Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02


(Name) menghela nafas panjang sembari melangkahkan kakinya menuju gedung gym milik sekolahnya. Ia menggigit (ikat rambut/jepit rambut)nya, sementara kedua tangannya berusaha merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dari biasanya—sedangkan sebuah tas selempang menggantung di bahunya. Siswi tersebut hanya bisa menggerutu kecil—saat pelajaran terakhir tadi dia berlari menuju toilet terjauh agar bisa menghilangkan rasa kantuknya, alhasil rambutnya menjadi jauh lebih berantakan dari biasanya.


Ketika dia berhasil menaklukkan rambutnya sendiri, (Name) hanya bisa menghembuskan nafas lega dan segera mengganti sepatunya di depan pintu masuk gym. Sesaat matanya terfokus pada beberapa pasang sepatu yang berceceran di sekitarnya, sebelum ia segera merapikannya dan memasukkannya ke dalam rak sepatu yang tersedia.


Suara decitan sepatu dan percakapan beberapa orang dapat terdengar dari gym—(Name) langsung menyadari mereka adalah para kelas 1, tepat ketika teringat tidak ada sepatu yang familiar di matanya tadi. Sembari menggerutu pelan (Name) berjalan memasuki gym, sebisa mungkin tidak membuat kaget adik kelasnya dan berkata dengan nyarin, "Tolong rapikan sepatu kalian sebelum masuk. Kalian sudah diajari mengenai hal itu semenjak sekolah dasar, bukan?"


Seisi gym menjadi hening ketika suara sang manajer terdengar nyaring. Seketika semuanya menghentikan aktivitas mereka, sebelum segera membungkuk kepada (Name). "Osu, (Surname)-san! Maaf sudah menyusahkan!" kata mereka nyaring. (Name) tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.


"Sudahlah, segera selesaikan apa yang kalian lakukan. Para senior dan kelas dua sedang berjalan kemari," katanya sembari meletakkan tas yang ia bawa di atas bangku pada sisi lapangan. "Akakura-kun, Sagae-kun, tolong siapkan net-nya," pintanya kepada dua junior yang kebetulan tidak jauh darinya. "Aku akan mengambil bola."


"Siap, Senpai!" kata keduanya sembari berjalan bersama (Name) menuju gudang.


Sementara dua murid kelas satu tersebut mengambil jaring dan tiang yang diperlukan, (Name) beralih berjalan menuju keranjang bola dan mulai mengecek tiap bola satu per satu. Setelah memastikan semua bola ada di dalam keranjang dan tidak ada yang kempis, manajer tersebut segera keluar dari gudang sembari mendorong keranjang bola.


"Dan ini dia! Sang manajer cantik jelita!" (Name) menghela nafas pasrah ketika mendengar suara ceria yang amat familiar baginya, dia hanya mengabaikan suara itu dan segera meletakkan keranjang yang ia dorong di sisi lapangan. "(Surname) (Name)! Seorang gadis dengan tatapan sedingin es! Namun di dalamnya ia adalah seorang gadis baik hati yang pemalu—seorang tsundere, tentunya!"


"Tendou-san," (Name) melepaskan salah satu tangannya pada keranjang bola voli untuk meletakkannya pada pinggangnya, sebelum menatapi senior berambut merah itu dengan kesal. "Kau terlalu banyak membaca komik—dan kenapa kau tidak membantu yang lain menyiapkan lapangan saja?," tegurnya, Tendou hanya diam dan mengalihkan pandangannya dari sang manajer. "Lagipula.. apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Kukira tsundere di klub kita adalah Semi-san dan Shirabu-kun."



"Aku bukan seorang tsundere," sanggah kedua setter tersebut bersamaan. (Name) dan Tendou hanya tersenyum mendengarnya, namun Shirabu segera melanjutkan, "Dan berhenti menggunakan istilah-istilah seperti itu padaku. Untuk terakhir kalinya, aku bukanlah seorang tsundere."


(Name) hanya tertawa pelan, sebelum perlahan ia memperhatikan para anggota inti tim voli yang mulai melakukan pemanasan. "Kalian akan lari seperti biasanya?" tanya sang manajer perlahan, sembari mengeluarkan sebuah buku dari tas yang ia bawa. "Tolong jangan lupa untuk pastikan pemanasan kalian itu benar. Ngomong-ngomong rute mana yang akan kalian ambil?" tanyanya sembari membuka buku catatannya.


"Wakano 3-chome, seperti biasanya," jawab sang kapten datar. Hanya sebuah jawaban singkat, padat, dan jelas. Sebuah jawaban yang pastinya hanya akan keluar dari sang Ushijima Wakatoshi sendiri.


"Ooh, baiklah," (Name) segera duduk pada bangku yang tersedia dan mulai menulis pada buku catatannya. "Apa hari ini akan memakai hukuman juga?" tanyanya. "20 jump serves bagi anggota yang tertinggal jauh. Aku akan menghitung waktu kalian," sang manajer menambahkan sembari mengeluarkan sebuah stopwatch dari tas yang sama. Ia hanya tersenyum simpul ketika melihat para kelas 1 dan beberapa anggota lainnya membeku ketika mendengar kata-kata dari sang manajer.


"Kurasa tidak perlu," kali ini sang wakil kapten, Soekawa Jin, yang menjawab. "Hari ini akan ada universitas yang datang, bukan? Lebih baik kalau hari ini kita berfokus untuk mempersiapkan tubuh kita untuk latihan tanding nanti. Mungkin besok baru kita pakai lagi sistem hukuman itu," dia menambahkan.


(Name) hanya membalas dengan sebuah anggukan. "Kalau begitu tidak ada," katanya. "Baiklah, kalau begitu lakukanlah yang terbaik. Universitas Tohoku akan tiba kurang lebih satu setengah jam, setidaknya ada waktu yang cukup untuk melakukan satu set latihan," dia menambahkan sembari berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan mengecek keperluan untuk pertandingan nanti."


Sang manajer baru saja akan melangkah pergi, namun ia berhenti ketika mendengar suara tawa dari salah satu seniornya—yang lain tidak lain adalah Tendou sendiri. Sesaat gadis berambut (h/c) itu hanya bisa mengerutkan keningnya, sembari menatapi guess monster itu dengan keheranan, namun tidak ada pertanyaan terlontar dari bibirnya.


"(Name)-chan selalu seperti ini, ya?" gumam Tendou. "Padahal aku berharap manajer kita itu lebih berekpresi dan ceria. Setidaknya tidak seperti Ushijima versi perempuan dan lebih cerewet!" dia menambahkan sembari menjentikkan jarinya. "Yah, setidaknya kau juga suka komik!"


Leon hanya tertawa pelan mendengarnya. "Sepertinya kau juga perlu sadar kalau impianmu tidak akan selalu tercapai," katanya sembari melepas jaketnya dan melipatnya dengan rapi. "Dan terima kasih atas kerja kerasmu, (Surname)."


(Name) baru saja akan membalasnya, ketika suara Shirabu sendiri sudah mendahului sang manajer. "(Surname) dan Ushijima-san itu berbeda jauh. Rasanya tidak mungkin kalau mereka disamakan," katanya sembari menatapi (Name) dengan datar. "Kalau dibandingkan, Ushijima-san jauh lebih kuat dan berwibawa."


Lagi-lagi (Name) kehilangan kesempatannya untuk berbicara ketika Tendou memotongnya. "Kenjirou, kau terlalu sadis kepada (Name)~" katanya. "Apa kau kesal karena ranking-nya berada di atasmu? Itu tidak baik~ lagipula, Wakatoshi-kun!" kali ini Tendou berbalik untuk menatapi Ushijima yang masih melakukan pemanasan. "Katakan pada yang lain kalau kau dan (Name) itu mirip!" pintanya.


Untuk beberapa saat Ushijima hanya menatapi Tendou dengan kebingungan. Ia mengalihkan perhatiannya untuk memperhatikan sang manajer yang hanya bisa mengurut keningnya, sebelum menggeleng pelan. "Aku adalah seorang laki-laki, (Surname) adalah seorang perempuan. Sudah jelas kalau kami berbeda," katanya.


Leon, Semi, dan Yamagata hanya melepas tawa pelan, sementara Tendou terlihat kecewa dengan jawaban dari sahabatnya. (Name) sendiri hanya bisa menggeleng pelan dan menghela nafas pasrah. 'Dan mereka kira tim voli kami itu selalu serius dan menakutkan. Padahal yang sering kami bicarakan adalah hal-hal yang tidak penting,' batinnya.


"Sudahlah," (Name) akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara. "Aku dan Ushijima-san itu berbeda. 180 derajat," katanya. "Dan juga cepat lakukan lari kalian. Jangan sampai waktu latihan habis hanya dengan berbasa-basi seperti ini. Kira-kira bagaimana kalau Washijou-sensei tahu ya.." sebuah senyuman kecil terukir pada bibir (Name) ketika beberapa anggota langsung membeku dan segera menyelesaikan pemanasan mereka.


Sang manajer terkekeh geli. Dia baru saja akan melanjutkan kegiatannya, ketika dihentikan oleh suara nyaring seorang murid kelas satu. "Ushijima-san! Kali ini aku tidak akan kalah! Aku akan mengejarmu dan tiba di sekolah sebagai yang pertama!" kata Goshiki dengan penuh rasa percaya diri. Tanpa perlu melihat sang calon ace itu sendiri (Name) sudah bisa merasakan seberapa panas kobaran api semangatnya.


Ushijima hanya menatapi Goshiki untuk sesaat, sebelum dia mengangguk pelan. "Baiklah. Kalau begitu ayo mulai berlari," ajaknya sembari perlahan mengganti sepatunya dan bersiap berjalan keluar gym.


Nyaris semua orang di dalam gym tertawa mendengarnya. Sementara Tendou dan beberapa murid kelas satu lainnya sudah mulai terkekeh sendiri, para senior hanya bisa menggeleng-geleng dan menghela nafas pasrah. (Name) menggigit bibirnya sendiri untuk menahan tawa, sebelum ia berjalan mendekati satu-satunya anggota reguler kelas satu di tim volinya.


"Tenanglah Goshiki, itu berarti Ushijima-san tahu kau benar-benar akan melakukannya," katanya sembari menepuk bahu laki-laki berambut mangkuk tersebut. "Karena itu lakukan yang terbaik dan kalahkan Ushijima-san. Aku yakin kau bisa melakukannya," dia mengusap kepala adik kelasnya—meskipun sedikit kesulitan mengingat jarak tinggi mereka.


Kedua mata Goshiki berbinar-binar mendengarnya. "O-Osu! Akan kulakukan yang terbaik!" katanya sembari mengepalkan kedua tangannya. Kedua pipinya merona untuk beberapa saat. "Aku akan membuktikan kalau aku akan menjadi ace baru dalam tim ini!" dia menambahkan sembari mengepalkan kedua tangannya.


(Name) mengangguk dan tersenyum kecil. Tidak perlu waktu lama, senyumannya menghilang ketika melihat Shirabu sudah menatapi keduanya dengan sinis. "Memanis-maniskan kata-katamu seperti itu tidak akan membantu," katanya sembari meletakkan jaketnya di bangku.


Sang manajer hanya terdiam menatapi Shirabu, sebelum dia menyeringai jahil dan memiringkan kepalanya. "Eeh? Apakah ini seperti yang kubayangkan? Apa kau iri?" tanyanya perlahan. "Shirabu-kun, apa kau juga ingin kuberi kata-kata yang manis? Aku tidak keberatan, kau tahu. Memberikan kata-kata manis itu seperti keahlianku," katanya sembari mengibaskan rambutnya.


Shirabu menatapi (Name) dengan terkejut, sebelum ia menggerutu pelan. "Maaf, tidak perlu," katanya, semburat merah menghiasi pipinya. "Tidak kalau itu darimu," sambungnya sebelum segera melangkah mengikuti Ushijima yang sudah bersiap berlari.


(Name) hanya terkekeh melihat reaksinya. Ia memperhatikan satu persatu anggota voli lainnya mulai berjalan meninggalkan gym. Dia baru saja akan berjalan pergi ketika merasakan sebuah elusan pelan di kepalanya.


Ketika (Name) menengok, dia mendapati Kawanishi tengah menatapinya dengan datar, sebelum berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada sang manajer. (Name) berdiri keheranan, sebelum dia mengusap kepalanya sendiri dengan kebingungan. Dia berdiri di tempat untuk beberapa saat lebih lama, sebelum menghela nafas pendek.


"(Surname)-senpai!" sang manajer menengok ketika namanya disebut, sebelum menatapi keheranan dua adik kelasnya yang berjalan mendekat. "Kami sudah menyiapkan lapangan dan memastikan tape, handuk, dan bibs sudah tersedia! Hanya tersisa minuman saja—botolnya sudah kami hitung," dia menginformasikan.


"Oh, terima kasih banyak.. padahal kau tidak perlu melakukannya," kata (Name). "Kalau begitu segeralah pergi. Lakukan yang terbaik dan jangan mengambil jalan pintas," dia menambahkan sebelum berjalan pergi.


(Name) menghela nafas lega ketika melihat semuanya sudah pergi untuk lari. Dia segera berjalan menuju tas botol minuman yang sudah diletakkan di sebelah kursi. Ia mengangkatnya dan membawa tas tersebut keluar dari gym. Ia baru menundukkan kepalanya ketika melihat dua pelatih Shiratorizawa tengah berbincang tidak jauh dari gym.


'Kukira mereka akan telat. Ternyata mereka masih di luar,' pikir sang manajer sembari berjalan menuju keran air sembari mempersiapkan tas yang ia bawa. 'Sagae dan Akakura sudah mengecek botolnya, 'kan? Kalau begitu yang perlu kulakukan hanyalah..' sang manajer terhenti ketika menyadari toples bubuk minuman berenergi yang tersedia jauh lebih ringan dari yang dia kira.


"..Jangan bilang," (Name) perlahan emmbuka tutup toples tersebut, sebelum mendapati bubuk minuman energi tersebut sudah hampir habis. "Di saat seperti ini?" gerutunya sembari menutup kembali toples tersebut. Perlahan ia segera melangkah cepat menuju gym dan mengambil dompet dan ponselnya di dalam tas.


Helaan nafas lega keluar dari sela bibirnya ketika melihat jam di layar ponselnya. "Setidaknya masih ada waktu," katanya sembari mengecek kembali isi dompetnya. "Setidaknya uang klub masih cukup," gumamnya sebelum berjalan keluar gym. Dengan sedikit rasa takut di hatinya, dia berjalan mendekati dua pelatih tim voli yang masih asik berbicara.


Keduanya menyadari kedatangan manajer tepat ketika (Name) sudah sekitar sepuluh langkah dari mereka. (Name) tersentak kaget ketika Pelatih Washijou langsung menatapinya, sebelum ia menundukkan badannya sebagai sapaan—sang manajer sempat menghembuskan nafas yang sudah ia tahan cukup lama ketika Washijou membalas dengan anggukan pelan.


"Oh, ada apa (Surname)-san?" tanya Pelatih Saitou sembari tersenyum ramah kepada manajer tersebut. "Apakah semuanya sudah disiapkan? Universitas Tohoku akan datang tidak lama lagi, bukan?" tanyanya.


"Semua kelas satu dan anggota bukan pemain sudah membantu mempersiapkan lapangan, setidaknya sekarang hanya minuman saja yang belum," (Name) menjelaskan dengan singkat. "Dan.. Saitou-sensei, aku juga akan pergi—bubuk minumannya habis, sepertinya aku lupa untuk membeli yang baru saat belanja kebutuhan klub minggu lalu," katanya.


Saitou tersenyum dan mengangguk pelan. "Kalau begitu aku akan menjaga gym untuk sementara waktu," katanya. "Tapi, terima kasih banyak atas kerja kerasmu, (Surname)."


"Dan jangan ceroboh lagi lain kali," teguran dari Washijou membuat (Name) tersentak kaget dan membeku sesaat di tempat. "Kalau kau lupa di saat yang penting, nantinya kau yang akan kesulitan," sambungnnya sembari berjalan perlahan menuju gedung gym.


(Name) hanya mengangguk dengan kaku di tempat, menatapi sang pelatih dengan sedikit ketakutan. Saitou yang melihat ekspresi manajer itu hanya bisa tertawa pelan. "Hati-hati di jalan," katanya pelan sebelum berjalan meninggalkan sang manajer.


Untuk beberapa saat (Name) hanya diam di tempat dan menatapi Saitou yang berjalan pergi. Perlahan ia menghela nafas lega dan menggaruk kepalanya sesaat. Ia diam di tempat untuk beberapa saat lagi, sebelum teringat kembali. "Aku harus cepat—" katanya sembari berlari menuju gerbang sekolahnya.



⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡


Hoiyoy!

FYI, Akakura Kai, Sagae Yuushou, dan Soekawa Jin adalah karekter official
Mungkin kalian yang ngikutin manganya udah pernah liat mereka berdua, Akakura dan Sagae adalah dua murid kelas 1 di Shiratorizawa
Kalau Soekawa hanya ada cameo di anime dan baru diisi suara di special ending "Concept no Tatakai"


Pemberitahuannya mungkin sedikit telat, tapi dalam buku ini akan ada karakter-karakter yang belum muncul pada animenya dan mungkin akan lebih banyak lagi selain dari karakter minor Shiratorizawa


Anyway! Thank you for reading! See you next time!


Small question; Leon or Reon?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro