Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03


(Name) menghela nafas panjang sembari mengusap keningnya. Sembari bertumpu pada lututnya sendiri, ia berusaha untuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Ketika sudah yakin ia bisa kembali bernafas dengan normal, gadis tersebut berdiri tegak dan perlahan mengeluarkan ponselnya. Helaan nafas lega ia hembuskan ketika melihat jam di layar ponselnya.


'Lima menit perjalanan dengan berlari, setidaknya lumayan juga,' gumamnya pelan. Dengan sedikit terhuyung-huyung ia melangkah memasuki minimarket di depannya. 'Sial, mungkin lari dari sekolah menuju tempat ini memang salah,' gerutunya sembari berusaha menstabilkan langkahnya. Ia tersenyum canggung ketika sang penjaga kasir menyapanya dengan senyuman ramah.


"(Surname)! Selamat datang, sepertinya kau sedang sibuk ya?" tanya wanita berusia 30-an tersebut. "Kenapa terburu-buru, nak? Terakhir kali kau datang kemari dengan berlari kau berakhir terjatuh dan melukai dirimu sendiri, lho," dia mengingatkan sembari tersenyum jahil kepada gadis yang tengah tersipu malu tersebut.


(Name) tertawa canggung. "Sore ini kami ada latihan tanding, tapi sepertinya aku lupa membeli bubuk minuman energi yang baru," katanya pelan. "Terima kasih sudah mengingatkan, Matsumoto-san."


Matsumoto hanya tertawa pelan. "Kalau begitu nikmati waktu belanjamu, lakukan yang terbaik saat latihan ya~" katanya sebelum ia kembali terfokus pada majalah di tangannya.


Sang manajer mengangguk pelan, sebelum ia perlahan melangkah menuju lorong untuk minuman-minuman. Tidak perlu memakan waktu lama bagi (Name) untuk memilih bubuk minuman yang ia perlukan dan segera mengambil dua dari bubuk minuman yang ia perlukan. Ia menghela nafas lega mengignat merek kesukaan anggota lainnya tersedia—(Name) menjadi kesal sendiri mengingat hanya Tendou yang terbilang pilih-pilih mengenai banyak hal.


Ketika (Name) baru saja akan berjalan kembali menuju kasir, dia berhenti tepat di depan kulkas kaca. Sesaat maniknya menatapi sekaleng (f.drink) di dalam kulkas itu, sebelum ia menggigit bibirnya sendiri. Kebetulan cuaca di luar sedang panas, mungkin sebaiknya dia juga membeli minuman untuk dirinya.


Perhatiannya teralihkan ketika ia melihat minuman lain. 'Tendou-san suka susu cokelat bukan?'pikirnya sesaat. Ia melihat minuman lainnya di dalam kulkas tersebut, sebelum bergumam pelan. '..Siapa lagi yang suka teh? Oh, Ohira-san dan Semi-san. Kalau Yamagata-san dan Shirabu-kun lebih memilih kopi..' ia terdiam lagi untuk beberapa saat, berpikir sembari memperhatikan minuman di dalam kulkas itu. "..Mungkin sebaiknya aku belikan minuman yang lain untuk mereka juga."


Setelah kalimat itu ia ucapkan, (Name) segera berjalan menuju letak keranjang belanjaan berada. Ia meletakkan dua bungkus bubuk minuman berenergi di tangannya pada keranjang tersebut dan mengambilnya. Sebelum berjalan lagi menuju kulkas tadi, ia hanya menghentikan langkahnya sejenak ketika mendengar suara bel dari pintu yang menandakan ada orang lain yang datang.


'Kukira tidak akan ada yang datang di jam ini,' batinnya sembari perlahan mulai mengambil minuman-minuman dari kulkas. '(f.drink) untukku, teh untuk Ohira-san dan Semi-san, kopi susu untuk Yamagata-san dan Shirabu-kun..' Ia terdiam untuk beberapa saat, sebelum menatapi minuman lainnya. 'Tunggu dulu, Kawanishi suka apa ya?'


"Hei~ hari ini kapten akan mentraktir kita~" (Name) terlepas dari benaknya sendiri ketika mendengar suara berat seseorang terdengar mengisi seluruh minimarket. Sang manajer hanya bisa menganggap kalau mereka adalah sekumpulan siswa yang baru selesai sekolah.


"H-Ha? Sejak kapan aku mengatakannya?!" kali ini suara lain—sedikit lebih tinggi dari suara sebelumnya—menyahut. (Name) hanya tertawa dalam hatinya sembari mengambil satu kotak susu cokelat dari kulkas.


"Benarkah?! Terima kasih banyak, Kapten!"


"Tunggu dulu! Hei, Matsun! Bisakah kau berhenti menindasku?! Jangan membuatku harus membayar semuanya! Uangku juga sedang menipis!" (Name) terdiam sesaat dan menengok menuju asal suara—gadis itu bisa melihat kepala murid-murid tersebut dari tempatnya, meskipun hanya ujungnya. "Sudahlah! Lagipula aku perlu pulang lebih cepat untuk bertemu dokter! Iwa-chan ayo!"


"Biarkan aku membayar terlebih dahulu," (Name) merasakan tubuhnya membeku seketika saat mendengar suara yang familiar tersebut. Ia menggigit lidahnya sendiri dan berjongkok di lantai.


'Tuhan, semoga aku hanya membayangkannya saja,' batin sang gadis berambut (h/c) dengan pasrahnya. Ia mengepalkan tangannya, sekaligus berusaha untuk menahan dirinya agar tidak terlena rasa ingin tahunya agar dia mengintip dari ujung lorong. Dia tahu akan sangat canggung kalau dia dan Iwaizumi bertemu—terlebih lagi saat dia bersama anggota timnya.


(Name) mengeluarkan ponselnya dan melihat jam lagi, sebelum ia mengerang pelan. 'Ah, aku harus cepat sebelum yang lainnya tiba,' pikirnya. Ia menatapi deretan minuman di depannya untuk beberapa saat, sebelum menghela nafas berat. '..Kubelikan jus saja untuk Kawanishi,' katanya sembari mengambil kotak jus dan memasukkannya dalam keranjangnya.


Merasa sudah cukup, (Name) segera berdiri dan melangkah menuju kasir dengan langkah sedikit cepat. Dalam lubuk hatinya ia berharap agar tidak berakhir bertemu atau menabrak kumpulan siswa-siswa yang datang tadi—(Name) masih bisa mendengar suara mereka dari seberang ruangan.


'Sebaiknya kukabari yang lain juga,' batinnya sembari mengeluarkan ponselnya. 'Akan sedikit menyusahkan kalau Kawanishi tidak suka jus. Dia punya alergi bukan? Alergi apa yang dia miliki?' pikirnya. 'Ah, sudahlah.. aku juga harus menyiapkan minuman—!!' "Ah—!"


(Name) melepaskan genggamannya pada ponsel dan keranjang belanjaan miliknya. Ia melangkah mundur dan mengusap hidungnya sendiri sembari memejamkan kedua matanya. Dalam hatinya ia mulai mengumpat dan berteriak—ketika dia berharap untuk bertemu dengan orang lain atau menabrak mereka, dia berakhir tetap menabrak salah satu dari mereka.


"A-Aduh!" (Name) membuka matanya perlahan, sebelum menatapi pemuda di hadapannya yang juga baru saja menjatuhkan camilan yang ia bawa. Gadis tersebut langsung menahan nafasnya ketika melihat jaket putih dan hijau tosca yang dipakai pemuda berambut cokelat muda di depannya. Pemuda tersebut menggerutu kesal sembari mengambil camilan yang ia bawa, sebelum ia menatapi (Name) dengan kesal. "Hei! Kalau berjalan lihatlah depan..mu.."


Ketika pandangan mereka bertemu, (Name) hanya bisa mengerutkan keningnya. "Maafkan aku," katanya lirih sebelum ia berjongkok dan mengambil keranjang serta ponselnya. "Aku ceroboh, maafkan aku," dia mengulangi sembari berdiri bersamaan dengan pemuda tersebut.


"O-Oh! T-Tidak! Maafkan aku juga!" pekik pemuda itu. "A-Aku juga kurang berhati-hati! Seharusnya aku juga melihat depanku, ahahah!" ia tertawa canggung sembari mengusap tengkuknya. (Name) hanya memperhatikannya, menyadari wajahnya sudah semerah tomat.


"Tidak, ini salahku," kata (Name), setenang yang ia bisa, meskipun tangannya mulai gemetaran karena rasa gugupnya. "Aku yang berjalan sambil menatapi ponselku," ia perlahan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, sebelum dia membungkuk pada pemuda itu. "Kalau begitu, permisi.." dengan sedikit terburu-buru, (Name) berjalan melewati pemuda itu dan berjalan menuju kasir.


"E-Eh, t-tunggu dulu!" pinta pemuda tersebut, tanpa sadar menahan tangan (Name) yang tidak memegangi keranjang belanjaannya. "A-Anu, maaf kalau aku terbilang aneh. Tapi, apakah boleh kalau aku ingin mendapatkan.. n-namamu..?" saat (Name) berbalik dan menatapinya keheranan, dia langsung gelagapan dan melepas tangan gadis itu.


(Name) hanya diam di tempat, menatapi pemuda itu dengan keheranan. 'Kukira dia akan sedikit sinis kepadaku. Maksudku, dia murid Seijoh dan aku..' sesaat (Name) menatapi kaos hitam yang ia pakai. 'Oh, aku lupa kalau aku tidak pakai jaketku,' ia menghela nafas pendek sembari mengusap tengkuknya sendiri.


"Ah, maksudmu.. kau ingin tahu namaku?" tanya (Name) dengan canggung. Ia terdiam ketika pemuda di hadapannya mengangguk dengan kencang—saking gugupnya, menurut (Name). "..Itu.. namaku—"


"Oh, Yahaba? Apa yang terjadi di sini?" (Name) tersentak kaget ketika mendengar suara berat seorang laki-laki dari belakangnya, ia menjerit dalam hatinya—mengutuk dirinya yang bisa-bisanya terjebak di sini, meskipun seharusnya dia kembali ke sekolah sesegera mungkin. "Oh, siapa perempuan ini? Apa kau berusaha menggoda perempuan yang kau temui lagi? Kau pasrah ya?"


"B-Bukan itu!" pekik pemuda berambut cokelat muda di depan (Name). "A-Aku tidak sengaja menabraknya! Itu saja!" dia menambahkan sembari mengayunkan lengannya. Dia baru semakin panik ketika mendengar tawa dari teman-temannya.


(Name) lagi-lagi terdiam ketika mendengar suara berat lainnya—namun tetap saja terdengar familiar, terlalu familiar, baginya. Ia menelan ludahnya sendiri, dan melirik belakangnya. "Oh, tapi kalau dipikir.. aku tidak tahu kalau seleramu adalah perempuan yang tinggi seperti ini," kata pemuda tersebut. "..Hmm? Hei, manis, rasanya aku pernah melihatmu di suatu tempat? Apakah kau berkenan untuk berbalik?" tanyanya perlahan



Temannya tertawa—dan sepertinya menyikutnya juga. "Hei, bung. Aku tak tahu kalau tipemu juga yang seperti ini," katanya. "Kukira kau suka perempuan yang kecil manis, dan berdada be—"


"Tidak perlu kau katakan," balas Matsukawa sembari menampar punggung temannya. "Setidaknya biarkan posisiku tetap sebagai pemuda keren dan tampan, Hanamaki. Meskipun tidak terlihat aku juga ingin memiliki kekasih, kau tahu," rengeknya pelan.


(Name) perlahan berbalik, pikirannya terisi oleh berbagai do'a dan permintaan agar tidak bertatapan dengan orang yang ia harapkan. Sembari mengencangkan genggamannya pada keranjang yang ia bawa, ia sepenuhnya berbalik dan bertatapan langsung dengan dua siswa jangkung dengan senyuman jahil khas mereka. Yang lebih tinggi dengan rambut keriting hitam dan alis tebal, sedangkan kawannya memiliki rambut mirip merah muda dan tatapan malas.


"Geh—!"


Matsukawa mengangkat alisnya terkejut ketika melihat reaksi gadis itu. Ia terdiam untuk beberapa saat, sebelum tersenyum pasrah. "Oh, hei.. itu bukan sapaan yang pantas, kau tahu?" katanya pelan. "Setidaknya katakan saja, 'Lama tidak bertemu, Issei-kun!' atau 'Kyaaah~ Issei-kuuun~', seperti itu. Buatlah sesuatu yang heboh," cibirnya.


"Tetaplah bermimpi," desis (Name) tanpa pikir panjang. "Ah, di antara semua orang kenapa harus kau. Sekarang rasanya hanya akan semakin canggung," gumamnya perlahan sembari mengusap keningnya dengan tangan kosongnya.


Pemuda beralis tebal itu hanya tertawa pelan, sebelum temannya segera membuka mulutnya. "Yo, (Surname)-chan! Tidak kusangka kita bertemu di sini!" sapanya girang. "Apa aku bisa menemui di minimarket sana kapan-kapan? Rasanya sudah lama kita tidak bertemu, ya~"


(Name) menghela nafas berat saat teman-teman kedua pemuda itu perlahan berkumpul dan menatapi gadis itu dengan keheranan. 'Ah, bagus. Sekarang aku jadi pusat perhatian, sesuatu yang kuinginkan,' gerutunya dengan kesal. "Aku tidak akan bekerja di sana untuk beberapa lama. Selain itu, kenapa kalian di sini?" tanyanya, meskipun ia berusaha santai tetap saja dia masih terdengar sinis dan kesal.


"Ini hari Senin. Kami tidak ada latihan setiap Senin," kata Matsukawa sembari tersenyum jahil. "Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau di sini? Tidak mengurusi teman-temanmu itu?" tanyanya perlahan sembari mencondongkan tubuhnya menuju (Name).


"Aku baru saja akan pulang," kata (Name) sembari perlahan membungkuk kepada keduanya. "Maka dari itu, permisi," katanya. Sesaat ia melirik menuju Yahaba dan menundukkan kepalanya pada pemuda itu, sebelum dia berjalan menuju kasir dan segera membayar barang belanjannya dan lari keluar minimarket.


Semua anggota tim voli Aoba Johsai hanya bisa menatapi gadis berambut (h/c) tersebut berjalan pergi, sebelum mereka kembali melakukan kegiatan mereka—memilih camilan dan minuman. Matsukawa dan Hanamaki hanya terkekeh pelan bersama dan mulai berbicara pada satu sama lain, seakan-akan kemunculan (Name) tadi bukanlah apa-apa bagi mereka.


"A-Anu.. Matsukawa-san, Hanamaki-san," perhatian dua murid kelas tiga tersebut teralihkan menuju adik kelasnya dengan rambut jabrik seperti lobak. "Tadi itu siapa?" tanyanya. "Apakah dia kenalan kalian berdua?"


"Maksudmu (Name)?" tanya Matsukawa. "Ooh, kebetulan dia adalah tetanggaku. (Name) kecil yang pemalu, dulu di taman dia selalu seorang diri di bawah pohon dan menonton adik-adiknya bermain," katanya diakhiri oleh tawa pelan. "Dia manis bukan? Sayang sekarang aku jarang melihatnya," katanya.


"M-Matsukawa-san mengenalnya?!" pekik Yahaba kaget. "Ugh, sial! Kenapa senior-senior selalu mengenal perempuan yang manis?!" keluhnya kesal sembari menggaruk rambut cokelatnya.


Hanamaki tertawa mendengar keluhan adik kelasnya. "Kalau boleh jujur dia tidak sepenuhnya manis sih," gumamnya. Ia menghela nafas pasrah dan melipat kedua lengannya. "Ketika aku pertama kali bertemu dengannya dan langsung menggodanya, wajahnya benar-benar masam dan dia menatapiku dengan sangat sinis," jelasnya.


"Hanamaki-san tidak mengenalnya seperti Matsukawa-san?" kali ini seorang murid kelas satu berambut belah tengah yang bertanya. "Kukira kalau Matsukawa-san kenal, berarti Hanamaki-san juga akan kenal dia."


"Oh, aku bukan tetangganya," jawab Hanamaki. "Aku bertemu dengannya tahun lalu, dia kerja sampingan di minimarket dekat rumahku tiap akhir minggu. Tapi belakangan hari ini aku tidak melihatnya."


"Kudengar dia semakin sibuk di sekolah. Karena itu dia jarang pulang," kata Matsukawa sembari mengambil sekaleng kopi dari kulkas. "Sekolahnya memiliki asrama, karena jaraknya lumayan jauh dari rumahnya dia tinggal di asrama dan pulang tiap akhir minggu. Kadang kala dia tidak bisa kerja sampingan karena kelelahan juga, karena itu mungkin sekarang dia jarang pergi keluar."


Anggota lainnya hanya menatapi Matsukawa dengan sedikit terkejut—tidak menyangka pengetahuannya tentang gadis itu terbilang banyak. Hanamaki hanya terkekeh pelan dan menyenggol bahu temannya, sementara yang lainnya segera kembali pada aktivitas mereka.


"Oh, apa Matsukawa-san menyukainya?" tanya murid kelas dua dengan rambut buzz-cut dengan girang, seakan itu adalah pertanyaan kabar seniornya.


Namun Matsukawa hanya tertawa. "Entahlah, mungkin saja?" katanya sembari menyeringai jahil kepada teman-teman satu timnya. "Ngomong-ngomong ayo cepat. Kalian semua juga harus pulang, bukan? Jangan sampai kalian pulang terlalu malam," tegurnya sembari berjalan menuju kasir dengan sekaleng kopi dan sebungkus roti melon.


"O-Osu!"


⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


(Name) menghela nafas panjang sembari berjalan cepat menyusuri jalanan. Matanya terkadang melihat ke depan, sebelum kembali terfokus pada layar ponselnya lagi—dia tidak mau mengalami kejadian yang sama dan berakhir menabrak orang asing, akan memalukan baginya. Pada akhirnya ia memencet tombol 'kirim' dan menghela nafas panjang.


[(Surname)]

Hei, aku membeli minuman untuk kalian semua ( ' ' )

Dan kuharap kau menyukai jus, aku tidak tahu minuman kesukaanmu. Maaf •́•̀๑)


[Kawanishi-kun]

...

Hei

Bisakah kau manis di luar sms seperti ini? Rasanya aneh kalau kau sangat manis di tiap pesan yang kau kirim tapi datar bukan main di luar ponsel


[(Surname)]

(=^^=)


[Kawanishi-kun]

(/_\)Maafkan aku


Sang manajer mendengus kesal. Ia perlahan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan mulai berlari menyusuri jalanan. Semburat merah menghiasi pipinya. Selama perjalanan ia diam saja, memikirkan betapa lamanya dia di minimarket tadi karena para anggota tim Aoba Johsai. Tepat ketika kakinya memasuki gerbang Akademi Shiratorizawa, ia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan lagi kepada teman sekelasnya tersebut.


[(Surname)]

Maafkan aku juga. Sepertinya aku terlalu kasar..


(Name) perlahan berjalan menuju gym sekolahnya. Perlahan mulai mengutuk jarak gerbang masuk dan gym yang jauh—lagipula gym terletak dekat dengan bagian belakang sekolah. Mengingat dia juga harus membuat minuman dan menyiapkan kursi-kursi, (Name) hanya berakhir berjalan cepat. Perhatiannya teralihkan ketika ia merasakan getaran dari saku celananya.


Sang manajer mengeluarkan ponselnya dengan sedikit terburu-buru, sebelum dia membuka pesan baru yang ia dapatkan. Namun ia hanya menatapi layar ponselnya kebingungan ketika mendapatkan pesan terbarunya juga dari sang middle blocker bertampang malas.


[Kawanishi-kun]

[Kawanishi unsent a message]

Tenang saja, aku tidak se-sensitif itu. Tapi tolong cepat pulang, aku haus

Maksudku kami..

(*'ڡ'●)


"Apa-apaan dia?" gumamnya keheranan. (Name) terdiam lagi, menatapi pemberitahuan pesan yang dihapus oleh Kawanishi sebelum dia bisa membacanya. Perlahan ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya lagi dan mempercepat langkahnya menuju gym sekolah.



⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


Hoiyoy!

Kali ini lebih berfokus pada Seijoh, ya seenggaknya sebagai perkenalan anggota Seijoh dengan reader tersayang (?)

Dan sepertinya Demy emang cinta sama Matsukawa sampe ngasih dia peran yang deket sama reader ahahah /plak


Oh! Kira-kira pesan apa yang dihapus sama Kawanishi ya?

Semuanya berdasarkan imajinasi dan versi kalian masing-masing

Demy bayanginnya "Kau masih tetap manis kok" uhuhu /plak

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro