3rd Lies
Sinar lampu yang menyilaukan menyapa pandangan Yerin begitu dia membuka mata. Dengan intonasi dingin yang tidak ramah, si Profesor bertutur, "Tanganmu sudah diperbaiki. Cepat bangun dan jalankan lagi misimu, No.002."
Yerin yang sudah terbiasa diperlakukan sebagai sekedar senjata itu pun bangkit duduk. Dia menghela napas mengingat mimpinya saat operasi berlangsung.
'Kenapa harus Ye Xuan?' benak Yerin sebal selagi dia turun dan merapikan kembali kemejanya. Mimpi itu mengingatkannya terhadap perasaan aneh yang selalu dia rasakan di dekat Ye Xuan. Perasaan nyaman ketika berada di sisinya, dan ketenangan setiap kali dia mencurahkan perhatiannya.
Sejujurnya, sudah lama Yerin mendambakan kehadiran seseorang yang dapat diandalkan, dan cukup nyaman untuk dikatakan sebagai rumah barunya. Mungkin drama-drama di televisi dan komik romansa yang ia baca untuk mengisi waktu luangnya semakin mempengaruhi pikiran Yerin. Hati kecilnya pun mulai berkeinginan untuk mempelajari makna cinta yang tulus. Lebih konyolnya lagi, Yerin sempat berpikir Ye Xuan adalah jawaban dari keinginan kecilnya itu.
Sampai kemudian kenyataan menamparnya keras, bahwa Yerin tidak pantas mencintai lelaki itu. Tidak karena dia sudah terlalu hina untuk dicintai. Sebab bagi Yerin, cinta tidak lebih dari sekedar alat untuk mengendalikan orang lain.
Akan tetapi Yerin tidak boleh tergoyah dengan perasaannya kali ini. Dia harus fokus menuntaskan balas dendamnya tanpa melibatkan perasaan pribadi.
Kemudian gadis itu mengecek tangan kirinya. Ketika belum dinonaktifkan, memang tangan kiri Yerin terlihat seperti tangan pada umumnya. Tetapi begitu diaktifkan dengan sensor emosi pada chip yang tertanam di otaknya, tangan kiri Yerin berubah lagi menjadi prisma panjang terbuat dari baja kuat dengan ujung runcing.
"Lainkali jangan melewati batas pemakaian yang sudah ditentukan, No. 002," kata si Profesor selagi mengotak-atik berkas di meja marmernya. "Tubuhmu tidak akan bisa diperbaiki lagi jika kau melewati batas maksimum. Skenario terburuk, akan ada kerusakan di bagian otak dan entah efek samping apa yang akan terjadi."
Kemudian si Profesor menyerahkan botol kaca kecoklatan berisi 4 butir pil putih oval di dalamnya. Yerin menyernyit tidak paham. Lawan bicaranya pun melanjutkan, "Makan pil itu jika kau mulai kehilangan kontrol atas ingatanmu, atau ketika tubuhmu merasa kesakitan. Seharusnya pil itu mampu mengurangi resiko kerusakan otakmu."
Yerin pun mengangguk paham dan mengantongi botol kaca tersebut ke dalam saku roknya. "Apa ada lagi yang perlu disampaikan?"
"Jangan mengkonsumsi melebihi dosis. Kau hanya perlu memakan 1 pil jika rasa sakitnya tidak terkendalikan," balas si Profesor lalu mengusir Yerin dari ruang kerjanya.
Di perjalanan keluar laboratorium, Yerin memikirkan apa yang akan terjadi setelah seluruh penelitian ini dihentikan. Memang sudah lama Yerin menginginkan balas dendam para orang-orang lab yang menyiksanya itu. Jadi ... bukankah suatu keuntungan jika pemberhentian proyek mengerikan ini berhasil? Tidak akan ada lagi anak-anak yang diculik dan diperlakukan seperti tikus lab. Kerajaan pun akhirnya menemukan siapa saja pelaku yang merencanakan pemberontakan.
Akan tetapi, Yerin justru merasa takut. Dia takut tidak sempat merasakan kebebasan yang susah payah ia perjuangkan. Berbagai pertanyaan seketika mengisi pikiran gadis yang baru saja melangkah keluar dari gedung terbengkalai itu.
Bagaimana chip yang ditanamkan pada otaknya lebih dulu menghancurkan tubuh Yerin sebelum dia bisa bersenang-senang?
Kemudian Yerin tersadar memikirkannya sekarang tidak berguna. Dengan sigap Yerin mengenakan kembali tudung jubahnya. Setelah memeriksa sekeliling, barulah dia melangkah masuk ke dalam mobil tempat Ye Xuan menunggu. Ekspresi lelaki itu berubah khawatir ketika menyadari kilatan rasa takut dari pandangan Yerin.
"Ada apa?" tanyanya cemas.
Namun yang ditanya tidak menghiraukan. Yerin pun menatap serius sepasang netra keunguan Ye Xuan yang penuh kecemasan. "Kita perlu bergerak cepat. Ayo kembali ke kediamanmu untuk merencanakan langkah kita, malam ini."
***
Setibanya di kediaman Ye Xuan, Alkaid sudah menunggu dengan hidangan hangat yang tersaji di atas meja makan. Pemuda berambut pirang itu memaksa Yerin untuk ikut makan bersama mereka. Ye Xuan sampai harus meyakinkan Yerin bahwa makanan dan minuman itu tidak diracuni dengan makan di piring yang sama.
Seusai makan, Yerin langsung memulai penjelasan rencananya mengenai penculikan si Kepala Peneliti yang namanya dirahasiakan. Berdasarkan informasi yang ia retas sebelum penyerangan terhadap Ye Xuan siang itu, si Kepala Peneliti akan mengunjungi rumah panti asuhan ilegal dan tidak terurus di pinggiran kota. Yesin sampai menjelaskan detil jalur transportasi yang akan mereka ambil.
Setelah mendiskusikan tahapan pelaksanaan rencana dengan Alkaid dan Ye Xuan, keesokan paginya mereka langsung berangkat menuju lokasi target. Alkaid akan berdiam di mobil lain yang cukup besar dengan peralatan penyadapannya. Tidak hanya itu, Alkaid juga akan memantau pergerakan mereka sambil memperhatikan kondisi sekitar lokasi penangkapan menggunakan sebuah drone berteknologi tinggi. Drone tersebut mampu menyembunyikan dirinya menjadi tidak kasat mata selama tidak disentuh orang lain.
Sementara itu, Ye Xuan dan Yerin akan menjadi pelaku yang menculik si Kepala Peneliti. Baru saja kedua sejoli itu mengevakuasi anak-anak yatim ke tempat semestinya dan selesai melakukan penangkapan terhadap pemilik panti asuhan ilegal, si target pun tiba di lokasi.
Gadis yang mengenakan setelan hitam seragam Kingsman itu langsung menyapa mereka di depan pintu masuk panti asuhan. Seperti dugaannya, si Kepala Peneliti dikawal oleh 3 remaja berjubah hitam. Wajah ketiganya ditutupi oleh tudung jubah sampai sulit untuk dikenali. Satu hal yang pasti, pengalaman berperang tidak semahir Yerin.
Bagaimana Yerin tahu soal ini? Karena dia adalah orang yang paling sering dikirim untuk menangani misi-misi paling berbahaya setelah menghilangnya kairos.
"Ah, No. 002, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria tua berusia sekitar 50 tahunan itu. Dia berdandan elit dengan setelan jas dan jam tangan berkelas.
"Aku datang kemari diperintahkan oleh pusat markas untuk menangani situasi mendadak, Tuan," balas Yerin lalu membungkuk dalam.
Si Kepala Peneliti itu pun mengangguk paham, "Seperti yang diharapkan dari masterpiece-ku," ujarnya memuji.
Berkat kepercayaannya terhadap akreditas kemampuan dan kesetiaan Yerin, si Kepala Peneliti pun masuk ke dalam panti asuhan tanpa curiga. Para remaja yang baru diturunkan bertugas itu langsung menundukkan kepalanya, memberi salam hormat pada senior ketika hendak ikut melangkah masuk.
"Aku minta maaf. Tetapi aku melakukan hal ini agar kalian terlepas dari neraka yang menanti di masa depan," ujar Yerin kemudian menutup pintu di belakangnya—tidak membiarkan mereka melangkah masuk.
Dalam sekejap, Yerin mengaktifkan senjata di tangan kirinya. Pantulan cahaya mentari yang menyentuh permukaan baja runcing itu langsung diarahkan pada pandangan para musuh. Ketiga remaja lelaki tersebut langsung memejamkan mata sambil meringis kesakitan.
Tanpa memberikan kesempatan melawan, Yerin seketika melesatkan pisau prisma runcingnya ke arah leher ketiga remaja itu—yang dengan mudah memotong lapisan daging, otot, dan tulang leher sampai kepala mereka terlepas dan jatuh menimpa tanah. Bertepatan dengan momen itu, telinga Yerin menangkap suara pekikan dari dalam panti asuhan, diikuti bunyi tubuh besar yang jatuh menimpa lantai.
Yerin tersenyum puas ketika Ye Xuan keluar dari panti asuhan dan memperlihatkan hasil kerjanya. "Seperti yang diharapkan dari Tuan Ye Xuan," pujinya.
Penampilan Ye Xuan terbilang masih rapi seperti saat ia berangkat, berbeda jauh dengan tubuh Yerin yang dihiasi cipratan darah merah kental sepanjang wajah sampai bagian dadanya.
Sebelum Ye Xuan bisa membalas ucapan gadis itu, suara Alkaid lebih dulu menyela.
"Kerja bagus, kalian berdua. Untuk sekarang tidak ada tanda-tanda musuh yang bersembunyi. Aku akan pergi ke titik pertemuan kita untuk mengangkut tubuh target dan mengantarnya ke markas pusat," tutur Alkaid dari earphone yang dikenakan kedua sejoli itu pada telinga kanannya.
Ye Xuan pun mengurungkan niatannya untuk bertanya mengenai suatu hal yang sempat ia pikirkan semalam. Sekarang, dirinya harus fokus menuntaskan misi mereka. Percakapan serius dengan Yerin bisa dilakukan seusai ini.
"Tunggu sebentar. Ada yang aneh," ujar Yerin lalu melirik ke sekitarnya. "Kau pergi duluan, Tuan Ye Xuan. Aku akan menyusulmu," ujarnya lalu beranjak lebih jauh ke terowongan di pinggir jalan.
"Jangan bertindak gegabah," ujar Ye Xuan agak mengancam lalu menahan lengan gadis itu.
Yerin sontak menoleh ke belakang, "Aku tidak akan kabur—"
"Bukan itu masalahnya di sini," sela Ye Xuan lagi enggan melepaskan gadis itu.
"Kita harus tetap bersama sampai misi ini berakhir. Sebelum-sebelumnya aku memang tidak pernah mengeluh terhadap gaya solomu menyelesaikan masalah. Yang jelas tidak di momen seperti ini. Operasi kita belum selesai," jelasnya panjang.
Yerin pun menghela napas dan memilih untuk mengekori Ye Xuan, selagi matanya memperhatikan sekeliling memastikan tidak adanya pasukan musuh yang menyusul. Tidak lama setelahnya mereka berhasil menggotong tubuh si Kepala Peneliti ke dalam lokasi pertemuan di pinggir jalan utama. Ye Xuan dan Alkaid memasukkan si Kepala Peneliti yang tidak sadarkan diri itu ke bagian belakang mobil.
Setelah itu Ye Xuan dan Alkaid sibuk berdiskusi mengenai identitas asli si Kepala Peneliti. Alkaid bekerja sangat cepat mengidentifikasi identitas target dengan sensor sidik jari, retina, dan scanning darah pria tua itu. Ternyata selama ini identitasnya tercantum dalam akta kematian, di mana tertulis dia adalah salah satu korban kecelakaan kereta lintas cepat. Pekerjaan lama si Kepala Peneliti adalah Perdana Menteri pada era kekuasaan raja terdahulu. Sebelum akhirnya dia dipecat secara tidak terhormat, karena terbukti telah melalukan tindakan yang mencemari nama kerajaan, dengan membeberkan informasi rahasia militer pada warga asing.
Ye Xuan dan Alkaid memutuskan sudah waktunya kembali ke pusat markas. Mereka berdua masuk lebih dulu ke dalam mobil limusin yang panjang. Baru saja Yerin hendak melangkah masuk, gerakannya seketika terhenti ketika sebuah tangan yang terbuat dari metal tiba-tiba membungkam mulutnya.
"Yerin!" pekik Ye Xuan panik. Lelaki itu langsung mengulurkan tangannya, berharap dapat mencegah gadis itu pergi. Akan tetapi, si pemilik tangan metal tidak membiarkan Ye Xuan merebut Yerin semudah itu. Dalam sekejap, tubuh Yerin hilang dari pandangannya.
Tanpa pikir panjang Ye Xuan segera keluar dari limusin, dan berteriak pada rekannya, "CEPAT PERGI! DAN JANGAN LUPA BAWA BALA BANTUAN KE SINI!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro