09
"M-Maaf, Saitou-sensei... bisakah kau mengulanginya?"
Permintaan (Name) tentunya terdengar jelas dan nyaring, terutama di antara keheningan yang mengisi para anggota tim voli Akademi Shiratorizawa. Beberapa anggota terlihat terkejut, namun juga senang. Ada juga yang tampak kecewa dan kehilangan kata-kata. Sementara sang manajer kali ini lebih terlihat kebingungan dibandingkan senang atau kecewa.
Pelatih Saitou yang berdiri di depan murid-murid Shiratorizawa itu hanya bisa menghela nafas pasrah. "Seperti kataku tadi... hari ini Washijou-sensei mengijinkan kalian untuk istirahat. Alasan utamanya karena kalian memang perlu istirahat setelah banyaknya latihan yang kalian lalui minggu ini, di sisi lain dia sedang sakit sehingga tidak dapat datang saat ini," jelasnya. "Intinya adalah... tidak ada latihan. Kembalilah ke asrama kalian."
Lagi-lagi murid-murid di depan pria tersebut menjadi hening. Mereka semua tidak mengatakan apa pun atau bahkan bergerak, hanya menatapi sang pelatih dengan kedua mata terbelalak—kecuali untuk Ushijima saja yang terlihat tenang, tetapi jelas-jelas saat ini sedang memikirkan sesuatu.
"Baiklah," Ushijima mengangguk pelan. "Kalau hari ini tidak ada Washijou-sensei, kami akan melakukan latihan sendiri secara mandiri," katanya dengan tegas. "Kalau begitu ayo ganti seragam kita sekarang," perintahnya kepada rekan-rekan satu timnya. Beberapa tampak kecewa dengan ucapan sang kapten.
Namun Pelatih Saitou menghentikannya, dia menggeleng sembari melipat lengannya di depan dadanya. "Sayang sekali tidak, Wakatoshi," katanya. "Ada saatnya kau harus beristirahat, meskipun sehari. Kau sudah terlalu sering berlatih, bahkan di akhir minggu kau tetap berlatih! Untuk kali ini, kumohon istirahatlah dan nikmati waktumu di asrama atau kalau bisa lakukanlah team bonding di luar latihan," jelas Saitou sembari menepuk bahu sang kapten.
Ushijima hanya menatapi pelatih tersebut keheranan. Dia mengangguk, meskipun jelas-jelas keliatan kurang yakin dengan usulan dari pelatihnya tersebut. Saat dia baru saja akan memberikan suatu alasan, (Name) menepuk punggungnya dan menghela nafas. "Ushijima-san, sudahlah. Istirahat satu hari tidak akan membuatmu kehilangan semua kemampuanmu," katanya.
Keduanya saling menatapi satu sama lain untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Ushijima mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu," katanya. "Maaf sudah menyusahkan," dia menambahkan sembari membungkuk sesaat.
Saitou terdiam sesaat, sebelum dia tersenyum puas dan menghela nafas. Saat pandangannya bertemu dengan tatapan (Name), dia membisikkan, "Kerja bagus," sembari menyunggingkan senyuman lebar. "Tenang saja. Kalau kalian ingin latihan di akhir minggu, aku tidak akan menghentikanmu. Tentunya (Name) memiliki kuncinya, jadi jangan repot-repot mencariku," tambahnya. "Kalau begitu nikmati hari kalian!"
Pelatih Saitou tidak mengatakan apa pun lagi dan berjalan meninggalkan halaman. Beberapa murid kelas satu dan kelas dua mulai asik berbicara sendiri, beberapa juga menggumamkan salam perpisahan sebelum berjalan menuju asrama. Ada pula murid kelas tiga yang ikut pergi.
(Name) menghela nafas pasrah, namun dalam harinya merasa sedikit bersyukur dia belum mengganti seragamnya ke pakaian olahraga. Tanpa mengucapkan apa pun, ia berbalik dan melangkah untuk kembali menuju asrama putri—namun sebelum dia bisa pergi lebih dari tiga langkah, seseorang sudah menahan lengannya.
"Tunggu dulu! Ke mana kau akan pergi?" tanya Tendou sembari menggenggam lengan (Name) lebih erat lagi. "Kau tidak berpikir untuk kembali ke kamarmu dan belajar seharian penuh sampai malam bukan? Atau lebih parah lagi, tidur dari sore sampai pagi nanti!" tebaknya sembari membalik tubuh sang manajer agar menatapinya.
Sesaat (Name) hanya diam menatapi kakak kelasnya tersebut dengan terkejut, sebelum dia mengangguk dengan canggung. "I-Itu rencanaku. Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan?" tanyanya, meskipun dalam hatinya gadis itu bisa menebak apa yang sedang direncanakan oleh middle blocker berambut merah itu.
Tendou menggeleng pelan. "Ck, ck, ck, (Name)-ku sayang," katanya pelan sebelum merangkul sang gadis. "Apa maksud ucapanmu itu? Kau tidak mungkin akan membiarkan dirimu menikmati waktu sendirian dengan cara yang membosankan seperti itu, bukan? Bersosialisasilah!" katanya dengan tegas. "Lagipula, Akira-kun sendiri yang sudah mengatakannya, bukan?"
(Name) diam sejenak—'Siapa Akira? Aku tidak ingat ada yang bernama Akira di dalam tim,' batinnya, beberapa detik kemudian barulah dia ingat. "Maksud Tendou-san... Saitou-sensei?" tanyanya perlahan. Dia terdiam saat Tendou mengangguk girang. "Memangnya apa yang Saitou-sensei katakan selain istirahat?"
"Tidak mungkin! (Name)-chan sudah melupakannya?!" tanya Tendou dengan terkejut. "Kau benar-benar tidak peduli apa pun selain istirahat ya? Sesekali tolong perhatikan kami dengan penuh seksama~" pintanya sembari memeluk gadis itu. "Ayolah, (Name)-chan! Kita nikmati hari ini dengan team bonding! Bagaimana menurut kalian semua?" tanyanya pada anggota lainnya.
Beberapa dari mereka hanya mengalihkan perhatian mereka, sementara ada juga yang mengangguk atau jelas-jelas bersemangat dan setuju dengan usulan Tendou. (Name) hanya tetap diam dan pasrah, sementara dia berusaha melepaskan dirinya dari pelukan sang senior, namun Tendou hanya mempererat pelukannya dan menahan tubuh sang manajer.
"Sebaiknya kau tidak memaksanya, Tendou," Semi mengingatkan sembari mendengus kesal. "Lepaskan (Surname), dia terlihat tidak nyaman berada di pelukanmu seperti itu. Beri dia jarak dan tempat untuk bernafas tanpa diganggu olehmu," dia menambahkan sembari melipat lengannya.
Tendou mencibir. "Kenapa kau sinis sekali, Semisemi?" tanyanya. "Ah! Aku tahu! Kau pasti iri karena aku bisa memeluk (Name)-chan bukan? Pastinya! Daripada kau iri, sebaiknya kau segera mengambil langkah sebelum ada yang mendahuluimu!" ledek middle blocker tersebut sembari menjulurkan lidahnya. "Lagipula, team bonding itu penting, kau tahu!"
"Tendou tidak ada salahnya," kata Leon tiba-tiba. (Name) dan Semi hanya bisa menatapinya terkejut, sebelum Leon teringat dan tertawa pelan. "Maksudku, Tendou benar team bonding itu penting. Tetapi bukan berarti aku setuju Semi sinis dan iri kepada Tendou," jelasnya sembari tersenyum ramah. "Tidak ada salahnya kalau kita menikmati waktu bersama-sama di luar latihan bukan?"
(Name) menggerutu pelan dan menggeleng. "Ada beberapa hal yang perlu kukerjakan. Tugas, pekerjaan rumah, catatan yang belum kutulis di buku, dan macam-macam lagi," keluhnya sembari mengalihkan pandangannya. "Dan aku lelah, karena itu tolong lepaskan aku—"
Kruuk..
Semua anggota tim voli langsung terdiam, (Name) sendiri juga ikut terdiam. Semuanya hanya hening untuk beberapa saat, sebelum wajah (Name) berubah menjadi merah secara perlahan. Sang manajer langsung menundukkan kepalanya—setidaknya agar tidak ada yang bisa melihat wajah merahnya. Sampai akhirnya beberapa tertawa.
"J-Jangan tertawa!" pekik (Name) malu.
Ushijima—salah satu dari orang-orang yang tidak tertawa, menatapi (Name) dengan serius. "Kalau lapar sebaiknya makan," tegurnya. "Daripada kita memaksanya, biarkan saja dia kembali ke asrama dan makan. Tidak baik memaksa orang untuk menahan lapar mereka," dia menambahkan.
"Ah, jangan pulang (Name)-chan!" pekik Tendou. "Wakatoshi-kun juga! Karena (Name)-chan sudah lapar, ayo gunakan kesempatan ini untuk makan di luar!" ajaknya dengan girang. "Ada tempat makan yang ingin kukunjungi bersama kalian semua! (Name)-chan, apa kau keberatan? Tempat itu menyediakan (f.food) lho~"
(Name) hanya diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia mengangguk malu-malu. "H-Hanya karena aku sedang lapar, itu saja," katanya pelan. Tendou tertawa dan akhirnya dia melepaskan sang manajer.
Para anggota tim voli pun segera berkumpul dan bersiap-siap pergi keluar. (Name) baru saja akan mendekati mereka ketika dia menyadari beberapa orang segera berjalan pergi setelah berbicara dengan Ushijima taidnya. Manik (e/c)nya ia kedipkan saat ia melihat sang wakil kapten bersama orang-orang yang dia kenal.
"Soekawa-san, kau tidak ikut?" tanyanya keheranan. Sang senior berbalik dan menatapi manajernya keheranan, sebelum dia tertawa canggung. "Yunohama-kun, Sagae-kun, dan Akakura-kun juga?" dia bertanya lagi.
Yunohama hanya tertawa canggung dan menggeleng. "Sebetulnya aku ingin, tetapi aku tidak memiliki banyak uang saat ini. Lagipula masih ada beberapa hal yang perlu kukerjakan," tambahnya. "Jadi lain kali saja, sampai jumpa!" dia segera berbalik dan berjalan pergi.
Soekawa hanya tertawa pelan. "Aku sama sepertinya. Lagipula senior juga punya banyak kesibukan lain kau tahu, ini tahun terakhir kami. Kami perlu mempersiapkan diri untuk mencari universitas dan kalau mungkin beasiswa juga," jelasnya. "Tolong jaga mereka ya, (Surname)," dia melambai pelan dan mengikuti Yunohama.
"Kami akan belajar bersama, jadi hari ini kami akan lewatkan saja," jelas Sagae. Akakura di sebelahnya hanya mengangguk pelan. "Jadi, sampai jumpa nanti (Surname)-senpai!" katanya sebelum akhirnya mereka berdua juga ikut pergi.
(Name) hanya melambai pada mereka dengan canggung, sebelum dia berjalan menuju rekan-rekan satu timnya yang telah menunggu. "Jadi, hanya sembilan orang yang ikut," katanya. "Soekawa-san bilang dia sedang sibuk, jadi dia tidak bisa ikut. Karena itu aku dan Semi-senpai yang akan memastikan kalian tidak berulah."
"Memangnya kami anak kecil?" cibir Tendou. Ekspresinya segera berubah tidak lama itu. "Sudahlah! Kalau begitu ayo pergi sekarang! Sebelum tempat itu penuh dan kita tidak mendapatkan tempat duduk!" katanya girang sembari melangkah pergi. Yang lainnya hanya menghela nafas dan bersama-sama tidak mengomentari hal-hal lainnya dan menurut saja.
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
"Aku pernah mampir kemari bersama ibuku! Kebetulan makanan di sini memang enak dan harganya terjangkau! Mereka juga menyediakan es krim, kau tahu!" Tendou berseru riang sembari melompat-lompat sedikit saat melangkah. Yang lain hanya mendengarkan cerita pengalamannya di tempat makan yang akan mereka tuju tersebut.
Yamagata tertawa pelan dan memukul pelan bahu Tendou. "Kau itu, kalau Tendou mungkin memang hanya peduli dengan es krim ya? Jangan katakan kau akan membeli banyak es krim cokelat nantinya?" tebaknya sembari menyeringai lebar.
"Kepalamu bisa membeku," tegur Semi sembari mendengus kesal. "Jangan lupa kalau kau juga perlu makan lebih banyak. Kau itu selalu saja makan dengan porsi yang sedikit, pantas saja kau bisa seperti ranting pohon," sindirnya kesal.
Tendou hanya mencibir. "Kalian saja yang makan terlalu banyak! Porsi makanku itu standar, kau tahu!" sanggahnya. "Kalau kalian selalu makan banyak, lama kelamaan kalian semua bisa gendut dan otot-otot kalian akan digantikan oleh lemak-lemak!"
"Selama kau makan sesuai yang kau butuhkan, kurasa kau tidak akan menjadi terlalu gendut. Lagipula kalian banyak gerak, makanan kalian pastinya akan terbakar tidak lama setelah itu," gumam (Name) sembari menatapi Tendou. "Lagipula aku dengar berat ideal untuk laki-laki dengan tinggi 187cm adalah 81kg," tambahnya.
"Geh! (Name)-chan jangan menyerangku juga!" rengek Tendou sembari segera berdiri di sebelahnya. "Apakah kau tersinggung karena aku mengatakan kalau kalian semua bisa gendut karena porsi makan kalian? Tolong maafkan aku!" rengeknya lebih nyaring lagi.
(Name) hanya menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya. Tendou segera berhenti merengek pada sang manajer ketika Leon menariknya agar (Name) kembali mendapatkan ruang lingkup pribadinya sendiri. Sesaat Tendou merengek lagi untuk lebih lama meskipun Leon sudah menahannya, sampai akhirnya dia benar-benar diam.
Pembicaraan mereka segera berganti setelah itu. Topik tentang restoran usulan dari sang guess blocker terlupakan untuk sementara, sementara para anggota tim voli Akademi Shiratorizawa membicarakan hal yang berbeda-beda. Entah dimulai dari mata pelajaran, latihan voli, atau tentang kegiatan sekolah atau klub yang akan datang.
Nada dering dari ponsel (Name) membuat pembicaraan terhenti seketika. (Name) sendiri hanya diam keheranan, sebelum dia mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang ia terima—sekaligus menjauh dari Tendou yang sudah terlihat ingin mengintip pesan yang ia dapat. (Name) terkejut, sesaat mengira dia akan mendapatkan pesan dari ibunya. Di luar dugaan gadis itu, dia malah mendapatkan pesan singkat dari teman masa kecilnya sendiri.
[Issei]
Heeeeey, kau tahu!
Hari ini aku tidak ada latihan!
Dan kapten manja akan mentraktir kami!
o(≧∇≦o)
Apa kau ingin bertemu kali ini? Aku merindukanmuuu
Akan kubelikan camilan kesukaanmu!
(Name) hanya menghela nafas, sebelum dia segera membalas pesan tersebut. Yang lainnya hanya memperhatikan untuk sesaat, sebelum akhirnya Leon yang angkat bicara, "Apakah itu dari ibumu?" dia bertanya.
Gadis itu hanya menggeleng. "Temanku," jawabnya singkat. "Katanya dia merindukanku dan ingin bertemu. Dan juga menyogok dengan camilan," jelasnya sembari memencet tombol 'kirim' pada layar ponselnya.
[(Name)]
Maaf, tapi aku tidak bisa hari ini
Tendou meminta team bonding, jadi kami pergi makan
Mungkin lain kali ya, Issei
Dia tidak menunggu balasan dari pemuda beralis tebal tersebut dan segera memasukkan ponselnya kembali pada saku roknya. Beberapa anggota voli lainnya hanya menatapi (Name) dengan sedikit terkejut, sampai akhirnya gadis itu membuka mulutnya lagi. "Aku sedang bersama kalian. Rasanya kurang nyaman kalau aku membatalkan rencanaku dengan kalian untuk teman yang tiba-tiba menghubungiku, bukan?" tanyanya.
Kawanishi mengangkat alisnya terkejut. "Kau tidak merindukannya?" tanyanya. "Dia merindukanmu, kau tahu. Tidak kusangka kau bisa sedingin ini pada temanmu sendiri," gumamnya pelan. Dia hanya tertawa pelan saat (Name) memukul lengannya kesal. "Hei, sakit!"
"Dia tetanggaku. Aku pasti akan bertemu dengannya kalau aku pulang," jelas (Name). "Lagipula, kami pernah bertemu beberapa hari yang lalu—hari Senin, aku ingat!" katanya. "Suatu kebetulan aku bertemu dengannya di minimarket. Kurasa satu pertemuan seperti itu cukup untuk membuatnya tidak merindukanku. Tapi sepertinya aku lupa kalau dia bisa menjadi sangat manja," gumamnya. 'Meskipun juga pertemuan kita hanya sekadar sapaan dan aku segera pergi.'
"Jadi, intinya seperti Tendou-san?" tanya Shirabu perlahan. "Sepertinya aku mulai mengerti mengapa kau bisa tahan dan kuat mengurusi seseorang yang aktif dan sulit diam seperti Tendou-san. Tidak kusangka kau sudah berpengalaman," gumamnya sembari menatapi manajer tersebut lekat-lekat.
Sesaat (Name) hanya diam, sebelum dia menyunggingkan sebuah senyuman—juga mengabaikan Tendou yang merengek karena kata-kata Shirabu. "Terima kasih banyak, akan kuanggap itu sebagai pujian," katanya. "Ngomong-ngomong, Tendou-san... kau yang tahu di mana restoran itu bukan? Tolong segera pimpin kami," pintanya, senyumannya hilang begitu saja.
Awalnya Tendou mencibir dan menolak, namun setelah didorong oleh Semi serta Leon dan juga tatapan kesal dari sang manajer, barulah dia kembali berjalan di depan bersama Ushijima. (Name) jelas-jelas mendengarnya mengoceh kepada sahabatnya tersebut tentang "(Name) kejam karena sudah mengabaikanku!" tanpa peduli kalau yang lain mendengarkan atau tidak.
Perlahan gadis tersebut tersenyum lagi, tawa pelan keluar dari sela bibirnya ketika dia memperhatikan tingkah laku senior-seniornya. Tawa tersebut juga tidak luput dari perhatian dua teman satu angkatannya serta adik kelas berambut mangkuk yang berjalan tidak jauh darinya. Tidak ada yang berkomentar, mereka hanya menatapi sang manajer dan tanpa sadar merasa ikut senang atau bahkan tersenyum.
Masing-masing angkatan pun terlibat dalam perbincangan mereka sendiri. Sementara para kelas tiga lebih fokus membicarakan voli dan latihan—'Mereka benar-benar berotak voli,' batin (Name) tanpa sadar saat tidak sengaja mendengar percakapan mereka—para kelas dua beserta Goshiki lebih terfokus pada keseharian mereka saja.
Ketika (Name) mengalihkan perhatiannya dari teman-temannya untuk sejenak, manik (e/c)nya menangkap sekelompok laki-laki dengan seragam yang terlihat sangat familiar baginya. Gadis itu terdiam sesaat, mengabaikan perbincangannya dengan teman-temannya sembari berusaha mengingat-ingat seragam yang ia lihat tersebut.
'Rasanya aku sering melihat seragam itu,' batin sang gadis, tanpa sadar dia memelankan langkahnya. 'Di mana ya? Jaket putih dengan kemeja ungu muda dan rompi sweater krem...' dia terdiam lagi untuk beberapa saat. Perhatiannya masih terfokus pada kelompok yang ia lihat, sampai akhirnya dia menyadari ada beberapa wajah yang familiar. 'Oh, tidak—'
"Tunggu dulu! Mau ke mana kau?!" Shirabu segera menggenggam lengannya ketika (Name) tiba-tiba saja berbalik dan berniat melangkah pergi. Gadis tersebut berhasil menepis genggaman Shirabu, namun tetap saja dia berhasil ditangkap—di luar dugaan semuanya oleh Semi sendiri.
"Bukankah kau lapar? Kenapa berusaha kabur?" tanya Semi keheranan. "Aku mengerti semisalnya kau baru sadar kalau pergi makan bersama dengan Tendou adalah pilihan terburuk, tetapi kita sudah dekat. Tidak ada gunanya untuk pulang sekarang dan makan di asrama, bukan?" dia bertanya lagi.
(Name) berusaha untuk menarik lengannya dari Semi, namun sama sekali tidak berhasil. 'Jangan katakan dia ingat kalau aku berkata dia jauh lebih kuat dari Shirabu?!' dia menggerutu pelan, sebelum akhirnya berhenti bergerak. "A-Aku melupakan sesuatu di asrama. Lagipula ada beberapa pakaianku yang lupa kucuci!" katanya mengada-ada.
"Payah sekali, melupakan cucianmu sendiri," gumam Kawanishi pelan. Dia hanya diam saja ketika (Name) menatapinya dengan sinis. "Tidak seperti biasanya. Lagipula besok hari Sabtu, kau bebas dan bisa menyelesaikan cucianmu besok bukan?" tanyanya.
'Sial, dia ada benarnya,' gerutu (Name) dalam hati. Dia terbata-bata untuk sesaat, sembari mengalihkan perhatiannya dari rekan-rekannya yang perlahan mulai terfokus pada mereka. (Name) semakin panik saat sadar bahwa dia sudah berada di depan restoran yang dibicarakan oleh Tendou. "I-Itu... aku... aku..."
"Ah! Ushiwaka?!"
Tubuh (Name) membeku saat dia mendengar suara yang familiar tersebut. Semi dan yang lainnya, di sisi lain, mengalihkan perhatian mereka dari (Name) dan menatapi orang yang baru saja memanggil sebutan sang kapten tersebut. Beberapa langsung terdiam dan menatapi kelompok di hadapan mereka dengan sinis, sementara manik (Name) langsung bertemu dengan tatapan malas dari orang paling tinggi di kelompok tersebut. Tidak lama setelah itu (Name) mengalihkan perhatiannya lagi dan berusaha menarik dirinya pergi.
"Oikawa," panggil Ushijima perlahan. Dia diam lagi untuk beberapa saat, matanya memperhatikan kapten tim voli putra Aoba Johsai tersebut beserta anggotanya, sebelum dia menatapi manik cokelat Oikawa dengan dalam. "Aku melihat bahwa kalian sedang tidak latihan," katanya datar.
Oikawa mengerutkan keningnya. "Hah, sepertinya kau lupa bercermin ya?" tanyanya kesal. Dia mengangkat dagunya sedikit. "Kau sendiri juga. Kukira kau akan memaksakan dirimu sampai kakimu benar-benar hancur. Merasa dirimu seorang jenius jadi kau tidak berlatih ya?" sindirnya, Iwaizumi di sebelahnya tidak berbicara tetapi menyikutnya.
Ushijima tetap diam. "Tidak, aku selalu bercermin sebelum berangkat sekolah untuk memastikan rambutku rapi," jawabnya. "Kami memang sedang tidak ada latihan. Pelatih meminta kami beristirahat," jawabnya. "Karena itu perintahnya, tentu kami menuruti. Kami akan mulai latihan lagi seperti biasa besok," jelasnya.
"Tch, jadi ternyata kau mengerti apa itu istirahat ya?" gerutu kapten tim lawan tersebut dengan kesal. "Tidak kusangka aku mendengarnya dari sang Ushiwaka sendiri," komentar Oikawa sembari melipat kedua lengannya di depan dadanya.
Iwaizumi menghela nafas pasrah dan menyikut temannya lagi. "Kau juga perlu bercermin," katanya pelan. "Tapi memang... untuk bertemu dengan kalian di luar lapangan... tidak kusangka," tambahnya sembari menatapi sinis Ushijima.
Ushijima hanya menatapi keduanya keheranan. Dia belum sembat berucap lagi ketika tiba-tiba Tendou melangkah mendekat dan merangkul sahabatnya. "Olololo~ senang sekali bertemu dengan kalian semua, Seijoh~" sapanya girang—meskipun dia tetap mendapatkan tatapan sinis dari keempat siswa kelas tiga dari tim tersebut. "Tapi sayang sekali, kami perlu pergi terlebih dahulu dan manajer manis kami sedang kelaparan~" (Name) di belakang hanya tersentak kaget dan berhenti meronta.
Sesaat gadis itu hanya diam di tempat, sebelum akhirnya dia berbalik. Genggaman tangan Semi sama sekali tidak melonggat, tetapi (Name) sendiri tidak kesakitan karenanya. Gadis tersebut memperhatikan tim di hadapan timnya sendiri, sebelum lagi-lagi matanya bertemu dengan sepasang mata yang sama. 'Ah, ini benar-benar canggung.'
"Hah? Jadi ternyata tim seperti kalian juga bisa memiliki seorang manajer? Aku baru tahu," sindir Hanamaki sembari menatapi middle blocker tersebut dengan kesal. "Tidak kusangka... tujuan kita sama, ya? Kalau begini pasti Oikawa akan berganti tujuan," tambahnya sembari menatapi sang kapten.
"Mau bagaimana lagi?" gerutu Oikawa. Dia mendecih lagi. "Sial, sepertinya kita harus kembali untuk makan ramen yang biasa kita kunjungi. Maaf ya semuanya!" katanya kepada teman-teman satu timnya. Dia baru saja akan berbalik ketika menyadari sang wakil kapten di sebelahnya masih diam di tempat—membatu bahkan. "Iwa-chan?"
Untuk sesaat hanya ada keheningan di antara kedua tim. Semuanya memperhatikan wakil kapten tim voli Aoba Johsai tersebut keheranan. Oikawa perlahan menusukkan jari telunjuknya pada pipi temannya dengan hati-hati, tetapi Iwaizumi mengabaikannya. Setelah beberapa saat berlalu, barulah dia berkata.
"(Surname)?"
Perhatian semua murid Shiratorizawa teralihkan kepada sang manajer, sementara siswa-siswa Aoba Johsai tampak keheranan—terutama Oikawa. (Name) sendiri langsung memucat dan diam di tempat, dia tidak bergerak meskipun Semi sudah melepaskan genggamannya. Gadis itu tersentak kaget ketika dia menjadi pusat perhatian hanya dalam beberapa saat.
Untuk beberapa saat, (Name) hanya menatapi Iwaizumi dengan terkejut. Iwaizumi sendiri terlihat kehilangan kata-kata, kedua matanya terbelalak, keheranan terlihat jelas di wajahnya. (Name) sendiri hanya bisa diam. Wajahnya sedikit pucat, matanya terbuka lebar, bahkan terlihat jelas kedua tangannya bergetar kecil. Semuanya diam, masing-masing juga bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Dengan canggung, gadis tersebut mengusap rambut (h/c)nya. Dia tersenyum kecil, namun canggung. "...A-Ah, halo Iwaizumi-san," sapanya dengan pelan. "Sayang sekali ya, kita bertemu lagi dalam kondisi seperti ini," sambungnya sembari perlahan mengalihkan perhatiannya.
"Eh...?"
"EEEHH?!"
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
Hoiyoy!
Waaah, reader bertemu dengan Iwaizumi lagi! (?)
bakal seberapa canggung ya pertemuan tidak terduga ini fufufu /plak
Hanya sekadar info
karena Matsukawa adalah tetangga reader, cuma dia (dari Seijoh) yang tau di mana reader bersekolah
Dan funfact!
Iwaizumi, Matsukawa, dan Hanamaki benci Tendou, seingat Demy disebutin di omake manganya, mereka diwawancarai oleh Kunimi dan ditanya siapa yang paling dibenci atau apa dari tim Shiratorizawa (Oikawa setia jawab Ushiwaka(?))
Demy nemu ini baru-baru ini, mungkin aja sebenernya ga penting banget. Seragam kemeja Aoba Johsai berwarna pale lilac atau ungu muda, sementara seragam kemeja Shiratorizawa berwarna biru muda
Intinya Demy baru sadar kalau mereka punya warna satu sama lain (biru dan ungu) dan menganggap ini sebagai easter egg atau apalah (?)
Semacam kayak Demy nemu kalo Karasuno punya seragam gakuran untuk laki tapi style katolik/seragam berjaket untuk perempuan. Sementara Nekoma punya seragam style katolik/seragam berjaket untuk laki-laki dan sailor untuk perempuan (?)
itu info sebenernya ga penting banget sih ahahah //shot
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro