Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Buku Kuno

Pagi ini, aku dibuat bingung saat akan membangunkan Hiro dan William. Tepat di atas meja belajar, aku bisa melihat buku tua yang semalam ada di rumah itu.

"K-kok bisa?" Aku melangkah ragu menghampiri buku tua di atas meja itu. Lambang bintang di sampulnya tampak bersinar redup dan bukunya sudah tak seberdebu kemarin.

Aku beralih memeriksa jendela, mengira jika ada orang iseng yang menaruh buku itu secara diam-diam. Tapi aku salah. Jendelanya terkunci rapat dari dalam.

"Kak?" Aku melompat kecil karena terkejut. Aku bahkan sampai melupakan niatku untuk msmbangunkan mereka. Hiro terkekeh pelan melihat reaksiku, kemudian ia berucap pelan, "kenapa sampai melompat begitu? Aku Hiro, bukan hantu."

Tak ingin merusak suasana pagi, aku tersenyum, kemudian mengacak-acak rambut hitamnya."Selamat pagi."

Hiro tersenyum, balas menyapa kemudian beralih menepuk-nepuk bahu William, mencoba membangunkannya sebelum akhirnya ia terdiam setelah melihat buku di atas mejanya.

Ia menoleh ke arahku dan buku itu bergantian."Kakak bawa buku itu kerumah?" tanyanya bingung.

"Tidak. Aku kira malah kau yang membawanya semalam," sahutku melangkah mendekati meja, mengambil buku itu dan membukanya. Isinya hanyalah tulisan yang tidak bisa kubaca sama sekali.

Aku mendengus pelan, kemudian meletakkan kembali buku itu."Isinya hanya tulisan kuno. Aku tidak bisa membacanya," lanjutku kemudian membuka gorden kamar mereka."Cepatlah mandi dan bangunkan William setelah itu. Kita akan sarapan bersa-"

"Jika kalian sudah menemukan buku ini, pergilah ke bukit belakang sekolah. Portalnya ada di sana, tepat di dekat pohon paling tinggi, Kami membutuhkan bantuan kalian."

Aku terdiam ketika melihat Hiro yang baru selesai membaca buku itu. Kenapa dia bisa membacanya? Padahal tadi, yang kulihat hanyalah garis-garis yang membentuk sebuah huruf asing.

"Alesya, si pengguna elemen angin, Hiro elemen api dan William, si pengguna elemen petir. Cepatlah datang, mereka menunggu kalian."

William yang baru saja bangun dari tidurnya langsung terkejut begitu mendengar namanya di sebutkan. Ia mendekat, kemudian berdecak sebal ketika ia sama sekali tidak mengerti bunyi huruf-huruf dalam buku itu.

Aku mendekat ke arah Hiro, ikut penasaran dengan huruf-huruf kuno yang entah kenapa hanya bisa di baca oleh Hiro."Apa ada efek samping dari penggunaanya?" tanyaku.

Ia membalik halaman berikutnya."Pengguna elemen angin akan merasa pusing dan mual setelah menggunakannya dalam waktu yang cukup lama, sementara elemen api akan merasakan sakit di tangannya dan pengguna elemen listrik akan merasakan lemas dan pingsan."

"Selain itu, kita juga diminta untuk segera mememui tiga remaja seusia kita setelah tiba di sana," lanjutnya sebelum menutup buku itu.

Hening. Kami saling tatap, bingung dengan kejadian pagi ini. Demi memastikan, aku sekali lagi mencoba membaca kalimat yang ada di buku kuno itu. Percuma. Aku tidak bisa.

"Kita bahas lagi nanti, sekarang, ayo sarapan dulu," ucapku mengakhiri kebingungan pagi ini, melangkah lebih dulu keluar kamar.
***
Aku duduk sendirian di sofa ruang tamu sekarang. Mama dan Papa bilang ingin menghadiri acara reuni bersama teman-teman mereka, sementara Hiro pamit untuk pergi sebentar ke rumah temannya, katanya ingin mengembalikan novel yang ia pinjam waktu itu. Sementara William kembali untuk membantu ayahnya membenahi atap rumah yang bocor.

Buku itu ada di depanku sekarang. Aku sudah mencoba mencari arti dari huruf-huruf kuno itu di internet. Tapi, aku tidak bisa menemukan apapun.

"Tapi ... kenapa Hiro bisa membacanya? Kenapa hanya dia?" gumamku memutar-mutar bolpoin di tanganku.

Jam dinding berdetak pelan mengisi ruangan yang sepi. Anak-anak kecil terlihat sangat asik bermain lempar bola salju di halaman rumah mereka.

"Aku pulang." Suara Hiro terdengar bersamaan dengan suara langkah kaki yang makin mendekat. Ia kembali membawa satu kantung plastik yang kuyakini berisi camilan.

"Hiro, kenapa kau bisa membaca buku ini?" tanyaku tak bisa lagi menahan rasa penasaran.

Hiro mengernyit bingung."Buku itu hurufnya sama seperti huruf yang biasa kita lihat, Kak," sahutnya mengambil buku, menggoyangkan buku itu di depanku."Aku bingung kenapa Kakak dan Kak Will tidak bisa membacanya."

Aku menghela nafas pelan, buku bersampul kuno itu memiliki simbol bintang di tengahnya. "Aku benar-benar tidak bisa membacanya Hiro. Bahkan, aku tidak menemukan huruf-huruf itu di internet tadi," ucapku berusaha meyakinkannya."William juga sama, ia tidak bisa membacanya."

Kami tediam sejenak, kemudian aku kembali bertanya,"ngomong-ngomong, tadi kau bilang kita harus menemui tiga remaja seusia kita setelah tiba di sana, kan?" Ia mengangguk, kemudian kembali membuka beberapa lembar buku tersebut."Mereka ada di lembah hijau, tak jauh dari bukit kembar."

Hiro kembali membalik buku itu, membiarkan aku melihat sebuah peta yang seperti sengaja di tempel di halaman itu. Tempatnya tidak banyak tapi, aku yakin untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain itu akan membutuh waktu yang banyak dan mungkin, elemen anginku akan berguna banyak di sana.

"Kita akan pergi ke sana, Kak?" Hiro bertanya selagi aku membuka bungkus camilan. Aku menggeleng pelan."Aku belum tau Hiro. Kau tau kita butuh persiapan sebelum pergi ke sana, kan?" tanyaku balik.

Hiro mengangguk, ia ikut mengambil camilan dan memakannya."Kita harus tau cara menggunakan kekuatan kita lebih dulu atau, kita hanya akan tersesat di sana."

Hening kembali, kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Setidaknya cukup lama sampai akhirnya William muncul.

"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" tanyanya menatap kami satu persatu.

Aku menaikkan bahu."Entahlah, melatih kekuatan elemen kita mungkin?" jawabku agak ragu."Hiro, apa di buku itu ada penjelasan tentang cara menggunakan elemen?"

Hiro mengerjap pelan, sebelum akhirnya kembali membuka buku itu. Cukup lama manik hitamnya bergerak ke atas dan bawah, membaca dengan cepat isi buku itu kemudian kembali menatap ke arahku."Tidak ada."

Aku terdiam. Tidak ada cara menggunakan elemen? Itu artinya, kami harus mencari tau sendiri?

"Termasuk cara mengontrol elemen api?" William ikut bertanya.

Gelengan dari Hiro membuatku menghela nafas pelan. Kenapa bagian penting itu justru tidak tertulis di buku?

"Untuk mengetahui caranya, apakah kita harus masuk ke dunia itu lebih dulu?" tanya William mengetuk meja beberapa kali."Soalnya, di buku itu tidak tertulis apa-apa bukan?"

Aku menggeleng."Kita butuh persiapan yang matang. Kita tidak tau Lhysin itu seperti apa," sahutku mengulang jawaban.

Ini benar-benar membingungkan. Tidak ada petunjuk apapun. Aku memilih diam. Otakku sibuk menebak-nebak apa yang terjadi di sana dan apa yang terjadi jika kami tidak membantu mereka.

Apakah itu akan berdampak pada dunia tempat tinggal kami? Atau justru tidak? Kami juga tidak tau, bahaya apa saja yang akan menunggu kami ketika tiba di sana.

1018 kata

Halo, terimakasih sudah membaca. Jangan lupa tinggalkan komen dan vote.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro