S p e c i a l C h a p t e r 0 1
Hari itu adalah hari pertama tahun ajaran baru. (Name) hanya bisa menghela nafas sembari melihat sekelilingnya—ada yang segera berbicara dengan teman sebangku mereka, yang pastinya juga wajah yang mereka kenal dari SMP, ada yang segera memperkenalkan diri dengan kelompok lainnya, dan ada juga yang tetap diam di meja mereka seperti (Name) saat ini.
Tahun ajaran baru aru saja dimulai, dan (Name) sudah merasa sangat lelah, melebihi saat dia berlali mengelilingi lapangan baseball lima kali dulu. Sembari menghela nafas panjang, (Name) mengeluarkan buku bacaannya dan mengabaikan sekelilingnya yang asik berbicara dengan satu sama lain—yang setidaknya seperempat berisi orang-orang yang menyombongkan beasiswa atau kemampuan mereka.
'Hebatnya sekolah ini, sudah membuatku lelah dalam kurun waktu kurang dari satu jam,' (Name) bertepuk tangan dalam hatinya. Matanya masih terfokus pada buku bacaannya, sebelum ia mendengar decitan kursi dengan lantai dari sebelahnya. Perlahan dia melirik ke kirinya, sebelum mendapati seorang siswa dengan rambut cokelat muda duduk di sana.
(Name) terdiam, hanya melirik. Dia memperhatikan penampilan siswa itu dengan hati-hati, sebelum terdiam ketika melihat rambutnya. 'Rambut macam apa itu? Apakah tukang pemangkas rambutnya tidak sengaja melakukannya? Bagaimana caranya dia bisa datang dengan poni seperti itu dengan ekspresi sangat tenang?' (Name) kembali mengalihkan perhatiannya menuju bukunya, berharap siswa itu tidak menyadari tatapannya tadi.
Waktu terasa sangat lambat. Hingga (Name) menutup bukunya kembali, kelas masih terbilang ramai—mungkin juga karena ini tahun ajaran baru, semuanya sangat bersemangat bertemu dengan teman barunya. Lagipula mereka berada di akademi elit di prefektur Miyagi, mungkin itu alasan mereka menjadi seperti ini.
"Aku tidak mengerti mereka," gumam (Name) pelan, tanpa sadar sedikit keras sampai siswa di sebelahnya mendengarnya. "Kenapa bersemangat sekali? Aku lelah sendiri memperhatikan mereka. Aku tidak ingin berada di sini."
"Kalau kau tidak ingin berada di sini, kenapa masuk ke Shiratorizawa?" (Name) melirik kirinya, terkejut ketika mendapati siswa berponi asimetris itu baru saja mengajaknya berbicara. "Kalau kau tidak ingin di sini, kau pasti sudah berada di sekolah lain bukan?"
(Name) mengerutkan keningnya. "Aku berharap bisa berada di tempat lain sekarang, sungguh," katanya. "Tapi bagaimana lagi. Ayahku mengajakku pulang ke Miyagi," dia menambahkan sembari menatapi sampul bukunya. "...Kau tidak akan bisa mendapatkan banyak teman kalau nada bicaramu seperti itu," dia menambahkan. "Ketus dan sinis. Kau mudah marah ya?" tebaknya.
Siswa itu ikut mengerutkan keningnya. "Jangan seenaknya menilaiku begitu," desisnya. "Seharusnya kau juga lihat seperti apa dirimu. Tidak bersemangat, berantakan, dan menilai orang seenaknya saja. Jangan-jangan kau terlalu sombong karena berasal dari SMP Shiratorizawa, ha?"
Sesaat gadis itu hanya terdiam, sebelum ia menghela nafas. "Maaf saja, tapi aku bukan berasal dari SMP Shiratorizawa," kata (Name). "Dan lihat, kau sudah membalas penuh emosi seperti itu. Sepertinya aku bisa menebak sedikit tentangmu. Dari kalimat yang kau ucapkan, kau juga bukan dari SMP Shiratorizawa, bukan?"
Dia mendengus kesal, sebelum mengalihkan perhatiannya. "Kalau bukan kenapa?" tanyanya. "Dan berhentilah menebak-nebak seperti itu. Memangnya kau peramal atau apa? Bodoh sekali," dengusnya kesal sembari bersandar pada tempat duduknya.
(Name) menatapi pemuda itu dengan kedua alis terangkat, jelas-jelas merasa terhibur dengan pemuda itu tanpa alasan yang jelas. "Ah, pedas sekali kata-katamu. Sayang aku kurang suka makanan pedas," gumamnya, dia tertawa pelan ketika pemuda di sebelahnya terlihat kesal. "Maafkan aku, aku sedikit terbawa suasana. Seharusnya pagi hari jangan dimulai seperti ini, ya?"
Pemuda itu hanya mendecih dan mengalihkan perhatiannya dari (Name). Bukan hanya karena ingin mengabaikan gadis itu untuk saat ini, tetapi juga karena kedatangan guru di dalam ruangan—tentunya wali kelas mereka. Kedua siswa Akademi Shiratorizawa itu segera melupakan percakapan mereka tadi, kali ini terfokus pada guru yang mulai membicarakan kurikulum sekolah dan kalimat-kalimat yang biasa diucapkan oleh guru pada muridnya.
Terkadang (Name) mengalihkan perhatiannya dari gurunya. Dia sempat melirik pemuda berponi asimetris di sebelahnya, atau seorang pemuda yang kerap kali bersin—rambutnya berantakan, berwarna cokelat muda. Tidak jarang pula (Name) berakhir menatapi keluar jendela, meskipun jarak jendela sedikit jauh dari mejanya.
Ketika satu per satu siswa mulai berdiri untuk memperkenalkan dirinya, mulai dari nama, asal sekolah, dan , (Name) hanya bisa mendengarkan dan berharap bisa menghafal mereka semua. Tidak jarang gadis itu mengulangi nama yang disebutkan dalam kepalanya sendiri, sembari memperhatikan wajah pemilik nama itu. Dia juga sempat nyaris tertawa ketika siswa bermasker dengan rambut berantakan yang sempat ia lihat tadi memperkenalkan dirinya sebagai "Kabaniji", entah apakah itu memang namanya atau karena dia terkena flu saja.
Pemuda di sebelahnya berdiri tidak lama setelah itu. Tatapan matanya datar, tidak menunjukkan senyuman ramah seperti kebanyakan orang—meskipun memang tidak sedikit yang tadi tidak tersenyum. (Name) memperhatikan postur tubuhnya, pada saat itu dia yakin kalau orang itu cukup percaya diri dan memiliki postur tubuh yang bagus.
"Shirabu Kenjirou, dari SMP Toyomori," katanya, dia tidak terpengaruh oleh ucapan beberapa anak yang mengomentari SMPnya. "Senang berkenalan dengan kalian semua," dia mengakhiri begitu saja dengan membungkukkan tubuhnya, tidak berbasa-basi apa pun seperti beberapa anak lainnya.
(Name) menghela nafas panjang, tangannya ia kepalkan dengan erat sembari berdiri dari tempat duduknya saat siswa di sebelahnya—Shirabu—duduk kembali. Untuk sesaat dia hanya diam, berusaha untuk tetap tenang di bawah tatapan belasan pasang mata. "Namaku (Surname) (Name), senang berkenalan dengan kalian semua," ia menundukkan kepalanya. "Dan aku berasal dari SMP Nekoma."
Gadis itu hanya diam sesaat di tempa. Dia membungkukkan badannya perlahan dan baru saja akan duduk ketika salah satu perempuan di kelas itu mengangkat tangannya, menarik perhatian seisi kelas. "Maaf, aku hanya ingin bertanya," kata siswi itu. "Tetapi, di mana SMP Nekoma berada? Rasanya aku tidak pernah mendengar nama sekolah itu di sekitar wilayah ini." tanyanya.
"Ah, itu memang pasti," gumam (Name) pelan. "SMP Nekoma berada di Tokyo. Jadi bisa dikatakan... aku pindahan dari Tokyo, karena itu mohon bantuannya," dia menjelaskan.
Seisi kelas sempat menjadi heboh mendengarnya. Beberapa siswi sempat terang-terang berseru, "Anak kota!" ketika (Name) selesai menjelaskan, bukan berarti (Name) keberatan atau terhina. Yang menjadi masalah adalah (Name) kurang suka menjadi pusat perhatian, membuatnya hanya bisa diam dan segera duduk agar perkenalan bisa di lanjutkan.
"Ah, lakukan yang terbaik untuk beradaptasi ya, anak kota," (Name) melirik kembali siswa di kirinya, kali ini menatapi (Name) dengan senyuman kecil terukir pada bibirnya. (Name) hanya diam, berusaha meyakinkan dirinya kalau siswa itu tidak berniat membuat masalah—tentu tidak, (Name) tidak ingin dibawa ke ruang BK karena mematahkan hidung siswa lain di hari pertama sekolah.
Setelah berpikir kembali, (Name) hanya tersenyum—tentunya mengejutkan teman sekelasnya itu. "Ah, tenang saja. Sebenarnya aku sempat bersekolah di Miyagi saat SD, hanya saja aku pindah saat SMP dan kembali lagi sekarang. Tapi terima kasih banyak sudah mengkhawatirkanku..." (Name) terdiam sesaat, senyuman di bibirnya masih terlihat jelas, sementara dia berpikir kembali. "...Poni miring."
Shirabu mengerutkan keningnya. Dia menatapi (Name) dengan sinis, jelas-jelas tidak menyukai nama panggilan itu. Sembari mendengus kesal, Shirabu mengalihkan perhatiannya menuju bukunya sendiri, sementara (Name) hanya menatapinya sesaat saja. (Name) menghela nafas panjang dan menatapi bukunya sendiri, sekarang kembali memikirkan pilihannya untuk memasuki Akademi Shiratorizawa.
'Pastinya sekolah akan terasa berbeda di sini. Kuharap tidak akan seperti dalam drama-drama.'
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
"Kalau dipikir-pikir..."
Seluruh tim voli Shiratorizawa mengalihkan perhatian mereka menuju manajer mereka. Saat ini semua anggota tim voli Shiratorizawa tengah mengadakan perayaan ulang tahun setter reguler mereka, semuanya adalah usulan dan rencana dari Tendou ketika senior berambut merah itu mengetahui ulang tahun adik kelasnya itu.
"Kalau dipikir, apa?" tanya Shirabu, selaku yang tengah berulang tahun. Dia menatapi (Name) dengan sedikit intens, setidaknya menunggu kata-kata pedas atau sarkas dari manajer yang satu ini—setidaknya dia sudah sedikit hafal kelakuan siswi yang satu ini.
(Name) hanya menatapi Shirabu keheranan, tidak menyangka akan ditatapi dengan intens olehnya. Dia hanya menggeleng pelan dan tertawa. "Bukan apa-apa. Tapi, rasanya dulu kita seperti membenci satu sama lain," katanya. "Benar bukan, Poni Miring?"
Tentunya Shirabu menyangka nama panggilan itu akan disebutkan oleh manajer itu. "Ah, apakah seperti itu? Rasanya itu tidak terlihat jelas, hm?" tanyanya, sarkasme menetes dari tiap kata yang ia lontarkan. "Kau sendiri juga... hari pertama sekolah sudah melupakan nama setengah dari teman sekelasmu.
(Name) mendesis pelan, namun Kawanishi menghentikan mereka sebelum keduanya bisa lanjut beradu mulut. "Kalau kalian bertengkar, kita bisa diusir dari tempat ini," dia mengingatkan. "Aku malas menghentikan kalian setelah ini. Sekali-kali bertemanlah, setidaknya karena ini ulang tahun Shirabu."
Dua siswa kelas dua lainnya hanya bisa terdiam. Mereka mentapi Kawanishi sesaat, sebelum menatapi satu sama lain dengan sinis—Semi dan Leon hanya bisa menghela nafas lega karena menempatkan mereka berseberangan dan cukup jauh dari satu sama lain. Keduanya segera menegur mereka dan menghilangkan aura pertengkaran yang tadinya akan meledak dalam hitungan waktu.
Sementara (Name) mulai terfokus pada perbincangannya bersama Goshiki dan Semi, Shirabu terdiam menatapi hadiah-hadiah yang dia terima dari rekan satu timnya. Salah satu tas kertas dengan pita pastel ungu dan kartu ucapan buatan sendiri menarik perhatiannya, sebelum dia mengambil tas itu dan membaca kartu ucapannya.
"Selamat ulang tahun, Poni Miring.
Semoga kau menyukai ini, maaf kalau punyaku terlihat biasa saja.
Aku mengharapkan yang terbaik untukmu, berjuanglah sebagai setter reguler sekolah kita. ٩(ˊᗜˋ*)و
-(Surname)"
Shirabu hanya terdiam di tempat. Ia perlahan melihat isinya, sedikit terkejut ketika mendapati ada tiga buku notes kecil dengan warna berbeda dan satu set bolpoin 12 warna. Ia terdiam dan menatapi lagi kartu ucapan di tas itu, mendapati ada tulisan lagi di baliknya.
"Kau suka catatanmu rapi dan penuh warna bukan? Kebetulan aku menemukan ini. Kutampar kau kalau kau membuangnya."
Senyuman tipis terukir pada bibir Shirabu saat dia melihat ada gambar kecil di ujung kertas itu, sebelum ia menghela nafas pendek dan mengalihkan perhatiannya dari hadiahnya. Sesaat ia menatapi (Name) yang masih terfokus pada Goshiki dan Tendou, sebelum tersenyum lagi.
'Kalau dipikir-pikir, kau selalu memperhatikan yang lain ya?'
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
Hoiyoy!
Ah, sebenernya ultah Shirabu tanggal 4 Mei ya? Ini Demy ketik tanggal 5 dan baru pub tanggal 6 jam 1 pagi, jadi anggep aja telat satu hari lah (?)
Habede Shirabu~
Hanya bisa berharap bisa melihatmu lebih banyak lagi di manga Haikyuu bersama anggota Shiratorizawa lainnya uhuhuh
Special chapter ini untuk merayakan ultah Shirabu aja sih, tapi ada sedikit pengenalan tentang masa lalu reader sebelum cerita utama dimulai.
Demy sengaja buat reader satu kelas sama Shirabu dan Kawanishi di kelas satu (Kawanishi itu si Kabaniji btw (?)) biar bisa buat para kelas 2 deket gitu
Dan di manganya, nama SMP Shirabu itu Toyokuro, tapi sewaktu Demy cek pake gugel translate untuk cara bacanya, Demy dapetnya Toyomori. Entah kenapa lebih nyaman denger Toyomori dibandingkan Toyokuro, jadi Demy pake itu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro