Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20


"Hei, hei, apa kau sudah dengar?"


"Aah, berita itu? Aku sudah mendengarnya."


"Benar-benar menggelikan, memangnya dia kira siapa dia?"


"Bukan hanya Wakatoshi-kun, bahkan dia mengincar mereka yang dari luar Shiratorizawa?"


"Menjijikkan..."


Kawanishi mengerjapkan kedua maniknya, sesaat melirik menuju kumpulan perempuan yang baru saja lewat sembari berbincang ria—lucunya, mereka tidak berusaha menyembunyikan fakta kalau mereka sedang bergosip. Pemuda itu hanya menghela nafas, sebelum kembali menatapi mesin penjual otomatis di hadapannya. Tanpa pikir panjang ia segera membeli jus jeruknya.


"Ada apa dengan perempuan-perempuan itu? Belakangan ini mereka tidak bisa diam," gumam Kawanishi dengan kesal, kemudian ia berjongkok untuk memungut kotak jusnya. "Sepertinya ada berita panas sampai-sampai mereka tidak bisa berhenti berbicara semenjak kemarin, ya?"


Shirabu yang berdiri di sebelahnya hanya bisa mengangkat bahunya perlahan. "Entah, aku tidak begitu mengikuti topik-topik mereka," katanya. "Pada dasarnya mereka juga perempuan—entah berada di sekolah biasa atau akademi seperti Shiratorizawa. Mereka pasti banyak berbicara," pemuda berponi miring itu menambahkan sembari mulai melangkah pergi bersama Kawanishi.


Untuk beberapa saat Kawanishi diam sembari menatapi temannya itu. Dia hanya diam saja, sebelum menyenggol Shirabu pelan. "(Surname) akan kesal kalau dia tahu kau berkata seperti itu, kau tahu," katanya. "Mungkin dia akan mengatakan sesuatu seperti, 'Oh, maaf kalau aku sudah mengganggumu, Tuan-yang-tidak-banyak-berbicara,' atau sejenisnya."


Kawanishi segera dibalas dengan senggolan dengan penuh kekesalan, diikuti tatapan sinis Shirabu. "Apa-apaan kau ini? Tahu-tahu saja sudah mengungkit (Surname)," desis Shirabu. "Lagipula, aku tahu kalau (Surname) tidak seperti itu," dia menambahkan dengan pelan.


Temannya di sebelahnya hanya diam saja sembari menyeruput jusnya. Manik cokelat gelapnya memperhatikan setter reguler itu, sebelum kembali menghadap ke depan. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya topik berganti menuju hal-hal lain seperti voli atau pelajaran biasa. Namun, tidak jarang salah satu dari mereka mendengar suara samar-samar perbincangan para perempuan.


Biasanya mereka bisa mengabaikan hal itu dengan mudah, hanya saja ada sesuatu yang membuat mereka merasa kalau topik pembicaraan mereka tidaklah jauh dari yang mereka tahu—atau setidaknya mereka bisa membayangkan siapa yang sedang mereka bicarakan. Kawanishi dan Shirabu masih bisa mengabaikannya sedikit, sembari lanjut berjalan menuju kelas mereka.


"Oh," Kawanishi mengangkat tangannya dan melambai kecil ketika ia melihat Yunohama, pinch server timnya, berdiri tidak jauh di daun pintu kelasnya. "Yunohama, halo," sapanya santai. "Siapa yang ingin kau temui?"


Pemuda berkepala botak itu menatapi rekan satu timnya tersebut dengan terkejut, sebelum ia langsung tersenyum. "Halo Kawanishi, Shirabu," balasnya. "Aku hanya ingin mengembalikan buku catatan milik Manajer," jelasnya sembari menunjukkan buku tulis di tangannya. "Sepertinya dia tidak di kelas, bisa kau berikan padanya nanti?"


Kawanishi menerima buku itu tanpa pikir panjang, secara otomatis juga mengangguk. Shirabu di sisi lain hanya menonton sejenak, sebelum menghela nafas. "Mungkin dia sedang menenggelamkan kepalanya di buku-buku perpustakaan," tebaknya. "Belakangan hari ini dia sering sekali pergi ke perpustakaan..."


"Rasanya seperti kabur dari sesuatu, bukan?" gumam Kawanishi sembari membaca isi buku catatan (Name)—toh, mereka teman sekelas, sepertinya dia tidak akan keberatan kalau Kawanishi mengintip isi catatannya.


"Ngomong-ngomong tentang (Surname)," Kawanishi dan Shirabu sama-sama menatapi Yunohama keheranan. Pemuda itu diam untuk beberapa saat, sebelum menatapi Kawanishi dengan was-was. "Bagaimana keadaan (Surname) di kelas? Atau apakah mungkin ada yang mengganggunya?"


Keduanya hanya bisa terdiam, menatapi pinch server itu dengan heran dan terkejut. "Mengganggu? Memangnya siapa yang mau mengganggu (Surname), terutama dengan tubuh tingginya itu," gumam Shirabu perlahan.


Kawanishi hanya diam sesaat, sebelum menggeleng. "Tidak ada yang mengganggunya, dia juga terlihat baik-baik saja di kelas," kata Kawanishi. "Memangnya ada apa?"


Untuk beberapa saat Yunohama terdiam, menatapi Kawanishi dan Shirabu secara bergiliran. Dia menatapi keduanya dengan terkejut, sebelum mengerutkan keningnya. "Eh? Kalian belum dengar?"


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


"Apakah itu benar?!"


"Iya! Aku dengar dari siswi kelas 3 kalau dia melihatnya pulang ke asrama bersama orang itu! Mereka terlihat dekat dan mesra, kata senior itu! Katanya ada kemungkinan mereka punya hubungan rahasia!"


"Bohong! Salah satu anggota tim pemandu sorak berkata dia melihatnya kencan bersama sang ace pada hari Minggu yang lalu! Mereka bergandengan tangan dan terlihat bermesra-mesraan di kebun binatang!"


"Bukankah itu sudah jelas? Dari tampangnya saja dia terlihat seperti bukan perempuan baik-baik. Jelas-jelas dia berselingkuh kepada salah satu dari mereka, dia hanya berpura-pura tampil baik dan pendiam—sepertinya memang benar kalau yang terdiam selalu memiliki pikiran paling kotor dan menjijikkan."


Suara-suara tersebut tetap saja terdengar dari balik rak buku di hadapan gadis tersebut. Bukan hanya bisikan biasa, perempuan-perempuan tersebut berbicara dengan cukup lantang, tidak malu untuk bergosip ria—padahal mereka berada di perpustakaan, sang manajer tim voli terkejut penjaga perpustakaan belum menegur atau mengeluarkan mereka dari sini.


'Terlebih lagi... aku ada di sini dan bisa mendengar kalian dengan jelas, kau tahu,' gerutu (Name) dalam hatinya, ia segera memasukkan kamus yang ia bawa tadi ke dalam rak dengan kesal, tidak peduli kalau ia menarik perhatian karena itu. 'Setidaknya berusahalah untuk membuatnya lebih tersembunyi, kalian payah sekali dalam menyebarkan gosip dan rumor tanpa diketahui korban kalian.'


"Hei, bukankah itu—" (Name) melirik menuju asal suara tersebut, dia tidak terkejut ketika melihat perempuan-perempuan tadi tengah menatapinya—salah satu dari mereka jelas-jelas menunjuk (Name). "Sedang apa dia di sini?"


'Sudah jelas untuk membaca buku dan belajar, bukan bergosip keras-keras seperti kalian. Lagipula aku sempat duduk di sebelah kalian tadi,' desis sang manajer dalam hatinya. Ia hanya menyapa mereka dengan menundukkan kepalanya, sebelum berjalan keluar perpustakaan setenang mungkin, berusaha untuk mengabaikan komentar tentang "betapa sombongnya dia!" dari kelompok yang sama. (Name) hanya bisa menghela nafas lega ketika ia sudah benar-benar keluar dari perpustakaan.


Baru pagi ini rumor-rumor lain tersebar di Akademi Shiratorizawa, dan lagi-lagi (Name) adalah korbannya. Tepat sebelum pelajaran dimulai, Chiyo dan Hitomi segera mengabarinya tentang rumor yang beredar—(Name) yang mendapatkan status "kekasih ace dari Seijoh" ternyata "berselingkuh dengan kapten Seijoh".


Naasnya, rumor tersebut beredar lebih cepat dari yang (Name) duga. Hanya dalam kurun waktu satu hari, hampir seluruh murid di Akademi Shiratorizawa sudah tahu tentang rumor itu. Dia beruntung kelasnya mengabaikan rumor-rumor buruk tentang (Name) dan membiarkannya lewat, bahkan cukup beruntung tidak ada anggota tim voli yang bertanya padanya tentang rumor itu—atau setidaknya belum ada yang datang.


(Name) melangkah menuju loker sepatu dengan sedikit lesu. Suatu kebetulan jam pelajaran terakhir hari ini diganti dengan belajar mandiri, suatu kebetulan juga (Name) langsung pergi ke perpustakaan untuk belajar. Sayangnya keberuntungan tidak berada di sisinya dan gadis itu berakhir bertemu dengan perempuan-perempuan yang sepertinya sudah menyimpan dendam kepadanya.


"Jadi ini alasan aku kesulitan tidur tadi malam?" gumam (Name) pada dirinya sendiri, tangannya mengusap matanya dengan perlahan. "Aku ingin segera tidur. Mungkin sebaiknya aku izin tidak ikut latihan untuk hari ini—"


"Eeeh! Jangan (Name)-chan! Tolong bertahanlah! Aku berjanji akan membelikanmu (f.drink) setelah latihan!"


Gadis itu tersentak kaget dan segera melihat ke belakangnya. Meskipun ia sudah menduganya, (Name) tetap saja terkejut ketika melihat Tendou bersama Kawanishi dan Yamagata sedang berdiri di belakangnya, ketiganya masih dalam seragam sekolah mereka.


Untuk beberapa saat (Name) hanya diam dan menatapi mereka keheranan, sebelum ia menghela nafas pasrah. "Tolong belikan aku dua (f.drink)," pinta gadis itu perlahan, untuk saat ini dia hanya akan menerimanya dan menurut saja. Toh, dia sedang tidak ingin berargumen dengan Tendou.


Ketiganya sama-sama terkejut ketika melihat manajer mereka menerima tawaran itu begitu saja. Mereka menatapi satu sama lain untuk beberapa saat, bertanya kepada satu sama lain. Namun, sebelum mereka bisa menanyakan apa pun, (Name) sudah berjalan pergi menuju loker sepatunya.


Yamagata tertawa pelan. "Sepertinya kau sangat kelelahan sampai-sampai tidak ingin melawan tawaran Tendou, ya?" tanyanya perlahan. "Kalau kau memang memerlukan istirahat, istirahat saja. Kami tidak ingin manajer kami jatuh pingsan di tengah latihan."


(Name) hanya diam sesaat, sebelum dia terkekeh pelan. "Pingsan di tengah latihan? Kurasa itu tidak akan terjadi," katanya. "Mungkin aku perlu istirahat, tapi aku kalau bertahan sampai latihan selesai... kurasa aku bisa melakukannya," dia menambahkan, perlahan membuka loker sepatunya. "Selama tidak ada masalah, aku akan... ah..."


Yamagata, Tendou, dan Kawanishi segera menyadari perubahan suasana hati manajer tersebut. Ketiganya menatapi gadis itu dengan keheranan untuk beberapa saat, sebelum mereka melangkah mendekat dan melihat ke dalam isi loker sepatu (Name). Untuk beberapa saat mereka hanya bisa menatapi dengan keheranan, sebelum mereka menyadari ada benda tidak terduga di dalam loker tersebut.


"Paku payung dalam sepatu, apa kau serius?" gerutu (Name) kesal. Ia segera mengambil sepatunya dan mengeluarkan paku-paku yang ada di dalam sepatunya. "Di antara semua hal, mereka memakai cara klise seperti ini? Menyebalkan, setidaknya hadapi aku secara langsung atau pakai cara yang lebih elit..."


"(Name)-chan, apa kau akan baik-baik saja?" (Name) melihat menuju Tendou, sesaat sedikit terkejut ketika melihat seniornya yang biasanya ramai dan ceria terlihat sangat khawatir. "Kau bisa mengeluhkan hal ini ke guru, kau tahu. Atau setidaknya biarkan kami membantumu dan menangkap pelakunya."


Namun, gadis itu menggeleng pelan. "Terima kasih atas tawaranmu, Tendou-san. Tetapi, biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini. Kalau ada banyak orang yang terlibat, yang ada masalah itu semakin besar," gumamnya, kemudian memakai sepatunya dengan hati-hati. "Bukan berarti aku menganggap kalian sebagai sumber masalah, hanya saja aku tidak ingin kalian terlibat. Ini masalahku sendiri, biar aku yang menanganinya."


Ketiga pemain voli itu menatapi manajer mereka dengan khawatir, jelas-jelas kurang menyukai pilihan sang manajer. "Kau itu keras kepala, ya," Kawanishi mendengus kesal, sebelum ia mengusap kepala (Name) dengan sedikit kasar. "Aku tahu kau bisa menanganinya, tetapi biarkanlah kami membantumu. Kau kira kami dapat mengabaikan masalahmu dan menganggap semuanya akan baik-baik saja? Mana mungkin."


(Name) menatapi teman sekelasnya itu dengan keheranan, sebelum menepis tangan Kawanishi dengan pelan. "Aku tahu kita satu tim, tetapi apakah perlu sampai peduli seperti ini? Bagaimana kalau kalian hanya terlibat dan mendapatkan masalah yang sama, atau bahkan lebih buruk?" tanya (Name) perlahan.


"Masa bodoh. Asalkan kau baik-baik saja, aku tidak keberatan terlibat masalah," Kawanishi mengangkat bahunya pelan. "Toh, kalau ada yang terlibat masalah, kurasa kau tidak akan tinggal diam dan yang lainnya juga akan membantu. Benar bukan?" tanyanya, senyuman tipis terlukiskan di bibirnya.


Untuk beberapa saat, gadis berambut (h/c) itu hanya bisa menatapi Kawanishi dengan datar. Dia tidak mengucapkan apa pun, kemudian mengalihkan pandangannya—menundukkan kepala sambil menutup pintu loker sepatunya dengan keras. Yamagata, Tendou, dan Kawanishi hanya bisa menonton dengan keheranan, hanya saja Tendou segera menyadari telinga sang manajer yang memerah.


Seringaian terukir di bibir Tendou, sebelum ia melangkah mendekat. "Olololo~ apakah (Name)-chan tersanjung sampai-sampai tersipu malu seperti itu?" godanya, sebisa mungkin mencari celah agar dapat melihat wajah sang manajer. "(Name)-chan, tunjukkan wajah manismu! Aku ingin melihatnya!"


"Tolong hentikan, Tendou-san," gumam (Name) sembari melangkah menjauh dari middle blocker berambut merah itu. "Ayo pergi ke gym. Pelatih bisa marah kalau kalian datang terlambat, kau tahu," dia mengingatkan sembari berjalan meninggalkan loker sepatu, diikuti dengan ketiga rekan satu timnya tersebut.


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


"Apa yang kau lakukan dengan Oikawa kemarin?"


(Name) mengerang pelan, secara tidak langsung menggenggam pensil dan buku catatannya lebih erat. Gadis itu menutup matanya sembari menarik nafas dalam-dalam, sebelum menghembuskannya dan melihat menuju Ushijima yang berdiri di sebelahnya. Di belakang Ushijima, (Name) bisa melihat anggota tim voli lainnya hanya bisa menatapi Ushijima dengan terkejut.


"Aku hanya ingin memastikan kalau dia tidak mengganggumu," jelas Ushijima saat menyadari ekspresi was-was dari manajernya itu. "Maaf, kalau aku terdengar tidak sopan atau meragukan kebenarannya. Hanya saja, aku ingin mendengarnya langsung darimu."


Untuk beberapa saat (Name) hanya bisa menatapi Ushijima keheranan, sebelum ia menghela nafas panjang. "Aku bertemu dengan Oikawa-san di toko buku, dia memaksaku untuk ikut dengannya minum di café," jelasnya. "Apakah ada lagi yang ingin kau tanyakan, Ushijima-san?" tanyanya.


Ushijima terdiam untuk sesaat, berpikir kembali sebelum melanjutkan pertanyaannya. Ia mengalihkan pandangannya sejenak, sebelum kembali menatapi (Name)—memperhatikannya dari ujung kepala hingga kaki. Setelah cukup lama, barulah ia membuka mulutnya, "Apa kau baik-baik saja?"


(Name) mengerjapkan manik (e/c)nya, sebelum ekspresi terkejut menghiasi wajahnya. "Aku?" tanyanya kebingungan. Untuk beberapa saat dia hanya bisa diam dan menatapi Ushijima, sebisa mungkin mencari maksud dari pertanyaan sang kapten sampai akhirnya manik (e/c) milik (Name) melihat ekspresi khawatir anggota lainnya.


Sang manajer masih terdiam dan perlahan mengalihkan pandangannya. 'Tidak mengejutkan kalau mereka tahu tentang rumor itu,' pikirnya. (Name) kembali menatapi Ushijima, jantungnya bergedup ketika melihat ekspresi khawatir terlukiskan dengan jelas di wajahnya. 'Aah, kalian hanya akan membuatku semakin lemah kalau tetap seperti itu.'


Hanya saja (Name) tahu dia tidak bisa banyak mengeluh. Dalam hatinya dia benar-benar tersanjung dan senang rekan-rekan satu timnya peduli dengannya, hanya saja tetap ada keraguan kecil di lubuk hatinya. Pada akhirnya dia hanya tersenyum kecil, sebelum menghela nafas panjang.


"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya sembari melipat lengannya di depan dadanya. "Dan aku akan baik-baik saja. Aku akan mengatasi masalah ini dengan caraku, kuusahakan untuk tidak mengganggu kegiatanku selama berada di klub," dia menambahkan.


Ushijima tampak kurang yakin dengan kata-kata sang manajer, namun dia tetap diam saja. Hanya saja tidak dengan Tendou, dia segera melangkah mendekat dan menatapinya lekat-lekat. "Kau yakin, (Name)-chan? Kau harus ingat kalau kau tidak sendirian, kami ada di sini bersamamu," jelasnya.


(Name) hanya menjawab dengan anggukan. "Tentu aku tahu, karena itu aku ingin semuanya segera selesai," katanya. "Aku tidak ingin ada orang lain yang terlibat. Melibatkan Iwaizumi-san dan Oikawa-san saja sudah terasa bagaikan beban berat seumur hidup..." gadis itu berkata, kemudian menghela nafas lagi.


Para laki-laki hanya menatapi satu sama lain keheranan untuk sesaat, tidak ada satu pun dari mereka yang berkata apa pun. Sampai akhirnya Shirabu yang sedari tadi diam berpikir melangkah mendekat, matanya menatapi (Name) dengan heran. "Kau tahu, untuk seseorang yang terlibat rumor seperti ini... kau sangat tenang dan santai," komentarnya. "Atau mungkin, tidak peduli lebih cocok."


Sang manajer mengangkat bahunya. "Entahlah, aku tidak tahu aku tidak peduli atau bersikap dewasa dan tetap tenang, terkadang dua hal itu bisa terlihat mirip untuk masalah ini," jelasnya. "Yang pasti... bisa dikatakan aku cukup terbiasa, mungkin? Kurasa ini bukan pertama kalinya aku mendapatkan rumor jelek. Ada kejadian yang cukup mirip saat SMP..." (Name) terdiam ketika ia melihat ekspresi terkejut dari anggota lainnya, sebelum ia terbatuk. "Um, maksudku..."


"(Name)-chan!" Tendou merengek, tanpa pikir panjang melangkah mendekati (Name) dan memeluknya dengan erat. Tidak ada yang menghentikannya, (Name) sendiri juga tidak sempat menghindar. "Aku ada di sini untukmu, (Name)! Yang lainnya juga!" rengeknya.


(Name) mengerang pelan. Ia meronta sejenak di pelukan Tendou, sebelum berusaha mendorong seniornya menjauh. "T-Tendou-san, tolong lepaskan..." pintanya perlahan. Naasnya, Tendou hanya diam saja dan tetap diam.


Gadis itu beralih untuk meminta tolong kepada yang lainnya, menatapi anggota lain dengan tatapan memohon. Ushijima, Goshiki, dan Yamagata melangkah mendekat, sesaat (Name) merasa bersyukur dengan kebaikan mereka. Diluar dugaannya, bukannya menolong (Name), mereka malah ikut memeluk (Name) bersama dengan Tendou.


"T-Tunggu, kalian semua—!"


"Oh, diam dan terima saja, (Surname)!" tegur Yamagata, diikuti tawa pelan. Tangannya mengusap rambut adik kelasnya itu dengan sedikit kasar. "Kau perlu sebuah pelukan! Setidaknya nikmati kehangatan yang kami berikan!" guraunya.


(Name) menatapi Yamagata keheranan, sebelum beralih menuju Goshiki. "H-Habisnya... (Surname)-senpai juga memberikan kami pelukan saat kami bersedih, bukan?" tanyanya. Semburat merah menghiasi wajah (Name) ketika mengingatnya. "Giliran kami yang membantumu saat bersedih!"


"Kau tahu, aku tidak benar-benar sedang bersedih atau merasa sedih," gumam (Name) perlahan. Ia hanya mengerang pelan saat Tendou mengeratkan pelukannya. "Hei, Tendou-san—"


Sang manajer berhenti ketika merasakan tangan lain yang perlahan mengusap kepalanya. Ketika ia menengok, dia langsung bertatapan dengan manik cokelat zaitun milik Ushijima. Keduanya hanya menatapi satu sama lain, sampai akhirnya Ushijima menurunkan tangannya dari kepala sang manajer. "Kau membutuhkannya," katanya.


(Name) terdiam, menatapi sang kapten dengan terkejut. Ia segera mengalihkan pandangannya, sebisa mungkin menutupi wajahnya yang mulai memanas dari yang lainnya. Tendou terkekeh ketika melihat telinga (Name) yang memerah, tetapi tidak mengomentarinya.


Setidaknya kelimanya masih menetap seperti itu, sampai Leon dan Semi mengambil langkah dan melerai kegiatan mereka. "Jangan membuatnya semakin malu, tidak baik untuk jantungnya," tegur Leon perlahan, meskipun hal itu membuat (Name) merasa semakin malu.


Dengan perlahan, (Name) mengusap wajahnya sendiri yang memerah. Ia berjalan dengan sedikit tertatih-tatih menuju kursi terdekat. Gadis itu berusaha untuk melupakan kegiatan berpelukan barusan, meskipun yang ada ingatan itu semakin tergambarkan dengan jelas di kepalanya. Sambil mengerang pelan, (Name) mengambil botol minumnya sendiri dan meminumnya dengan sedikit kesal.


"Hei, (Surname)," (Name) melirik menuju asal suara tersebut, sedikit terkejut ketika melihat Shirabu sedang berdiri di sebelahnya. "Memangnya apa yang terjadi saat kau berada di SMP dulu?" tanyanya.


(Name) meletakkan kembali botol minumnya, matanya masih menatapi Shirabu. Untuk beberapa saat sang manajer berpikir, sebelum mengalihkan pandangannya pada buku catatan miliknya. "Aku memukul seseorang, sepertinya dia tidak terima dan langsung menyebar rumor-rumor aneh," jelasnya. "Tapi, pada dasarnya memang salahku memukulnya..."


Shirabu menatapinya kebingungan. "Apa kau melakukannya tanpa alasan? Atau kau melakukannya hanya karena kau tidak menyukai orang itu?" tanyanya.


(Name) mendengus, masih terfokus pada catatannya. "Aku punya alasanku sendiri, meskipun mungkin bukan alasan yang cocok," katanya. "Tapi, mana mungkin aku memukul seseorang karena aku tidak menyukainya? Kalau iya, aku pasti sudah menghajarmu saat kau ingin mengomentariku dengan ketus," gumamnya.


Meskipun kalimat terakhir yang ia ucapkan dikatakan dengan pelan, Shirabu masih tetap mendengarnya. Hanya saja dia tetap diam dan mendengus kecil. "Baiklah kalau begitu," gumamnya. Ia melangkah pergi, namun berhenti sejenak. "Hei, (Surname)," panggilnya lagi.


"Ada apa?" balas (Name) sembari menatapi setter itu dengan keheranan. Ia terdiam ketika menyadari tatapan intens Shirabu, sesaat merasakan ada sesuatu tersirat dalam tatapannya.


"Kau bukanlah orang yang buruk, jangan biarkan kata-kata mereka memakanmu," tegurnya sebelum ia meninggalkan sang manajer seorang diri.



(Name) hanya bisa diam, menatapi Shirabu dengan terkejut. Ia memperhatikan setter itu memasuki lapangan, wajahnya terlihat merah dari tempat manajer itu berdiri—tentunya tidak luput dari anggota lainnya.


Untuk beberapa saat, sang manajer hanya bisa memperhatikan rekan-rekannya memulai latihan mereka. Semburat merah menghiasi pipinya untuk beberapa saat ketika mengingat kata-kata mereka, sebelum akhirnya gadis itu mengusap keningnya sendiri dan mendengus pelan.


"Dasar," gumamnya.


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡  


Hoiyoy!

Pada akhirnya Demy update juga! Semoga chapter selanjutnya bisa segera up, meskipun Demy masih stuck di bagian awal semenjak beberapa hari yang lalu huhuhuh ;;;


Oh iya, entah terasa aneh atau apa, mungkin ini karena kesukaan Demy sendiri aja. Ketika memasukkan suatu konflik penindasan, Demy lebih suka tokoh utama yang kuat dan masih bisa bertahan begitu, atau mungkin masih berlagak ngga peduli, karena itu (Name) ngga Demy buat panik atau takut eheheh //?

Demy kurang tau kalau (Name) bakal bereaksi seperti apa di bayangan kalian, tapi pada dasarnya judul buku ini sudah menjelaskan tentang (Name) sih eheh //?


Anyway, thank you for reading, see you next time!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro