Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DUABELAS

Hari berganti bulan, Sakura sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Wanita itu berhasil kembali berjalan setelah menjalani terapi di rumah sakit Konoha selama lima bulan. Cukup menakjubkan. Namun disamping keberhasilan dalam fisioterapinya, terapi psikoterapinya tidak sebagus perkembangannya dalam fisioterapi. Bukan karena ketidakmahiran ahli, tapi semakin mengikuti psikoterapinya ia semakin tertutup dan terus mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Dokter Tsunade sampai dibuat bingung dengan kekeraskepalaan pasien yang sudah ia anggap putrinya sendiri itu.

"Dokter, aku ingin menyudahi proses psikoterapi ini. Kurasa aku sudah baik-baik saja, dok. Terimakasih atas bimbingan Anda selama ini." Sakura bangkit dari duduknya kemudian membungkuk dalam-dalam mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada dokter paruh baya itu.

Dokter Tsunade pun mengangguk memahami bahwa Sakura--merasa--sudah tidak memerlukan bantuannya lagi.

"Sama-sama Sakura, aku juga berterimakasih padamu. Dan jangan lupakan phobia-mu itu, kuncinya adalah komunikasi dan saling terbuka. Kau mengerti, Sakura?" dokter Tsunade memberikan petuahnya dengan senyuman yang merekah, dan Sakura mengangguk paham apa yang dikatakan dokternya tersebut.

Sakura tahu, jika ia memiliki phobia yang cukup aneh sebenarnya, mengingat coitophobia adalah ketakutan pada hal yang bersifat privasi dalam hidup seseorang. Ia mengetahui hal itu ketika pertemuan ketiganya dengan dokter Tsunade; pertemuan pertama mereka saat Sakura dirawat. Saat itu dia menjelaskan trauma yang dialaminya dengan jaminan janji dokter Tsunade yang memegang prinsip kerahasiaan mengenai semua hal yang diceritakannya.

Ia pernah melakukan hipnoterapi sekali, namun akhirnya sangat tidak memuaskan hingga membuat Sakura sakit selama tiga hari, meskipun hal itu tidak sampai membuatnya dirawat di rumah sakit. Akhirnya, Sakura menggunakan saran dokter Tsunade untuk lebih terbuka dengan Sasuke terkait phobia dan traumanya.

Sakura keluar dari ruangan dokter Tsunade dengan senyum yang terlihat menawan dan sangat membahagiakan setiap orang yang menatapnya. Akhir musim dingin yang indah, begitu pikirnya.

Semua urusan yang terkait dengan rumah sakit sudah ia bereskan. Dari fisioterapi hingga psikoterapi. Urusan pernikahan semua diserahkan kepada Mikoto dan anggota Uchiha yang lain, ia hanya perlu fitting gaun pengantinnya untuk yang terakhir dengan Temari, seorang pemilik butik gaun pernikahan yang merupakan istri dari pengacara Nara Shikamaru kepercayaan Uchiha. Dan sebuah hal yang sangat menyakitkan bagi Sakura, yaitu mengunjungi makam orang tuanya, yang tewas akibat kecelakaan kereta saat Sakura terbaring koma.

Dua bulan lagi, Sakura akan resmi menyandang nama Uchiha di belakang namanya. Ia bahagia sejujurnya, namun jika teringat malam itu perasaannya seolah kembali terkoyak dan keraguan terhadap Sasuke muncul kembali ke permukaan. Tapi berkat bakatnya dalam menghibur--menipu--dirinya sendiri ia mampu menghilangkan keraguan itu dengan mendoktrin otaknya untuk mengubur ingatan itu semakin dalam ke dasar ingatannya.

*

Langkahnya kini terayun ringan masuk ke dalam sebuah butik yang memajang banyak gaun-gaun yang indah; terutama gaun pengantinnya. Sakura mendorong pintu masuk kaca itu dengan riang, suara lonceng yang menunjukkan bahwa seseornag masuk ke dalam sana membuat sang pemilik menoleh, kemudian tersenyum ringan.

"Sakura-san, kau kah itu?" sapanya sambil menghampiri Sakura yang masih berjalan masuk dengan memerhatikan sekitarnya.

"Ah, Temari-san... Apa aku terlambat?" balasnya ketika menyadari Temari sudah berada di depannya.

Mereka berdua saling berpelukan singkat lalu saling mencium kedua pipi masing-masing. Salam khas perempuan.

"Tidak, tidak... Baru saja aku akan menghubungimu jika aku sudah berada di butik...," mereka berdua berjalan beringingan dengan seorang pramuniaga butik itu yang menjadi pembimbing jalan.

"Terimakasih." Temari berkata demikian, sedangkan Sakura mengangguk kecil sebelum pegawai itu berlalu pergi dan tersenyum pada mereka berdua.

*
"Jadi bagaimana dengan mereka?" tanya Temari seraya berdiri diantara dua buah manekin yang mengenakan gaun-gaun yang indah.

Dahiku berkerut samar, menandakan bahwa aku sedang berpikir keras untuk memilih satu diantara dua gaun yang menakjubkan itu.

"Baiklah aku memilih yang ini saja." putusnya setelah melihat dan berpikir beberapa saat memilih diantaranya.

Gaun itu cukup sederhana memang, gaun strapless berwarna kehijauan yang cukup unik untuk warna gaun pernikahan.

"Kenapa warna hijau? Bukankah pernikahan itu identik dengan warna putih?" tanya Temari karena Sakura tidak memilih satu diantara gaun yang berada di sisi Temari.

"Aku hanya ingin berbeda saja. Lagipula warnanya menyimbolkan kekuatan dalam menghadapi kehidupan dan kebahagiaan. Jadi setelah aku menikah nanti, aku ingin bahagia dengan kehidupan baruku bersama Sasuke-kun." Emerald itu berbinar bahagia, dan terlihat sangat indah, bahkan wajah ayu Sakura nampak merona ketika ia menyebutkan nama Sasuke.

"Oh jadi begitu... Baiklah berarti kau memilih ini?" Sakura mengangguk cepat, meyakinkan Temari bahwa itu adalah benar-benar pilihannya.

Sakura dan Temari kemudian kembali melangkah menuju ke butik bagian depan, mengantar Sakura yang bersiap pulang.

"Hati-hati di jalan Sakura.... Dan selamat atas pernikahanmu dengan Sasuke-san!!!" Temari melambaikan tangannya seiring berjalannya mobil yang membawa Sakura menjauh dari pandangannya.

***

"Yamada-san, bisakah Anda mengantarku ke kantor Sasuke-kun dulu? Aku ingin menemuinya sebentar." Yamada mengangguk tanpa banyak bertanya, supir pribadi Sasuke yang lebih sering digunakan Sakura karena Sasuke lebih sering mengendarai mobil sendiri untuk ke kantor.

"Oh ya, Yamada-san... Kau nanti bisa meninggalkanku dan pulang lebih dulu. Aku takut jika nantinya memakan banyak waktu dan membuatmu menunggu."

"Baiklah, Sakura-san. Hati-hati kalau begitu." Yamada berkata demikian sesaat sebelum Sakura turun dari mobil itu dan masuk ke kantor cabang Uchiha yang di kelola Sasuke.

Kaki jenjang itu menapakkan dirinya di depan gedung cabang Uchiha Grup. Pandangannya menelusur ingin tahu karena memang ini adalah pertama kalinya ia berkunjung ke kantor Sasuke.

Melangkah masuk, Sakura sudah sampai di lantai enam gedung ini. Ia mencari pintu bertuliskan Uchiha Sasuke. Cukup sulit untuk mencari nama itu di lantai enam, karena di lantai ini banyak ruangan-ruangan yang hampir mirip. Ya Sasuke berada di sini karena memang jabatannya bisa dibilang cukup rendah jika dibandingkan dengan ayah dan kakaknya yang bekerja di kantor pusat.

Itu dia. Direktur Marketing, Uchiha Sasuke. Dia menemukannya. Dengan segera ia mengetuk pintu dan masuk ke dalam sana.

Pemandangan indah ditemukannya karena netra zamrud itu mendapati sang kekasih tengah serius memerhatikan sebuah berkas yang diantar salah seorang pegawainya.

"Sasuke-kun?" Panggilan itu mengalun lembut, Sakura berjalan mendekat dan tersenyum sambil menunggu Sasuke selesai dengan urusannya.

"Sakura?--Kau bisa pergi." tutupnya. Wanita brunette itu mengangguk dan memandang Sakura sejenak sebelum pamit undur diri.

"Iya." Sakura, di tempat duduknya dia menegang karena merasa mengenali suara itu. Nada bicaranya seakan menunjukkan padanya siapa dia sebenarnya.

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Sasuke menghampirinya.

Sakura tersentak dari lamunannya kemudian tersenyum samar, "Aku ingin makan siang bersamamu? Oh, iya. Sasuke-kun tadi itu siapa? Aku merasa mengenalnya."

"Begitukah?" Sakura mengangguk menyetujui perkataan Sasuke.

"Dia Mei." Sasuke menegang menjawab pertanyaan Sakura, karena dengam wanita itulah dia menghancurkan Sakura perlahan-lahan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro