Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

Gadis itu beberapa kali bergeser di tempat duduknya sendiri, berusaha mencari posisi paling nyaman, sementara manik (e/c)nya menatapi minuman yang ia pesan barusan. Rasa gugup menghantuinya, terutama ketika dia tahu betul pemuda yang duduk di seberangnya sedang menatapi gadis itu—dengan cukup intens pula.


(Name) tidak tahu apa yang membuatnya mau-mau saja ikut bersama Oikawa menuju café terdekat. Padahal tadinya dia bisa menolak dan kabur, tetapi Oikawa tetap menahannya dan terus menerus membujuknya untuk ikut. Dan di sinilah keduanya, duduk di meja yang sama dalam keheningan yang canggung—bonus tatapan iri dari beberapa pelanggan atau pelayan perempuan yang melihat keduanya.


Rasa canggung yang (Name) rasakan saat ini hampir sama seperti rasa canggung yang ia rasakan ketika tim Aoba Johsai pertama kali melihatnya jalan bersama tim Shiratorizawa. Yang membuat (Name) merasa beruntung adalah tidak ada orang yang akan memperparah kecanggungan ini, gadis itu hanya bisa merinding ketika membayangkan kalau Tendou berada bersamanya.


Ketika (Name) menengok menuju Oikawa lagi, dia terkejut saat melihat pemuda itu masih menatapinya. Untuk beberapa saat keduanya hanya diam menatapi satu sama lain, sampai akhirnya Oikawa tertawa pelan. "Kebetulan sekali ya kita bertemu, terima kasih sudah berbaik hati menemaniku di sini, (Nickname)-chan~" katanya.


(Name) mendengus pelan, sebelum bersandar pada tempat duduknya sendiri. "Berbaik hati? Bahkan kau saja yang memaksaku terus untuk ikut denganmu," gerutunya kesal. Dia mengalihkan pandangannya ketika mendengar Oikawa tertawa. "Jadi, kenapa tiba-tiba saja mengajakku pergi ke sini?"


Untuk sesaat Oikawa hanya diam, sebelum dia tertawa pelan. "Aah, maaf saja kalau aku terlalu memaksa. Memangnya salah kalau aku ingin menemui seorang gadis cantik sepertimu?" godanya, kemudian bersandar menuju meja agar bisa melihat gadis di depannya dengan lebih mudah.


"Tolong segera berbicara menuju intinya saja," pinta (Name) perlahan. "Aku tidak boleh pulang terlalu sore. Lagipula aku tinggal di asrama, kalau aku pulang terlalu malam aku bisa dikunci di luar gerbang," tambahnya, manik (e/c)nya melihat menuju jam di dinding café.


Oikawa hanya bisa tertawa mendengarnya. "Aduh, kau ini dingin sekali kepadaku," katanya. "Apa mungkin kau marah dan kesal karena aku mengirimkan terlalu banyak pesan padamu? Aku melakukannya agar temanku tidak sakit hati terlalu lama, kau tahu~" dia menambahkan, sebelum ia menyisip minumannya.


Sang gadis hanya bisa terdiam, sekilas terlintas spam yang dikirimkan oleh kapten tim voli Aoba Johsai tersebut. Memang banyak dan sedikit mengganggu, namun dia segera terbiasa begitu saja—mengingat Tendou dan Matsukawa sendiri tidak jarang mengirimkan spam yang kurang jelas, atau hanya seputar betapa mereka "merindukan (Name) kecil yang manis".


Pada akhirnya, (Name) hanya bisa menghela nafas. "Aku sudah terbiasa, lagipula pesan-pesan spam masih bisa diabaikan," jelasnya. "Kalau mengenai kau memintaku berpikir kembali tentang perasaan Iwaizumi­-san... kurasa kau sudah tahu, setidaknya aku sudah memberikannya kesempatan untuk kencan bersamaku," (Name) bergumam sembari mengalihkan manik (e/c)nya.


Pemuda di hadapannya hanya bisa terdiam sembari memperhatikan gadis itu. Mulai dari mata, ekspresi, gestur, semuanya. Setidaknya sampai ia sadar kalau (Name) kembali menatapinya dengan kesal. Oikawa terkekeh. "Hei, (Nickname)-chan, ceritakan lebih banyak tentang dirimu! Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu!"


Manik (e/c) (Name) menatapi pemuda itu, antara kebingungan dan waspada. Namun, dia masih tetap tenang. Sesaat dia diam sembari menegak minumannya, sebelum meletakkan gelasnya dengan hati-hati. "Kurasa kau sudah tahu cukup banyak," katanya. "Kau tahu namaku, bahkan seenaknya memberikan nama panggilan. Aku siswi Akademi Shiratorizawa, kelas 2. Kebetulan posisiku adalah manajer tim voli putra. Adikku adalah adik kelasmu, itu sudah lebih dari cukup," jelas (Name) sembari mengalihkan pandangannya menuju minumannya sendiri.


Namun, Oikawa hanya tertawa mendengarnya. "Ah, apa mungkin kau malu? Manis sekali~" godanya sembari menyeringai jahil. (Name) hanya mendengus dan mengalihkan pandangannya. "Aku sudah pernah bertemu dengan adikmu itu, dia sepertinya sedikit... ketus dan protektif terhadapmu, ya?" tebaknya.


(Name) hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. "Kurasa kau tahu kalau pada umumnya dia bisa terlihat berbeda di hadapanku dan hadapanmu," jelasnya. "Terutama kalau kau terbilang... cukup menjengkelkan."


"Jahatnya," Oikawa tertawa pelan. "Hm, kalau begitu... dibandingkan kau bercerita tentang dirimu sendiri..." dia terdiam sesaat, memberikan jeda untuk berpikir pertanyaan yang selanjutnya, "...bagaimana kalau kau ceritakan padaku rasanya pergi kencan bersama Iwa-chan?" tanyanya.


Sebuah senyuman bangga terukir pada bibir Oikawa ketika melihat gadis itu membeku di tempat. Dia hanya bisa tersenyum, kedua alisnya terangkat—sekarang dia mulai lebih tertarik reaksinya dibandingkan jawabannya, terutama ketika melihat warna merah yang menghiasi wajah (Name) dengan perlahan.


"Kami hanya pergi bersama sebagai teman saja," jawab gadis itu, suaranya terdengar pelan dan sedikit malu-malu. "Lagipula, kurasa kau sudah tahu tentang hal itu juga. Oikawa-san bersama teman-temanmu yang lain menguntit kami berdua pula," gerutunya dengan kesal.


Oikawa tertawa mendengarnya. "Wah, apa kau marah karena mengganggu kencanmu bersama Iwa-chan? Maafkan aku, (Nickname)-chan~" katanya, kedua tangannya ia satukan di depan wajahnya. "Lagipula, bukankah teman-temanmu sendiri juga menguntit kegiatan kalian?"


Untuk beberapa saat gadis itu diam saja, sebelum dia menghela nafas. "Setidaknya mereka sudah meminta maaf, dengan tulus juga," dia menambahkan. "Dan kalau kau berniat untuk mempermalukanku karena berakhir munafik dengan kata-kataku sendiri, mohon maaf. Terutama karena pernah kasar kepadamu dan Iwaizumi-san," pintanya, kepalanya ia tundukkan dengan perahan.


Kedua manik cokelat milik Oikawa terbelalak untuk sesaat, sebelum dia terkekeh. "Oh, kau khawatir tentang hal itu? Tenanglah, aku sudah melupakan kekesalanku," katanya. "Lagipula, kau sangat menarik... tidak lupa, cantik dan manis juga~" senyumannya semakin melebar. "(Nickname)-chan, kau sangat manis lho dengan pakaian kencanmu kemarin. Sesekali cobalah untuk berdandan seperti itu lagi, aku yakin kau bisa terlihat lebih menawan~"


Lagi-lagi, wajah (Name) dihiasi dengna warna merah. Dia bergumam pelan pada dirinya sendiri untuk beebrapa saat, sebelum warna merah di wajahnya menghilang. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya pandangannya jatuh pada wajah Oikawa—menatapi pemuda itu dengan cukup sinis. "Ah, jadi kau mulai memanis-maniskan kata-katamu, ya?" tanyanya perlahan. "Aku tidak tahu kalau kau sadar atau tidak, tetapi yang kau lakukan itu cukup mencurigakan, Oikawa-san."


Sesaat Oikawa hanya menatapi (Name) dengan terkejut, sebelum dia melepas tawa. "Oke, baiklah. Aku tahu kalau aku mencurigakan karena mengatakan ini dan terlihat seperti seorang laki-laki brengsek yang ingin mengambil perempuan yang disukai oleh sahabatnya sendiri," jelasnya sembari mengangkat kedua tangannya pasrah. "Tetapi, aku akan jujur kalau aku tertarik denganmu."


(Name) tersentak kaget, menatapi sang setter rupawan dengan ekspresi terkejut dan kebingungan yang bercampur aduk. Mulutnya beberapa kali terbuka dan tertutup, ragu untuk mengeluarkan kata-kata. Tidak perlu waktu lama juga, sampai akhirnya gadis itu memilih tetap diam dan mengalihkan perhatiannya. "Jadi, kau rela mengambil hati perempuan yang sahabatmu sukai? Bukankah itu keji?"


"Aku tahu," Oikawa menghela nafas pasrah. "Tapi, (Name), kau belum membalas perasaan Iwaizumi sepenuhnya, bukan?" (Name) hanya bisa diam, dia tersadar kalau udara yang tadinya santai berubah drastis—terutama setelah Oikawa tidak emnggunakan nama panggilan yang biasa ia pakai. "Dan kau harus tahu, aku tidak buta dan bodoh sampai-sampai tidak sadar kalau ada juga orang lain yang berusaha melakukan hal yang sama?"


Manik (e/c) milik sang gadis mengerjap keheranan. "Huh? Apa maksudmu?" tanyanya perlahan. Dia bergeser sejenak di tempat duduknya, sebisa mungkin tetap tenang dibawah tatapan intens pemuda itu.


Oikawa hanya tersenyum lebar. "Hmm, entah kalau kau memang tidak sadar... atau hanya sekadar mengabaikan saja," gumamnya. "Tetapi, (Name), kalau kau sudah sadar... kau perlu melakukan sesuatu, kau tahu," jelasnya.


Untuk beberapa saat, (Name) hanya diam saja. Dia mengeratkan genggamannya pada gelas miliknya, baru saja akan dia minum, namun berhenti ketika sadar bahwa gelasnya sudah kosong. Pada akhirnya, gadis itu hanya melepaskan gelas di tangannya dan menghela nafas pendek.


Perlahan dia berdiri dari tempat duduknya, matanya berusaha untuk tidak menatapi mata Oikawa secara langsung. "Aku akan pulang sekarang," katanya perlahan. "Terima kasih sudah mengajakku kemari, aku menghargai kebaikanmu sudah mengajakku minum bersama. Sampai jumpa lain waktu."


Gadis itu tidak segera menunggu balasan dari Oikawa dan segera berjalan pergi. Namun, Oikawa berhasil bereaksi dengan cepat dan menggapai pergelangan tangan gadis itu. Pemuda itu menggenggamnya cukup erat, sampai akhirnya (Name) melirik menujunya keheranan.


Oikawa hanya menatapinya dengan seksama untuk sesaat, sebelum dia menyunggingkan senyuman menawannya. "Tidak baik untuk seorang perempuan berjalan pulang seorang diri di malam hari. Akan kuantarkan kau ke asramamu, aku memaksa!" katanya.


Sesaat (Name) hanya menatapi Oikawa dengan keheranan. Ingin dia menolaknya dan menepis tangan Oikawa, tetapi dalam keadaan seperti ini saja sudah menjadi pusat perhatian. Pada akhirnya dia hanya bisa menggerutu kesal, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


"Hey, (Nickname)-chan, apa warna kesukaanmu?"


"Bagaimana dengan makanan favoritmu? Apa kau suka roti susu juga?"


"(Nickname)-chan, apa kau bermain voli juga?"


"Hey, ceritakan padaku bagaimana kau bisa bertemu dengan Iwa-chan! Apakah selama kalian mengenal satu sama lain ada hal memalukan yang dia lakukan?"


"(Nickname)-chan, kenapa kau berjalan di belakang? Berjalan saja di sebelahku!"


(Name) menghela nafas untuk kesekian kalinya sore itu. Ia mengeratkan genggamannya pada tali tasnya sendiri untuk menahan diri agar tidak melakukan hal gegabah untuk membuat Oikawa diam selama beberapa saat saja. Manik (e/c)nya menatapi Oikawa datar untuk beberapa saat, sebelum dia menuruti ajakannya dan berjalan di sebelah pemuda itu.


"Aku sekarang mengerti," gumam (Name) perlahan. Oikawa di sebelahnya hanya bisa menatapi gadis itu keheranan, tetapi diam saja untuk membiarkannya berbicara. "Aku mengerti kenapa Iwaizumi-san terlihat kelelahan setiap saat dan cukup sering berwajah masam..."


"Hah?" Oikawa terkesiap, menyentuh dadanya sendiri seakan-akan baru saja ditusuk oleh (Name). "Apa kau baru saja mengataiku menyebalkan dan membuat orang lain melelahkan? Jahat sekali!" pekiknya. "Lagipula wajah Iwa-chan seperti itu karena dia terlalu sering marah! Pantas saja tidak ada perempuan yang mau bersamanya..."


Sesaat (Name) hanya melirik Oikawa, sebelum dia menyunggingkan sebuah senyuman ramah. "Akan kupastikan Iwaizumi-san tahu ucapanmu itu," katanya santai sembari kembali menghadap ke depan.


Manik cokelat Oikawa terbelalak sesaat. "Jangan!" pekiknya. "Aah, kau mengadu pada kekasihmu ya? Hmph! Tidak kusangka kau adalah tipe perempuan yang seperti itu, (Nickname)-chan~" godanya sembari menyenggol bahu gadis itu sesaat.


(Name) menatapi Oikawa kesal, namun tidak berhasil menyembunyikan semburat merah di wajahnya. "Jangan tertawa," gerutunya ketika setter berambut cokelat itu melepas tawa puas. "Lagipula, kami masih dalam kategori teman, tidak lebih dari itu," dia menambahkan.


Oikawa hanya bergumam pelan. Matanya mulai memperhatikan gadis itu dengan seksama, lagi-lagi berusaha membaca gerak-gerik serta ekspresinya. (Name) sendiri hanya bisa diam dan membiarkan, rasanya terlalu malas untuk menegur lagi—toh, setidaknya perjalanan menjadi lebih tenang.


Keheningan tersebut hanya bertahan sekitar dua blok, sampai akhirnya Oikawa menghentikan langkahnya di hadapan (Name)—menghalangi gadis itu untuk lanjut berjalan. (Name) menatapi pemuda itu keheranan sesaat, sebelum ia berusaha memutarinya, hanya saja Oikawa terus menerus menghalanginya.


Pada akhirnya (Name) hanya bisa menghela nafas lagi. "Apakah ada sesuatu yang kau perlukan, Oikawa-san?" tanyanya.


Untuk beberapa saat pemuda itu diam saja, masih memperhatikan gadis di hadapannya dengan seksama. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya sebuah senyuman terukir pada bibirnya. "Kau tahu, (Nickname)-chan, kau itu adalah gadis yang menarik," katanya. "Mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya bertemu dengan perempuan yang tidak tertarik denganku itu cukup sering juga... hanya saja... ada sesuatu darimu yang tetap membuatku tertarik," dia menambahkan.


(Name) hanya menatapinya keheranan. "Apa kau kira ini cerita klise dimana si tokoh populer jatuh cinta dengan seseorang yang tidak mempedulikannya? Kurasa tidak untuk hubungan kita berdua," gumamnya. "Apa pun itu yang kau lihat hanyalah fana. Kau hanya memperhatikanku karena rasa protektifmu terhadap sahabatmu," jelasnya.


Oikawa terkejut dengan kata-katanya, sesaat hanya bisa terdiam, sebelum tertawa canggung. "Oke, aku tidak bisa menyanggah itu," katanya perlahan, alisnya sempat berkedut karena kesal. "Tapi, tidak ada salahnya bukan untuk tertarik pada orang lain? Kalau kau khawatir kekasihku akan menghajarmu, tenang saja~ aku sedang tidak bersama siapa-siapa saat ini."


Hanya helaan nafas yang menjawab kalimat Oikawa, sebelum (Name) akhirnya mencari celah untuk melewati Oikawa. Oikawa sendiri hanya bisa mencibir sembari kembali mengikuti gadis itu.


"Tidak pernah salah untuk tertarik pada sesuatu selama itu masih baik, kau punya hak untuk melakukannya, bukan?" tanya (Name) pelan. "Lagipula, apa yang sebenarnya kau inginkan? Oikawa-san terus menerus berbasa-basi semenjak kita di café, rasanya kau seperti menginginkan sesuatu dariku," katanya.


"Hmm, apakah aku sebegitu mencurigakan bagimu?" tanya Oikawa perlahan. Namun, dia tetap tertawa dan menatapi mata (Name) lekat-lekat. "Hey, apa kau mau pergi kencan bersamaku?" ajaknya.


(Name) langsung menghentikan langkahnya. Kedua matanya terbelalak, menatapi Oikawa keheranan, sebelum warna merah menghiasi pipinya. "Hah?" yang hanya bisa ia utarakan setelah mengulang kembali pertanyaan Oikawa di kepalanya.


Pemuda itu terkekeh geli. "Pergi kencan bersamaku, hanya satu kali saja!" katanya. "Kalau kau mau kencan yang santai seperti yang kau lakukan bersama Iwa-chan, itu tak apa. Kalau kau mau yang romantis, aku juga tidak keberatan!" jelas Oikawa dengan girang. "Jadi, bagaimana?"


Untuk beberapa saat, (Name) hanya bisa menatapi Oikawa dengan kurang yakin. Suaranya sendiri terasa menyangkut di tenggorokannya, sebelum akhirnya dia terbatuk dan mengalihkan pandangannya. "Tidak," jawabnya tegas. "Tetapi, terima kasih atas tawarannya."


Oikawa bersiul pendek. "Kau setia ya? Aku suka itu~" godanya, ia melangkah mendekat. (Name) hanya menatapinya kesal, sebelum dia menyematkan rambut (Name) ke belakang telinganya. "Kau tahu, (Name), kau itu sebenarnya cukup manis juga. Belakangan ini, aku bertanya-tanya mengapa Iwa-chan, Mattsun, dan Makki terlihat sangat tertarik padamu... sepertinya aku mulai mengerti."


"Tidak ada yang menarik dariku," balas (Name), tangannya menepis lembut tangan besar Oikawa. "Terima kasih banyak sudah mengantarkanku, kurasa lebih baik kau pulang daripada kau pulang terlalu malam, Oikawa-san," tegurnya sembari melirik menuju gerbang sekolahnya yang sudah tidak jauh.


Oikawa hanya bisa menggerutu pelan. "Iya, sama-sama," jawabnya. "Tetapi, apakah aku tidak mendapatkan kecupan selamat malam dari gadis manis ini? Atau setidaknya berikan aku sebuah 'iya' untuk ajakanku~" pintanya perlahan. Hanya saja (Name) segera melangkah mundur menjauhi Oikawa, membuat pemuda itu menjadi sedikit lebih panik dan menggapai tangan (Name). "T-Tunggu! M-Maafkan aku! Aku tidak bermaksud mempermalukanmu seperti itu!"


(Name) hanya bergumam pelan, sebelum berusaha menarik tangannya sendiri. "Aku mengerti, tetapi bisakah kau melepaskanku?" tanyanya perlahan. "Aku tidak mengerti apa yang menarik dariku. Apa bedanya diriku dengan semua perempuan yang mengelilingimu itu? Atau perempuan-perempuan lain yang tidak pernah melihatmu sebagai seorang model tampan sedikit pun?"


"A-Aku sendiri tidak tahu!" jawab Oikawa. Genggamannya perlahan melonggar sedikit. "Sejujurnya aku sendiri tidak tahu. Mungkin karena aku ingin tahu kalau kau memang cocok untuk Iwa-chan? Mungkin juga karena cerita-cerita yang pernah Matsukawa ceritakan tentang '(Name) kecil yang manis'?"


"Matsukawa bercerita tentangku—?"


"Tetapi, intinya!" Oikawa segera memotong ucapan (Name) dan menatapinya dengan intens. "Setidaknya aku ingin dekat denganmu... agar aku bisa mengenal lebih banyak tentangmu dan tahu kalau kau memang perempuan yang bisa membuat sahabatku bahagia," katanya sembari mengepalkan kedua tangannya.


Untuk beberapa saat, (Name) hanya bisa menatapi Oikawa dengan kebingungan serta terkejut. Gadis itu dapat melihat kalau Oikawa tampak kurang yakin, kata-katanya sendiri saja terdengar ragu-ragu bagi (Name), sehingga keduanya berakhir berdiri dengan cukup canggung. Mereka hanya bisa menatapi satu sama lain untuk beberapa saat, sebelum akhirnya keheningan dipecahkan oleh suara lain.


"(Surname)?"


Keduanya menengok menuju asal suara, sama-sama terkejut ketika menyadari kedatangan Ushijima dan Semi. Dari pakaian yang mereka kenakan, (Name) hanya bisa berasumsi keduanya baru saja selesai melakukan jogging sore mereka. Hanya saja sekarang (Name) hanya bisa memikirkan betapa canggungnya suasana saat ini ketika sang kapten dan pinch-server melihat keberadaan Oikawa tidak jauh dari manajer mereka.


Oikawa mendecih kecil, suasana hatinya sudah terlihat jelas berubah begitu saja ketika Ushijima muncul. "Kenapa di antara semua orang harus Ushiwaka," gerutunya kesal. Mata cokelatnya menatapi rivalnya dengan penuh kekesalan.


Ushijima segera menghentikan langkahnya dan menatapi Oikawa keheranan. "Oikawa, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanyanya datar. "Apakah mungkin kau sudah mendapatkan pikiran untuk pindah ke Shiratorizawa?"


"Tch, dalam mimpimu!" desis Oikawa sembari melangkah mendekati (Name), kemudian merangkulnya dengan akrab. Seringaian kecil terukir pada bibirnya ketika ia melihat Ushijima dan Semi sama-sama menatapinya dengan waspada. "Aku baru saja pergi kencan bersama manajer manismu ini~"


Tanpa pikir panjang (Name) menepis lengan Oikawa dengan pelan dan menatapi Ushijima serta Semi. "Kami kebetulan bertemu, dia mentraktirku minuman di café terdekat dan memaksa ingin mengantarkanku ke asrama. Tidak lebih dari itu," jelasnya.


Oikawa hanya melepas tawa pelan ketika mendengarnya, sebelum dia mencubit pipi (Name). "Oh, ayolah (Nickname)-chan~ ikuti saja suasananya dan buat mereka iri~" katanya. "Kenapa ingin sekali menghindari kesalahpahaman kalau mereka hanyalah teman satu timmu saja?" tanyanya.


Gadis itu hanya bisa menghela nafas pendek. "Kesalahpahaman hanya akan mengundang masalah. Lagipula sekarang sudah mulai malam, segera pergi dan pulanglah—"


Ia belum sempat menyelesaikan kata-katanya, ketika sebuah tangan besar langsung menggapai bahunya kemudian menarik gadis itu menjauhi Oikawa. Manik (e/c) milik (Name) terbelalak, sebelum ia menengok dan menatapi sang kapten yang baru saja menariknya—saat ini menatapi Oikawa dengan intens. Semi di sebelahnya juga segera menarik (Name) lagi agar manajer itu berdiri di belakangnya dan Ushijima.



"Ushijima-san? Semi-san?"


"Terima kasih sudah mengantarkan manajer kami, kami menghargai kebaikanmu," potong Semi sembari melipat lengannya. "Sebaiknya kau pulang saja sekarang, toh... kau tidak memiliki kepentingan lain di sini bukan?" tanyanya.


Oikawa terkekeh sinis mendengarnya. "Wow, baik sekali... mengusir seseorang yang tidak berniat berbuat jahat," gumamnya. "Bukankah itu terlalu protektif? Terlebih lagi, dia hanya manajer kalian. Atau mungkin... kalian menganggapnya lebih dari itu?"


"Kami menghargai kebaikanmu, sampai-sampai kau repot mampir kemari," kata Ushijima. "Tetapi, kurasa kau tidak perlu sampai mengganggu manajer kami juga," tegurnya, matanya masih menatapi Oikawa dengan intens. "Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, kau bisa pulang. Kecuali kalau kau ingin pindah ke Shiratorizawa..."


"Hah, mana mau," balas Oikawa sembari memutar bola matanya. "Aku hanya datang untuk (Nickname)-chan, tidak untuk hal lainnya," katanya, sesaat ia mengedipkan matanya kepada (Name). "Kalau begitu, sampai jumpa lain waktu. Jangan lupa balas pesanku, ya!" dia melambai—meskipun lebih terlihat hanya untuk (Name)—sebelum berjalan meninggalkan ketiganya.


Untuk beberapa saat hanya ada keheningan di antara (Name) dan dua seniornya. Mereka bertiga masih memperhatikan Oikawa yang berjalan pergi, setidaknya sampai setter itu tidak terlihat dalam jangkauan mata mereka.


(Name) melirik Ushijima dan Semi secara bergiliran, masih terdiam. Semi sendiri mulai bergumam, sayangnya tidak cukup jelas untuk (Name) mengerti. Sementara Ushijima hanya diam saja, sebelum dia menoleh menuju manajernya.


(Name) hanya diam sesaat, sebelum dia menghela nafas. "Itu tidak perlu, kalian tahu," katanya. "Mengusir Oikawa-san seperti itu... kurasa lebih baik dilakukan dengan lebih tenang dan sopan," dia menambahkan, tangannya perlahan mengusap rambutnya dengan canggung.


Ushijima menatapi gadis itu keheranan, sebelum ia berputar agar sepenuhnya menghadap (Name). "Apa kau lebih suka bersama Oikawa ketimbang bersama kami?" tanyanya.


Gadis itu menggeleng pelan. "Bukan seperti itu. Hanya saja niat Oikawa-san bukanlah untuk melakukan hal yang tidak-tidak, dia mungkin sedikit memaksa... tetapi niatnya baik," jelasnya. "Lagipula, kenapa kalian protektif seperti itu? Bagaimana pun juga, aku tahu cara menjaga diriku. Kalian tidak perlu khawatir denganku."


Semi mengusap tengkuknya perlahan, sebelum ia menengok menuju (Name). "Maaf kalau kami hanya membuatmu merasa lebih tidak nyaman. Mungkin saja hanya insting karena pada dasarnya dia termasuk mencurigakan," jelasnya perlahan. "Daripada kita di sini, ayo segera kembali ke asrama. Kita perlu sekolah besok."


(Name) dan Ushijima hanya menjawab dengan anggukan, sebelum mereka segera berjalan memasuki wilayah sekolah mereka, hanya tersisa sedikit orang di luar asrama. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya Semi mengeluarkan topik pembicaraan baru—masih berhubungan dengan voli, meskipun hanya berakhir didengarkan oleh Ushijima saja.


Sang manajer terdiam sembari memperhatikan kedua seniornya, dalam benaknya terlintas ucapan-ucapan yang Oikawa lontarkan tadi, terutama ketika Ushijima dan Semi sudah tiba. Padahal biasanya mudah baginya untuk segera melupakan ucapan orang lain dan mengabaikannya, hanya saja tetap saja ada hal yang membuatnya terus memikirkan kata-kata Oikawa.


"Terlebih lagi, dia hanya manajer kalian. Atau mungkin... kalian menganggapnya lebih dari itu?"


Pada akhirnya, (Name) hanya bisa terdiam dan menggeleng pelan. 'Tidak perlu peduli, lupakan saja. Tidak perlu dipikirkan,' batinnya sembari mengusap kedua tangannya menjadi satu. Ia menghela nafas panjang, sebelum mengucapkan salam perpisahan kepada dua seniornya dan berjalan menuju asrama perempuan, tanpa mempedulikan beberapa orang yang mengikuti dari belakang.


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


Hoiyoy!

Akhirnya up lagi! Yaaaaay!

Sebenarnya Demy ada niat untuk up minggu lalu, tapi berhubungan Demy sedang sibuk urusan real life, mulai dari sekolah sampai lomba-lomba, jadinya delay agak lama huhuhuh
Yaaa, semoga aja selanjutnya bisa ngga kelamaan, walaupun masih ngga pasti


Hmm, romance reverse harem memang sulit untuk dijauhkan dari klise ya, meskipun Demy cari-cari terus malah kesulitan huhuhu, tapi ya semoga aja tetep bisa dinikmati sama kalian semua~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro