilik Rumah Sakit ini," Kayano yang bersama denganmu tampak ikut protes. Tentu saja karena mereka tiba-tiba harus memindahkan bayi lainnya untuk memberikan akses khusus pada bayi yang diberikan oleh pemuda itu.

Bahkan tanpa tahu siapa bayi yang mereka bawa.

"Tidak apa Kaede-san, (Name)," suara itu tampak membuat kalian berdua menoleh dan menemukan Gakushuu bersama dengan pria berambut cokelat yang lebih tua daripada mereka semua, "Asano-san sudah memperbolehkan mereka."

"Ser—" dua orang itu menatap kearah Asano dan akan melakukan sesuatu sebelum Asano menaikkan sebelah tangannya untuk menyuruh mereka berhenti. Kau melihat dengan pandangan aneh pada mereka bertiga.

"Sebelum pihak pemerintahan dan FBI datang, aku akan memperbolehkan bayi itu untuk tetap disini. Tetapi aku harap semua hal tentang Rumah Sakit ini tidak akan disangkut pautkan dengan apa yang terjadi nanti," pria berambut cokelat itu—Asano Gakuhou, ayah dari Gakushuu dan pemilik Rumah Sakit itu tampak dengan tenang berbicara pada kedua orang tersebut sebelum berbalik tanpa menunggu jawaban.

...

"Apa hubungan pihak FBI dan pemerintah dengan bayi itu?" Kayano yang bergumam dan kau tampak terdiam melihat Asano dan juga ayahnya yang berlalu meninggalkan mereka tanpa mengatakan apapun padanya.

"Entahlah Kayano-chan..."

.

.

"Baiklah, saatnya aku melakukan pemeriksaan lagi... Akabane-san."

Berselang beberapa hari setelah peristiwa dua orang berpakaian hitam yang menghalangimu dan juga Kayano ke ruangan bayi terjadi, kau sudah beraktifitas seperti biasa, dengan mendapatkan seorang pasien baru di daftar pasien tanggung jawabmu.

Akabane Karma, adalah pemuda yang membawa bayi tersebut dan sekarang masih dirawat karena luka yang kau temukan di punggung pemuda itu, luka tembakan peluru.

"Dan mungkin, kau bisa menceritakan sesuatu selain namamu?"

Memang, selain nama dan juga usia pemuda itu—kau sama sekali tidak tahu menahu apapun bahkan pekerjaannya sekalipun. Namun, sekali lagi—Gakuhou memperbolehkannya untuk dirawat disini hingga sembuh dengan alasan yang kurang jelas.

"Heee~ Bukankah aku sudah menceritakannya padamu?"

"Ya, dua puluh empat cerita berbeda yang sudah kau ceritakan dan setiap harinya berbeda," jawabmu datar sambil menuliskan perkembangan kesehatan dari pemuda itu, "bisakah kau serius dan mengatakan yang sebenarnya?"

"Kenapa? Apakah (Name)-sensei sebegitu penasarannya dengan malaikat yang jatuh ini?"

"Pffft—kau tidak memintaku untuk percaya cerita darimu, diantara 24 cerita itu yang tentang kau malaikat yang jatuh dari atas langit bukan? Aku mungkin akan percaya kalau 23 ceritamu yang lainnya itu salah satunya benar, tetapi untuk yang satu itu? Tidak," jawabmu menggeleng sambil menahan tawamu.

Karma memang orang yang aneh, jahil dan juga benar-benar menyebalkan terkadang, namun orang yang mudah diajak berbicara. Membuatmu cukup nyaman dan senang berada disana.

'Apa yang kau pikirkan (Name), kau masih memiliki Shuu...' kau menggelengkan kepalanya dan menatap kearah Karma yang tampak terkekeh sebelum menatapmu.

"Lalu, cerita mana yang kau sukai dari semua cerita itu?"

"Huh?"

"Dari 23 cerita yang kau dengar, yang mana yang kau sukai? Apakah tentang aku yang merupakan pahlawan pembela kebenaran yang membawa bayi itu untuk diselamatkan?" Karma dengan pedenya tampak berbicara seperti itu dengan gaya narsisnya.

"Heh, aku malah lebih suka cerita tentangmu yang seorang gelandangan dan menemukan bayi yang dibuang di tempat sampah dan merawatnya. Yang pada akhirnya ternyata bayi itu adalah milik orang kaya yang baru saja ditinggalkan setelah diculik," kau mengangkat bahunya dan Karma tampak terdiam menatapmu sebelum tertawa kencang.

"Ow! Ow! Jahitanku terasa sakit karena terlalu kencang tertawa," Karma memegangi punggungnya sambil mengaduh, namun menatap kearahmu, "tetapi, kalau seperti itu aku masih terdengar seperti pahlawan loh~"

"Pahlawan gelandangan."

"Tetap saja pahlawan."

"Terserah deh," jawabmu sambil tertawa pelan. Dan perbincangan baru saja akan dilanjutkan saat suara deheman dan juga pintu yang terketuk membuatmu menoleh dan menemukan Gakushuu berada disana. Kau tampak tersentak dan berdiri dengan segera, menyadari jika kondisi ini memperparah sifat Gakushuu padamu.

"Aku mencarimu kemana-mana (Name), Kayano mengatakan kalau kau berada disini, jadi aku mencarimu kemari," jawab Gakushuu sambil menepuk kepalamu. Sifatnya tidaklah dingin seperti apa yang ia lakukan beberapa hari ini denganmu dan itu membuatmu sedikit tenang.

"O—oh, Karma perkenalkan namanya adalah Asano Gakushuu—dan ia adalah kekasihku," kau tidak ingin Asano menyangka jika kau berselingkuh dengan Karma. Dan dengan segera ia merangkulkan tangannya di lengan Asano.

"Hee~ jadi dia yang waktu itu kau bicarakan saat menelpon—" kau meletakkan telunjukmu di depan bibir dan mencoba untuk menghentikan perkataan dari Karma. Asano menatap kalian bingung namun hanya menghela napas dan menatap kearahmu.

"Sebenarnya aku ingin mengatakan kalau kau dicari oleh Miura-sensei, kurasa ada yang salah dengan disertasimu," jawab Asano menatapmu yang tampak membulatkan matamu.

"GH! Apakah akan ada revisi lagi?! Aku benar-benar tidak percaya—si tua itu!" Kau tampak menggerutu pelan sebelum akhirnya menghela napas dan menatap Asano yang tersenyum padamu, "baiklah, kalau begitu aku akan pergi dulu, sampai jumpa Asa—"

CUP!

Sebuah ciuman singkat mendarat di bibirmu, membuatmu membulat dan menatap Asano yang tersenyum tanpa rasa bersalah. Tidak menghiraukan wajahmu yang merah padam seketika itu.

"Aku ingin membicarakan sesuatu setelah itu, kutunggu di kamar jagamu oke?"

"A—ah, baiklah, aku akan memeriksamu lagi sore nanti Karma-kun, sampai jumpa!" Kau tampak memegang kedua pipimu, masih dengan wajah yang bersemu sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

...

Suasana ruangan menjadi sepi, pemuda berambut merah itu tampak melihat Asano yang hanya diam tidak bergerak dari tempatnya ataupun keluar.

"Aku tidak pernah menyangka kalau kau adalah tipe orang yang mengumbar kemesraan, Asano-sensei?" Karma tersenyum miring menatap kearah Asano yang pada akhirnya menatap kearah Karma, "oh, atau aku bisa menyebutmu sebagai Sersan Asano?"

"Aku tidak ingin basa basi denganmu Karma, bayi itu—" Karma menghilangkan senyumannya dan tampak menatap serius kearah Asano, "—kalau kau membawanya kemari, berarti hampir terjadi penculikan di tempat itu bukan?"

"Kurasa menyebut jika akan terjadi penculikan tidak sepenuhnya benar. Bayi itu, pangeran dari kerajaan Oriens yang berada di bagian barat dari Negara kita saat ini," Karma tampak bangkit dari kasurnya dan berjalan kearah jendela, "—sudah terjadi penculikan, aku mencoba menyelamatkannya, makanya berakhir dengan luka seperti ini."

"Oh, kukira kemampuanmu sudah turun hingga terluka seperti itu Capt," jawab Asano dengan nada datar dan membuat Karma kesal, "apakah pihak Oriens—"

"Itulah sebabnya aku turun dari pesawat tepat di Rumah Sakit ini," Karma menghela napas dalam, "—aku diperintahkan untuk membawamu membantu pasukan Alpha dalam tim medis untuk pengawasan kerajaan Oriensian."

...

"Dengan kata lain, akan ada peperangan sebentar lagi..."

To Be Continue

Kalau dibilang saya lagi demam Descendant of The Sun ga sepenuhnya salah sih, soalnya cerita ini dari awal juga sudah beda. Saya cuma lagi demennya sama shipping Tentara x Dokter. Dan saya mau bikin straight terunyu buat saya, Asano x Princess Leia.

Oh, yang ga tau siapa princess Leia, di album kelulusan ditunjukin kalau Princess Leia itu puteri dari kerajaan di luar sana yang melakukan pertukaran pelajar sebentar di SMP kunugigaoka. Dan Asano yang jadi pendamping Leia pas dia ada di Jepang.

Karena ga ada keterangan nama kerajaannya, saya mah cuma ngarang nama kerajaannya aja u.u

Walaupun Cuma berapa halaman, gambar mereka manis banget bikin melting <3

Ini dia gambar princess Leia dan Asano :

Ufufu~ Their 'date' (maybe)?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro