Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12


Meskipun (Name) ingin sekali melupakan pertemuannya dengan Kyoutani, dia tetap tidak bisa melupakan apa yang telah terjadi. Bukan, bukan karena pemuda tersebut meninggalkan suatu kesan berharga atau sebagainya—malah kesan yang pemuda berambut pirang itu tinggalkan adalah suatu kesan buruk. Mengingat kalau dia sempat memanggil (Name) 'menyedihkan' dan membuat (Name) semakin stress saja.


Satu hal yang sampai saat ini masih (Name) pikirkan adalah kalimat yang Kyoutani ucapkan padanya pada hari Jum'at yang lalu—"(Surname) yang dirumorkan sebagai 'pujaan hati' Iwaizumi-san," itulah katanya. Entah kenapa (Name) hanya bisa berpikir akan ada sesuatu terjadi padanya, entah dalam waktu dekat atau bukan.


(Name) mengerang pelan, seharusnya dia bisa melupakan kalimat tersebut tetapi tiap kali dia berusaha melupakannya yang ada kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Alhasil (Name) sering kali melamun dan tidak fokus, buktinya pada hari Sabtu ketika timnya sedang latihan (Name) berakhir mendapatkan spike dari Kawanishi yang memantul keluar dari lapangan. Semuanya sempat heboh karena itu—untungnya itu masih spike milik Kawanishi, bukan Goshiki atau bahkan Ushijima.


Perhatian gadis tersebut teralihkan dari pikirannya sendiri ketika ada seseorang yang menahan kerah kausnya. Dia menghentikan langkahnya dan terdiam untuk beberapa saat, sebelum melirik kepada orang yang tengah menahannya. Manik (e/c) miliknya langsung bertemu dengan sepasang manik cokelat tua, perlu waktu beberapa saat sampai akhirnya (Name) tersadar dan menepis pelan tangan pemilik mata itu.


Kawanishi hanya menghela nafas pendek. "Ada apa denganmu?" tanyanya. "Apa mungkin ada bagian dari kepalamu yang rusak parah saat wajahmu terkena bola itu? Atau apa mungkin kau dendam padaku dan berencana untuk membunuhku dan membuang jasadku di hutan? Kuharap tidak," katanya, meskipun dia memasang ekspresi khawatir nada bicara terdengar datar.


(Name) hanya mendengus kecil. "Ya, mungkin saja begitu. Aku hanya berpikir bagaimana caranya agar tidak ada yang menyadari kehilanganmu," tambahnya sembari menatapi Kawanishi dengan kesal. Diingatkan pada kejadian di hari Sabtu yang lalu itu hanya membuat gadis itu merasa lebih malu dan kesal lagi, ditambah meskipun Kawanishi tidak terlihat bersemangat pukulannya tetap saja menyakitkan.


Untuk beberapa saat Kawanishi hanya terdiam, sebelum dia mengangkat tangannya dan tanpa pikir panjang mengusap kepala (Name) dengan lembut. "Aku sudah meminta maaf, apakah itu kurang cukup?" tanyanya. "Apa mungkin kau ingin kubelikan roti yakisoba atau melon? Atau mungkin es krim? Atau apa pun itu yang bisa membuatmu merasa senang. Setidaknya jangan marah padaku," sambungnya sembari menatapi manik (e/c) milik (Name).


(Name) diam sesaat, sebelum segera mengalihkan perhatiannya. "Tidak perlu," katanya pelan. "Aku tidak ingin menyusahkanmu, dan memangnya kau memiliki uang yang cukup untuk membelikanku camilan? Gunakan saja uangmu untuk kebutuhanmu," tambahnya sembari lanjut berjalan.


Middle blocker berambut cokelat itu hanya mengerjapkan matanya. Dia segera mengikuti sang manajer sembari memperhatikan gerak-gerik sang gadis, berharap bisa menemukan tanda-tanda kalau sebenarnya dia mau. Namun (Name) tetap menjaga sikapnya, setidaknya dari yang Kawanishi lihat. Gadis itu berusaha mengabaikan tatapan dari teman sekelasnya itu, setidaknya sampai kerahnya ditarik untuk kedua kalinya.


Lagi-lagi mereka bertatapan, kali ini hanya untuk sejenak karena Kawanishi segera membuka mulutnya. "Kalau kau berpikir aku melakukannya karena kasihan, itu salah, kau tahu," katanya. "Aku menawarkanmu ini karena aku peduli padamu, itu saja," dia menambahkan sembari melepaskan kerah kaus sang manajer.



(Name) mengusap lehernya sendiri. Dia menatapi Kawanishi untuk sejenak, sebelum mengalihkan pandangannya lagi. "Peduli padaku? Untuk apa?" gumamnya perlahan, sepelan mungkin agar pemuda tersebut tidak dapat mendengarnya, namun tetap saja Kawanishi mendengar ucapan tersebut.


"Karena kita satu tim, tentunya," jawab Kawanishi datar. (Name) kembali menatapinya, sesaat heran dengan kata-katanya. "Mungkin kau akan mendengar hal itu terus menerus sampai kau bosan dan meragukan kami. Tetapi kalau menurutku... apa salahnya untuk peduli?" tanyanya perlahan. "Aku tidak berpikir ada yang salah untuk peduli pada orang lain, terutama pada... temanmu sendiri, bukan?"


Untuk beberapa saat mereka hanya menatapi satu sama lain, masih berdiri di tengah jalan dalam perjalanan mereka menuju gym tempat anggota tim voli lainnya menunggu. Di antara keduanya, (Name)-lah yang pertama kali mengalihkan pandangannya, menatapi kakinya sendiri dan berusaha mengabaikan Kawanishi—pemuda itu sendiri bisa menyadari ada sedikit kegelisahan dari gestur perempuan tersebut.


Ketika (Name) baru membuka mulutnya untuk membalas ucapan dari Kawanishi, suara nada dering pendek yang menandakan adanya pesan baru terdengar. Keduanya menatapi satu sama lain keheranan, setidaknya tidak sampai (Name) tersadar bahwa suara tersebut berasal dari ponselnya sendiri.


Gadis itu merogoh saku roknya sendiri, sesaat berpikir kalau yang menghubunginya adalah Tendou atau mungkin—yang terparah, Washijou-sensei yang menanyakan keberadaan sang manajer dan salah satu middle blocker-nya. (Name) menelan ludahnya sendiri sembari membuka pesan yang ia terima, namun di luar dugaannya dia tidak mendapatkan pesan dari salah satu anggota tim voli atau bahkan pelatihnya, melainkan ibunya sendiri.


[Ibu]

(Name),

Maaf ibu memberitahukanmu ini dengan sedikit mendadak, tetapi bisakah kau pulang besok? Aku perlu bantuanmu untuk menjaga adik perempuanmu, ibu bisa menjaganya sampai besok, tetapi mulai hari Rabu sampai Jum'at jadwal ibu sedang penuh. Sedangkan ayahmu juga sedang dinas di Tokyo

Adik laki-lakimu juga tidak bisa diganggu dengan kegiatan sekolahnya, jadi aku tidak bisa meminta bantuan orang lain selain dirimu

Tetapi, ibu bisa memakluminya kalau kau juga sibuk dengan timmu. Setidaknya berikan ibu kabar setelah kau membaca ini


(Name) mengerjapkan kedua matanya. Dia membaca pesan yang ia terima beberapa kali. Ia membiarkan Kawanishi untuk mendekat dan mengintip dari balik bahu gadis tersebut, membaca isi pesan yang diterima oleh manajer timnya.


Helaan nafas keluar dari bibir (Name). "Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Kawanishi tiba-tiba. Dia segera melangkah menjauhi gadis itu untuk memberinya lebih banyak privasi. "Pulang?"


"Memangnya apa lagi? Tentu saja pulang," jawab (Name) sembari mengantongi kembali ponsel miliknya. "Aku tidak bisa meninggalkan adikku yang sakit sendirian, atau bahkan memaksa ibuku untuk bekerja dua kali lipat dari biasanya dengan semua pekerjaan yang dia punya dan juga untuk mengurus adikku," tambahnya sembari lanjut berjalan. "Toh, aku punya perasaan kalau Washijou-sensei bisa memaklumi ini. Hanya perasaan sih."


Kawanishi memperhatikan gadis tersebut berjalan menjauhinya. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya dia mengikuti gadis itu dalam diam, sesekali meliriknya tanpa disadari oleh sang gadis. Ia mengingat kembali ucapan sang gadis itu, sebelum beralih menuju ucapan-ucapan lain yang pernah (Name) katakan padanya.


"Padahal kau berkata untuk tidak ingin peduli pada banyak hal," gumamnya tiba-tiba. "Tetapi, pada akhirnya kau selalu peduli tentang hampir semua hal yang ada di dalam kehidupanmu," dia menambahkan sembari mempercepat langkahnya agar dia bisa berjalan di depan sang gadis.


(Name) sempat tersentak kaget. Dia menatapi Kawanishi dengan kedua mata terbelalak, sejenak hanya bisa menatapi Kawanishi untuk beberapa waktu. Perlahan, dia menggeleng pelan, sebelum segera mengikutinya menuju gym.


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


"Permisi, Washijou-sensei...?" panggil (Name) dengan hati-hati sembari berjalan mendekati sang pelatih yang tengah berbicara dengan Ushijima. Keduanya segera menghentikan percakapan mereka dan menatapi manajer tersebut keheranan. (Name) terdiam untuk beberapa saat, sebelum berdehem kecil. "Maaf mengganggu percakapan kalian, tetapi bolehkah saya berbicara denganmu, sensei?"


"Katakan saja secara langsung," jawab Washijou tanpa pikir panjang, sekaligus juga membiarkan Ushijima untuk tetap menunggu. Dia menatapi sang manajer dengan lekat-lekat, memperhatikannya sampai (Name) sendiri mulai merinding.


Gadis itu hampir melupakan apa yang ingin ia katakan, setidaknya dia berhasil mengingat apa yang ingin dia katakan. Sembari menyatukan tangannya di depan tubuhnya, dia menarik nafas sejenak. "Saya ingin meminta izin untuk tidak mengikuti latihan pagi dari hari Rabu sampai Sabtu, dan selama itu saya juga terpaksa untuk pulang lebih cepat ketika latihan sore," jelasnya. "Jadi..."


Washijou tampak keheranan untuk beberapa saat, dia melipat lengannya di depan dadanya sembari berpikir. "Dan apa alasanmu untuk tidak mengikuti latihan seperti biasanya?" tanyanya sembari menatapi kembali (Name).


"Ibu saya meminta saya untuk pulang dan membantunya menjaga adik saya di rumah, kebetulan salah satu adik saya sedang sakit," jelas (Name). "Karena jarak rumah dan sekolah terbilang jauh, kemungkinan saya tidak akan bisa mengikuti latihan pagi," dia menambahkan.


Washijou diam untuk beberapa saat, sementara Ushijima dan beberapa senior yang kebetulan mendengar percakapan itu hanya bisa menonton sambil terdiam. (Name) mulai memainkan jemarinya tanpa ia sadari, detik demi detik merasa sedikit lebih gelisah dari sebelumnya. Dia memperhatikan Washijou yang masih diam saja, sampai akhirnya melihat sang pelatih paruh baya itu menghela nafas.


"Baiklah kalau begitu," kata Washijou. Dia menurunkan lengannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya sendiri. "Kuharap kau tidak akan telat atau bahkan membolos. Pastikan kau sudah menyelesaikan semua tugasmu sebelum kau pulang lebih cepat," tambahnya sebelum berbalik kepada Ushijima. "Dan itu saja yang perlu kujelaskan padamu, lanjutkan latihanmu."


Washijou pergi setelah itu, meninggalkan (Name) dan Ushijima bersama-sama. Keduanya hanya diam sembari memperhatikan sang pelatih berjalan menuju Saitou—sepertinya untuk berbicara mengenai klub dan sejenisnya. Untuk beberapa saat mereka hanya diam saja, sampai akhirnya (Name) berbalik menatapi Ushijima.


Sang kapten masih diam, dia menatapi (Name) sejenak dan menundukkan kepalanya sedikit. "Semoga adikmu lekas sembuh," katanya. "Tetapi, tolong jaga dirimu juga. Jangan sampai kau ikut sakit atau bahkan kelelahan karena terlalu sibuk," dia mengingatkan.


Kata-kata tersebut membuat senyuman tipis terukir pada bibir (Name). "Terima kasih atas kata-katanya, Ushijima-san," dia membungkuk sejenak. "Akan kuingat itu. Tolong jaga yang lain selama aku tidak ikut latihan pagi, ya. Tendou-san mungkin akan bermalas-malasan saja kalau dia tidak ditegur..."


"Aku mendengar namaku disebut! Ada apa ini?!" tidak perlu waktu lama sampai Tendou mendekat, tentunya segera merangkul sang manajer dengan erat. "Apa yang kalian berdua bicarakan? Jangan katakan kalau kalian merencanakan kencan tanpa mengajakku? Wakatoshi-kun curang sekali! Kau mengambil langkah untuk mendekati (Name)-chan terlebih dahulu? Huu~" cibirnya sembari memeluk erat (Name).


Ushijima hanya menatapi Tendou keheranan, sementara (Name) hanya bisa pasrah sembari membiarkan Tendou mengusap pipinya di rambut (Name). "Adikku sakit, aku akan pulang besok. Karena itu aku tidak bisa ikut latihan pagi mulai hari Rabu sampai Jum'at," jelas (Name), setelah beberapa saat barulah dia berusaha mendorong Tendou menjauh. "Tendou-san, mana privasiku?"


Tendou merengek. "Biarkan aku tetap memelukmu, (Name)-chan!" rengek sang senior sembari mempererat pelukannya. "Kita tidak akan bertemu sesering sebelumnya... aku akan merindukanmu! Pagiku akan terasa hampa tanpamu!" katanya sembari mencibir kecil.


(Name) terus menerus berusaha mendorong Tendou yang malah mempererat pelukannya. Beberapa kali Tendou masih merengek, tidak ingin melepaskan sang manajer—setidaknya tidak sampai Semi mendekat dan menarik Tendou dari sang manajer. Sang pinch server mendengus kesal sembari beracak pinggang.


"Kau itu... jangan selalu mengganggu (Surname)," tegur Semi. "Ngomong-ngomong, apa yang kau bicarakan bersama pelatih tadi?" tanya Semi sembari melepaskan Tendou.


Sebelum (Name) bisa menjawab, Ushijima sendiri yang angkat bicara. "(Surname) akan pulang besok untuk menjaga adiknya yang sakit, dia tidak bisa mengikuti latihan pagi selama beberapa hari," dia menjelaskan, setidaknya cukup lantang agar bisa didengar anggota lain yang berjalan mendekat.


Semi mengerjapkan matanya. "Oh, kalau begitu semoga adikmu lekas sembuh, kuharap dia tidak sakit parah," katanya sembari tersenyum sayu kepada (Name). "Hati-hati ya, rumahmu jauh dari Shiratorizawa bukan?"


(Name) mengangkat bahunya. "Tidak terlalu jauh, aku akan baik-baik saja," katanya. "Lagipula aku bisa menjaga diriku, kalian semua tidak perlu khawatir," dia menambahkan.


Leon tertawa pelan mendengarnya. "Bagaimana pun juga kau juga harus berhati-hati," dia mengingatkan. "Dan... kau tahu, kau bisa menganggap ini sebagai kunjungan pada umumnya. Minggu lalu kau tidak meninggalkan asrama, bukan?" tanyanya. "Nikmati harimu selama kau di sana ya, jangan paksakan dirimu."


"Oh, s-semoga adikmu lekas sembuh! Dan tolong jaga kondisimu juga, senpai! Mengingat kau pernah tertidur di tengah latihan..." kata Goshiki sembari menatapi (Name) dengan penuh kekhawatiran. "Kami akan melakukan yang terbaik meskipun senpai tidak ada di latihan pagi, tenang saja!" dia tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar-binar.


(Name) diam untuk beberapa saat, sebelum tersenyum kecil. Perlahan dia mengusap kepala adik kelasnya dengan lembut, sebelum terkekeh saat melihat ekspresi keheranan Goshiki. "Kalau begitu, tolong pastikan senior-seniormu berlatih dengan serius, ya. Aku mengandalkanmu, Goshiki," katanya.


Goshiki mengangguk girang. "Tentu saja, senpai! Akan kupastikan semuanya akan baik-baik saja!" katanya dengan girang. (Name) hanya bisa tersenyum melihat keantusiasan adik kelas berambut mangkuk tersebut. "Ngomong-ngomong... berapa kau memiliki berapa adik, (Surname)-senpai?" tanyanya perlahan.


Untuk beberapa saat (Name) menatapi Goshiki keheranan. "Dua adik, ada apa?" tanyanya keheranan. Ia diam untuk sejenak, sebelum mulai mengerti. "Ah, kau ingin tahu lebih banyak ya?" tanyanya perlahan, dia terdiam ketika melihat Goshiki mengangguk dengan ragu-ragu.


"Aku juga ingin tahu tentang adikmu!" kata Tendou girang. "Kau tahu... bisa saja mereka akan menjadi adik iparku suatu saat nanti," dia menambahkan sembari tersenyum penuh rasa percaya diri. (Name) dan yang lainnya anya bisa menatapi middle blocker berambut merah itu dengan risih.


"Apa-Apaan..." (Name) menghela nafas pendek. "Ah, tentang adikku... aku punya adik laki-laki yang lebih muda satu tahun denganku dan adik perempuan yang lebih muda empat tahun dariku," jelasnya. "Sayangnya, adik laki-lakiku tidak bersekolah di sini."


"Di mana?" tanya Ushijima tiba-tiba, (Name) sendiri terkejut dengan pertanyaan dari sang kapten. "Maaf kalau kau tidak ingin bercerita atau apa... kupikir hubungan tim akan semakin erat kalau kami semakin tahu tentangmu," dia menjelaskan dengan datarnya.


(Name) hanya diam untuk beberapa saat. "Aku tidak akan bercerita tentang di mana adikku bersekolah, yang pasti letaknya lebih dekat dengan rumahku," jawabnya. "Apakah ada pertanyaan lainnya? Kalian harus segera melanjutkan latihan, kau tahu. Washijou-sensei akan marah," dia mengingatkan.


Beberapa anggota lainnya tersentak kaget dan segera meninggalkan sang manajer, namun masih ada yang menetap di sebelahnya. Tendou menatapi (Name) untuk sejenak, sebelum tersenyum lebar. "Kalau begitu (Name)-chan, tim olahraga apa yang kau ikuti saat SMP? Aku masih ingin tahu tentang itu, kau tahu~"


Keduanya menatapi satu sama lain untuk beberapa saat, sebelum akhirnya (Name) menghela nafas dan mengusap lengannya sendiri. "Aku akan berkata jujur kalau topik ini sedikit membuatku kurang nyaman," katanya pelan. "Tapi... dulu aku pernah menjadi kapten tim," dia menambahkan sembari tersenyum bangga.


(Name) terkekeh ketika melihat ekspresi terkejut dari Shirabu dan Kawanishi. "Bohong," kata keduanya dengan lantang, melupakan bahwa (Name) ada di sana dan bisa mendengar ucapan mereka dengan jelas.


Kata-kata tersebut hanya membuat (Name) tertawa. "Memang aku berbohong," jawabnya sambil menjulurkan lidahnya. "Aku dekat dengan kaptenku, intinya kami semua dekat," dia menjelaskan. "Tapi yah... kau tahu, sekarang kami semua berbeda sekolah," dia menghela nafas panjang. "Mereka semua di Tokyo, dan aku di Miyagi..."


"Kau tidak menghubungi mereka?" tanya Ushijima. Dia menatapi manik (e/c) milik (Name) lekat-lekat, sebelum memiringkan kepalanya. "Kau mengucapkannya seakan-akan kalian sudah memutus hubungan kalian untuk selamanya," dia menjelaskan.


(Name) hanya tertawa pelan. "Memang aku sudah jarang menghubungi mereka, tapi rasanya canggung kalau tiba-tiba aku muncul dan mendatangi mereka. Setidaknya ada beberapa orang yang masih kuhubungi," dia menambahkan. "...Tunggu, kenapa kalian masih di sini? Cepat lanjutkan latihan kalian!"


"Ah, kau mengingatkanku~" cibir Tendou pelan. "Tapi, sudahlah... (Name)-chan, sebelum kau pergi, ayo kita beli camilan malam ini!" ajak sang senior sembari melangkah mundur menuju lapangan. "Setelah latihan ya, jangan kabur!" dia melambai girang.


Sang manajer hanya bisa menatapi seniornya berjalan menuju lapangan, setidaknya sebelum mendapatkan teguran dari Pelatih Washijou sendiri. (Name) hanya bisa tertawa pelan dan kembali pada tempatnya agar bisa mencatat latihan anggota timnya dengan lebih mudah. Namun sebelum dia bisa menulis, getaran dari saku celananya menarik perhatiannya.


Ketika (Name) mengeluarkan ponselnya, dia sempat mengira kalau pesan yang ia dapat dari Oikawa atau mungkin Matsukawa, setidaknya kalau dia sudah mendapatkan kabar kalau (Name) akan pulang. Untungnya, pesan yang ia terima juga bukanlah berasal dari mereka berdua.


[Shin]

Kau akan pulang, 'kan?


Gadis tersebut menatapi pesan tersebut keheranan. Dia hanya diam untuk beberapa saat, sebelum segera membalas pesan tersebut. (Name) mematikan ponselnya dan segera fokus pada latihan saat ini.



⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


Hoiyoy!

Ah, akhirnya ngetiknya selesaiiii

senengnya hari ini bisa double update ahahah /?

Hm, sebenernya chapter kali ini mau Demy gunain untuk memperkenalkan sedikit kalian kepada keluarga reader sendiri, tapi Demy kesangkut karena bingung gimana nyeritainnya, akhirnya malah cerita tentang adik-adiknya dulu. Ortu Reader akan diceritakan di chapter yang akan datang


Oh ya, ngomong-ngomong Demy mulai tertarik Hypnosis Mic nih... ada yang suka juga gak? :3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro