Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DUAPULUHENAM

Uchiha Sasuke dan Sakura berlarian menuju ke rumah sakit setelah perjalanan yang cukup lama untuk mencari Ken, keduanya saat ini tidak dapat memikirkan apapun yang terpenting adalah Ken, anaknya, putra mereka.

"Pasien atas nama Uchiha Ken," tanya Sakura pada petugas informasi.

Mereka menunggu dengan harap-harap cemas, berharap putra mereka baik-baik saja.

"Pasien saat ini masih berada di UGD dan masih dalam penanganan doktet, Nyonya." jelas prtugas wanita itu.

Mereka berdua seketika langsung berjalan ke sana, mencari-cari di mana mereka bisa menemukan Ken.

Sampai di sana, mereka menemukan dua orang polisi yang duduk di kursi tunggu dsngan wajah khawatir. Dan dengan inisiatif, Sasuke mendekati mereka. "Apa Anda berdua anak buah Inspektur Nara Shikamaru?" tanyanya.

Kedua polisi itu mengangguk dan kemudian salah satunya memekik kecil. "Anda Tuan Uchiha?" tanyanya dengan nada ragu-ragu.

Sasuke dan Sakura mengangguk. "Putra Anda sedang dalam perawatan dokter, Tuan. Kami menemukannya tadi dalam keadaan pingsan." jelasnya memberitahu pasangan Uchiha.

Sakura berdiri gemetar di sana. Ia takut terjadi sesuatu dengan Ken, ia tidak ingin terjadi seauatu dengan putra kesayangannya. "Sasuke-kun aku takut...," Ia mengadu pada Sasuke, dan meraih tangan Sasuke untuk digenggam Sakura.

Di tengah ketakutan mereka, dokter yang menangangi Ken keluar dan berjalan ke arah mereka.

"Wali Uchiha Ken?" tanya dokter itu pada mereka semua.

Sasuke spontan menatap dokter itu dan mengatakan bahwa ia adalah Wali Uchiha Ken.

"Bagaimana keadaan putraku?" Sasuke bertanya dengan nada gusar, berharap Dokter itu memberi kabar baik tentang anaknya.

"Mari ikut ke ruangan saya, Tuan." ajak dokter tersebut karena merasa penjelasannya membutuhkan privasi.

Sasuke mengangguk dan mengikuti gerak langkah dokter itu menuju ruangannya bersama Sakura.

Mereka duduk berhadapan, dan Sasuke kembali menyuarakan pertanyaannya tentang kondisi putranya.

"Sangat buruk, Tuan. Dari hasil CT Scan, kondisi jantungnya semakin memburuk." dokter itu menghela napasnya sejenak.

"Dan jika dalam tujuh puluh dua jam tidak segera dilakukan tindakan pencangkokan pada jantungnya, Kami takut putra Anda tidak dapat ditolong." lanjutnya kemudian yang membuat Sakura seketika terisak karena penjelasan dokter itu.

"Sasuke-kun...," ia menjerit lemah, meratapi nasib putranya yang kritis.

"Te-terimakasih dokter sudah memberi kami informasi ini, kami akan berusaha memcari donor jantung untuk putra kami. Kami permisi." Sasuke beranjak berdiri dari duduknya seraya menunutun Sakura yang masih terisak keluar dari ruangan dokter itu.

***

Sasuke meringis, merasa ngilu ketika melihat Ken yang berada di ruang ICU dengan alat-alat yang menempel pada tubuhnya. Sedangkan Sakura, ia masih terus menangis sejak tadi melihat Ken yang demikian.

"Sasuke-kun... Ken... Putra kita...," Sakura terisak, bahkan ia hampir menjerit jika saja ia tidak ingat di mana mereka sekarang.

Sasuke tidak menjawabnya, ia berlalu keluar tanpa suara meninggalkan Sakura di dalam sana. Mencari kontak seseroang di ponselnya, dan men-dial-nya.

"Ibu...," panggilnya lemah.

"Ya, Sasuke-kun? Bagaimana kondisi Ken?"

"Bisa aku minta tolong pada Ibu? Mungkin ini adalah permintaan terakhirku pada Ibu." jawabnya lemah ketika ibunya bertanya di seberang sana.

"Apa maksudmu?" tanya Mikoto, merasa aneh dengan permintaan anaknya.

"Tolong bantu aku mencari donor jantung untuk Ken, dia kritis saat ini, Ibu...,"

***

Mikoto terkejut mendapat telepon dari anaknya seperti itu, apalagi nada putus asa yang hampit tidak pernah di suarakan putra bungsunya.

"Do-donor jantung?" Mikoto tergugu, ia seketika berbalik menatap Fugaku yang kini sudah berganti pakaian tidurnya.

Sambungan itu terputus, tanpa Mikoto mendapatkan keterangan lebih lanjut dari putranya. Lalu tatapannya berubah dingin menatap Uchiha Fugaku, suaminya.

"Dia kritis. Seperti keinginanmu." jelasnya dingin.

Fugaku mengernyitkan alisnya dalam, tidak mengerti apa maksud istrinya itu.

"Ken, dia kritis. Jika dalam tiga hari dia tidak mendapat donor, ia akan mati, lenyap seperti keinginanmu." jelasnya.

"Kuharap kau membantu Sasuke-kun. Kau tahu Anata, Ken adalah hartanya yang paling berharga. Hubunganmu dan Sasuke-kun tidak akan membaik jika kau masih berpikir melenyapkan Ken." Mikoto beranjak keluar dari kamarnya, mencoba menghubungi teman-teman dan relasinya untuk mencari donor untuk Ken. Bravo untuk pengaruh Mikoto dan Uchiha di belakang namanya.

***

Meja makan kali ini terasa sangat suram, dan rasanyapun menelan sarapan mereka pagi ini terasa sulit. Fugaku masih diam, Mikoto pun demikian, sedangkan Itachi menyantap makanannya dengan pandangan yang tertuju kepada kedua orang tuanya. Sedang Izumi, ia mencoba menepis aura dingin itu dengzn menyibukan diri bersama Ishihara.

"Ayah...." serunya ketika pada akhirnya karena tidak tahan dengan suasana pagi ini. Ini adalah hari sabtu, di mana semua aura kebahagiaan dan hari libur menjadi hal yang menguarkan aura musim panas yang indah meskipun saat ini musim dingin.

"Kalian... Kenapa?--Maksudku, ayolah hentikan perang dingin kalian, sebenarnya ada apa?" tanya Itachi frustrasi menatap ayah dan ibunya bergantian.

"Kau tahu 'kan Itachi-kun kalau kemarin Sasuke-kun kemari?" Itachi mengangguk.

"Anaknya hilang, dan Ayahmulah yang membuangnya." Mikoto menjawab sinis pada putra sulungnya.

Menyadari hal ini, Itachi segera melirik Izumi dan mengkode bahwa ia harus membawa Ishihara menjauh.

"Dan ketika ditemukan keadaannya kritis. Kau tahu, keponakanmu, cucuku itu sedang sekarat karena sikap egois kakeknya." desisnya.

"Tu-tunggu Ken? Sekarat?" beonya bingung.

Mikoto mengangguk dan mengalihkan pandangannya kepada Fugaku. Lagi.

"Ini karena ego Ayahmu yang ingin berdamai dengan Sasuke-kun."

"Kurang dari tujuh puluh dua jam, jika dia belum mendapatkan donor untuk Ken, dia akan mati." Mikoto bangkit dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan dua pria itu di meja makan.

"Ayah... Apa maksud Ibu?" tanya Itachi, ia masih tidak habis pikir. Bagaimana Ayahnya bisa sekeji itu? Memang, hubungannya sendiri dengan Sasuke pun masih burukq hingga sekarang, tapi ia bahkan tidak pernah berpikir untuk melakukan hal yang sama gilanya dengan Ayahnya.

"Yang dikatakan Ibumu benar. Kupikir dengan melenyapkan anak itu, hubungan kita dengan Sasuke akan membaik tapi malah seperti ini jadinya." Itachi tertegun, apa sebegitu sayangkah Ayahnya pada Sasuke?

"Ayah...." gumam Itachi nyaris tidak terdengar.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Itachi?" Fugaku menatap Itachi dengan wajah hancur, ia bingunh bagaimana ia bertindak sekarang.

"Jika anak itu adalah segalanya untuk Sasuke, kurasa jalan satu-satunya adalah membantunya mencari donor jantung, Yah."

"Dan... Bukannya Ayah juga memiliki banyak kenalan dokter-dokter dan pemilik rumah sakit?" Mata tajam Itachi berkilat bahagia ketika ia menyadari hal itu.

Fugaku tertegun ia tidak habis pikir sampai ke sana. "Kau benar, Itachi, seharusnya aku memikirkan hal itu sejak kemarin." raut wajah bahagia jelas terpancar dari netra oniks yang redup karena usia itu, ia bersyukur masih bisa memperbaiki hubungannya dengan Sasuke.

***

"Dokter Orochimaru, bisakah kau mencarikanku jantung? Aku sangat membutuhkannya." suaranya bernada memohon, dibalik teleponnya, dokter Orochimaru mengeryitkan alisnya dalam.

"Bukan... Ini bukan untukku, tapi untuk cucuku." Fugaku terkekeh kaku ketika dokter tua itu menganggapnya aneh-aneh.

"Ini untuk cucuku yang lain, putranya Sasuke." jelasnya singkat.

"Baiklah, jika kau mendapatkannya segera hubungi aku." Fugaku mendesah. Ia merasa lega, selangkah lagi... Ia akan mendapatkan maaf Sasuke, dan keluarganya akan kembali utuh.

Fugaku masih mengurung diri di ruang kerjanya setelah sarapan pagi tadi, ia tidak bisa tenang barang semenitpun. Ini sudah hampir pukul empat sore dan dia belum mendapatkan kabar apapun dari dokter Orochimaru. Ia bahkan melewatkan makan siangnya kali ini demi kabar dari Orochimaru.

Pukul lima lebih sepuluh menit, ia mendapatkan kabar dari Orochimaru bahwa ia berhasil mendapatkan donor untuk Ken.

"Benarkah?" tanya Fugaku sekali lagi. Ia masih tidak percaya jika dokter itu berhasil mendapatkannya.

"Terimakasih, dokter. Terimakasih aku berhutang budi pada Anda." Fugkau tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Dengan cepat, ia segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Sasuke, memberitahunya bahwa ia berhasil mendspatkan jantung baru untuk Ken.

***

Fugaku berjalan dengan tergesa ke arah Sasuke yang berdiri di depan ruang ICU bersama Mikoto dan Sakura. Langkahnya yang terhuru itupun sukses menjadi perhatian Mikoto yang terlebih dulu menyadari kedatangannya sebelum Sasuke dan Sakura menyadarinya.

"Anata?!" pekik Mikoto terkejut, ia sampai harus membekal mulutnya kemudian karena pekikannya yang cukup mengganggu orang-orang di sekitarnya.

"A-Ayah?"

"Aku berhasil mendapatkannya, Mikoto, Sasuke." jelasnya dengan napas yang tidak teratur.

Merek semuanya bingung tentang maksud Fugaku, apa yang ia dapatkan?

"Aku, jantung, aku berhasil mendapatkannya untuk Ken, Mikoto, aku mendapatkannya untuk cucuku." jelasnya dengan lebih jelas lagi.

"Sungguh? Ayah tidak berbohong 'kan?" tanya Sakura dengan mata yang sudah berkaca-kaca siap menangis.

"Untuk apa aku berbohong padamu, Sakura? Sungguh ak--

"Untuk apa Ayah melakukannya? Ingin mencoba membunuh Ken, lagi?" selak Sasuke dingin, ia bahkan dengan lancang memotong kalimat Fugaku.

"Sasuke-kun, jaga bicaramu!" sentak Sakura, bagaimanapun juga, Fugaku adalah orang tua mereka.

"Tidak Sakura tidak. Sasuke benar, bahkan ia bisa saja memukulku sekarang." Fugaku berkata lembut. Ia tahu Sakura mengkhawatirkannya, tapi sebagai seorang Ayah, Sasuke berhak bersikap demikian padanya karena bentuk perlindungannya pada putranya.

"Sasuke, aku tidak bohong padamu. Sekarang jantung itu di bawa dokter Orochimaru, ia akan segera tiba di sini dan Ken bisa segera dioperasi."

"Aku berjanji padamu atas nama Uchuha, aku tidak berbohong kali ini." tegasnya meyakinkan Sasuke.

Mikoto menangis terharu, sedang Sakura menatap ayah mertuanya dengan tatapan lega dan tangannya yang menutup mulutnya sendiri. Sasuke, pria itu nampanknya sedang berpikir apakah ia harus mempercayai Ayahnya atau tidak.

Lima jam berlalu, mereka semua menunggu di ruang tunggu ruang operasi yang di atas pintunya lampu masih menyala merah. Mereka menunggu dengan was-was dan cemas bagaimana nasib Ken di dalam sana.

Keluaraga Uchiha Itachi menyusul tiga jam yang lalu setelah Itachi mendapat kabar jika Ken menjalani operasi.

"Sasuke-kun, aku takut...," bisiknya seraya meremas tangan Sasuke sedikit keras.

Sasuke balas meremas tangan Sakura, seakan memberi semangat pada wanita itu. Sedang mereka yang lain menatap kjawatir pada pintu ruang operasi seraya berdoa dalam hati.

Lampu di atas pintu itu mati, kemudian para dokter yang terlibat pada operasi transplantasi Ken keluar, termasuk dokter Orochimaru,

"Bagaimana keadaan putraku, dok?"

***

Halo... Saya hadir setelah sekian lama...

Jika boleh bercerita sedikit, sebenarnya saya berat menulis ini, saya punya dua opsi buat ending ini, tapi keduanya sama2 menyakitkan buat saya. Jadi saya harus gimana?

Dan maaf untuk tidak membalas komentar2 kalian :')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro