Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EPILOGUE

Setiap manusia memiliki benang merah di kelingking mereka. 

Benang merah itu tak kasat mata dan tidak terasa.

Jika dirimu percaya dengan perasaanmu, tanpa perlu melihat benang merah pun, kamu bisa bahagia. 

Yang dapat menentukan kebahagiaanmu adalah dirimu sendiri. 

*

Lama, tetapi masih jelas di ingatannya, keputusan itu yang mempertemukan mereka. 

Perdebatannya dengan ibunya masih terngiang-ngiang di pikirannya, kala dia duduk di bangku pertama tes masuk. Beliau yang paling menentang keinginannya untuk bersekolah di sekolah umum, alasannya pasti karena dia sedikit berbeda. Sudah berusaha membujuk dengan mendaftarkan diri di sekolah swasta paling favorit di kota rasanya tetap tidak cukup. Ibunya ingin dia tetap home schooling seperti ketika SD dulu.

Arlan Pratama, atau setidaknya nama itu yang tercantum di daftar ujian. Sebut saja dia begitu, karena dia harus segera terbiasa dengan nama itu. 

Dia baru boleh sekolah di sekolah publik jika sudah SMA. Itu berarti tiga tahun setelah ini, terlalu lama.

Hasilnya? Perdebatan tidak berakhir, bahkan sampai saat itu. 

Suasana hatinya sangat buruk, sampai-sampai dia memilih tetap duduk di bangkunya tanpa berusaha bersosialisasi dengan siapapun, padahal itulah tujuan awalnya ingin bersekolah di sekolah publik. 

Berada di ujung kekesalan terhadap suasana hati yang buruk, dia melampiaskannya kepada seisi kelas, "Berisik sekali, sih!" 

Alhasil, atmosfir ruang ujian yang tadinya semangat menjadi tegang. Sempat terbesit perasaan bersalah, tetapi Arlan mencoba menepisnya dan meyakinkan diri bahwa tindakannya barusan sudah tepat. Memang, suasana kelas terlalu ribut untuknya. 

Saat itulah, Arlan tidak sengaja bersitatap dengan seorang gadis yang duduk di meja yang ada di sebelahnya. Namun kurang dari sedetik, karena gadis itu buru-buru membuang muka. 

Ketika itu, Arlan tidak mencurigakan apapun tentang gadis itu.

Setelah selesai ujian, Arlan menunggu di dekat gerbang. Namun tidak ada satu pun jemputan yang mendatanginya. Pasti karena dia baru saja membangkang. Terus menunggu dan tidak ada yang kunjung menjemputnya, Arlan mulai berpikir apa jadinya kalau dia tidak pernah membangkang. Bukan menyesali, karena dia tahu apa yang akan terjadi jika dia tidak pernah mencoba.

Arlan percaya dengan pilihannya. Kakaknya juga mendukungnya, jadi mengapa tidak?

Memperoleh ranking pertama dalam tes masuk dan kemampuannya untuk beradaptasi akhirnya bisa memenangkan kepercayaan ibunya. Kini Arlan yakin bahwa keputusannya sejak awal memang tidak salah, dia memang hanya butuh sedikit usaha untuk mencapai keinginannya.

Akan tetapi, di tahun baru pertama setelah memasuki SMP, ketika insiden itu, pertama kalinya Arlan menyesal. Andai saja dia tetap home schooling, pasti dia bisa menjaga kakaknya lebih lama lagi. 

Namun apa yang telah dimulai harus diselesaikan, karena itulah dia melanjutkan semuanya, walau dengan sangat berat. Merasa bersalah, merasa salah dalam membuat keputusan, merasa salah dalam segalanya. Hidupnya, keberadaannya, juga pasti adalah kesalahan sejak awal.

Dalam masa yang berat dan harus tetap melanjutkan hidupnya, Arlan memutuskan untuk pindah setidaknya untuk menghindari terlalu lama di rumah yang mungkin membuatnya depresi. Namun tak disangka, dia malah bertetangga dengan gadis yang duduk di sebelahnya waktu itu. Alenna. 

Saat itulah, dia menyadari sesuatu tentang Alenna.

Suatu malam usai kepindahannya, Arlan merenungi segala hal yang dilakukannya hingga saat itu. Banyak hal yang dipikirkannya, tapi semua permasalahan seolah tidak memiliki jalan keluar. Terbesit di pikirannya bahwa ujung pisau mungkin adalah jalan keluarnya, sebelum akhirnya--

"Arlan Pratama!" 

Alenna menghentikannya.

Sejak awal, Arlan sadar bahwa ada sesuatu dari Alenna yang sebenarnya menarik perhatiannya. Malam itu Arlan sadar bahwa itu mungkin saja benar, tapi tetap saja bukan hal yang bisa menyelesaikan masalahnya. Arlan tahu. Namun semakin lama bersamanya, Arlan merasa bahwa mungkin akan ada satu jalan keluar yang ditemukannya dalam labirin permasalahannya. Dan Alenna bisa menemaninya sampai dia menemukan pintu itu. 

Tahun baru kedua, Arlan menunggu di samping tempat tidur kakaknya. Menjaganya.  Seharusnya malam ini mereka membuat resolusi tahun itu bersama-sama, tetapi semuanya hanya rencana. Sempat terpikir olehnya lagi untuk mengakhiri pencarian jalan keluarnya, tetapi tiba-tiba Alenna mengirimkan video kembang api, sesuatu yang sederhana, tapi entah mengapa mampu menamparnya kembali pada tujuannya. 

Kembang api hanya menemukan setitik api, lalu meletus di udara bebas dan mengekspresikan segalanya. Dia juga ingin seperti itu, menemukan setitik harapan dan terbang tinggi sebebas-bebasnya mencari jalan keluar. Barangkali kakaknya juga sedang mengawasinya, mungkin kakaknya akan memberitahu pada yang harus dia lakukan. 

Lalu, dia tanpa sengaja membuat janji, bahwa masih ada tahun depan. Mereka akan melihat kembang api bersama-sama. Selama menunggu tahun baru yang ketiga, Alenna selalu menjadi penerang yang menerangi kegelapannya. Tumbuhlah harapan untuk melanjutkan hidup, melanjutkan penantian yang tidak pasti ....

Sampailah pada tahun baru ketiga, ketika Arlan sudah mulai bisa menerima semuanya.

Arlan pun menyadari sesuatu yang janggal tentang Alenna. Gadis itu selalu memperhatikan tangannya. Sebenarnya sudah sejak awal perkenalan mereka, bahkan saat Alenna kelihatan sedang melamun, dia tetap mengikuti tangannya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. 

Ingin tahu, Arlan akhirnya mempertanyakan. Balasan Alenna tidak sepenuhnya menjawab pertanyaannya. Lalu, Arlan menyadari sesuatu, hal yang mungkin tidak pernah disadarinya selama bersama Alenna.

"Eh, tunggu. Kamu malu?" tanya Arlan.

"Bertanya seperti itu tidak sopan, tahu!" Wajah Alenna memerah padam. Gadis itu menghindar kontak mata darinya.

Arlan tersadar, "Eh, maaf. Tapi ..., serius?"

Mungkinkah

Mungkinkah Alenna juga memiliki sesuatu yang sama dengannya?

"Apanya yang serius?" Alenna bertanya. 

Arlan berusaha menyingkirkan apa yang sebenarnya tengah dibisikkan oleh kepalanya, tapi tetap saja dia ingin mengetahuinya. 

"Kalau kamu--"

Namun belum sempat Arlan bertanya lebih lanjut, Alenna memotong, "Bukan! Jangan salah paham."

Melihat reaksi Alenna, Arlan menjadi yakin. 

Sangat yakin.

Bahwa Alenna juga bisa melihat benang merah sepertinya. 

"Baiklah, nanti kalau sudah waktunya, akan kupastikan lagi," ucap Arlan. 

Masalahnya, Arlan yakin bahwa Alenna juga melihatnya, karena itu Alenna selalu memperhatikan tangannya. Namun jika Alenna juga bisa melihatnya, bukankah itu berarti Alenna bisa melihat bahwa sebenarnya benang mereka saling terhubung? 

Menyadari itu, Arlan jadi salah tingkah sendiri.

Pertama kalinya Arlan menyadari kemampuannya adalah ketika kelahiran Aesl. Ada benang putih yang menembusi perut ibunya, benang kelahiran. Selanjutnya, dia hanya menemukan benang merah setiap berkomunikasi dengan orang lain. Lalu, benang hitam yang sesekali dia lihat ketika mulai berkunjung di rumah sakit. 

Dari hasil observasinya selama ini, Arlan membuat kesimpulan.

Benang putih hanya muncul ketika seseorang akan dilahirkan di dunia, lalu warna benang itu akan menjadi merah secara perlahan, tanpa ada yang menyadarinya. 

Benang merah akan muncul di penglihatannya setiap seseorang melakukan komunikasi, karena yang mempererat hubungan dua orang adalah frekuensi komunikasi mereka. Atau itu yang awalnya dipikirkan Arlan. Namun ternyata cara kerja benang merah tetap saja misterius. Ia pernah hanya berdiam bersama Alenna dan menemukan benang merah itu muncul, tanpa komunikasi. 

Terakhir, benang hitam yang merupakan benang merah yang menggelap. Selalu muncul tiba-tiba, sama seperti kematian yang juga selalu datang tiba-tiba. Arlan selalu tetap di rumah sakit hanya untuk berjaga-jaga tidak ada benang hitam di kelingking kakaknya.

Semula baginya cerita benang merah hanyalah sebuah dongeng pembawa tidur tanpa makna, sampai semuanya berjalan bersama dengan pilihan yang dibuatnya. 

Bahwa keputusannya untuk membangkang waktu itu, kecelakaan kakaknya, kepindahannya, semuanya adalah kebetulan yang membawanya pada hubungan yang semakin erat dengan Alenna. Semuanya saling berhubungan begitu saja. 

Saat ini, semuanya sudah kembali pada keadaan seperti sedia kala.  

"Aku boleh memastikan dugaanku?"

Seperti yang Arlan duga, Alenna langsung melirik ke tangannya, lalu mendongak menatapnya agak gelisah. Alenna juga pasti menyadari bahwa tinggi mereka sudah berbeda jauh. Arlan melirik sekilas kelingking Alenna, benang merah mereka masih terhubung dan mengambang dengan jelas.

Melihat Arlan tepat di mata, apalagi ketika anak itu sedang menggunakan kemeja berlapis jas dan menaikkan rambutnya adalah hal yang mustahil dilakukan Alenna. Arlan jadi tampak semakin ... memancing perhatian. 

Gadis itu menunduk sembari menjawab dengan tegas, "Peluangmu untuk salah sangat besar." Alenna sebenarnya masih mengelak, tiap Arlan membahas tentang dugaan

Alenna tidak ingin berdebat dengan seseorang yang baru saja mendapatkan nilai hampir sempurna di matematika di UN SMA kemarin. Apalagi jika berbicara tentang peluang dalam matematika. Maksudnya, peluang di matematika tidak bisa diterapkan dalam peluang di kehidupan, iya kan?

"Sebenarnya peluangnya hanya 50 persen, antara benar atau salah." 

Alenna menunduk, lalu kembali mengambil cupcake yang tertata di meja. Seharusnya mereka berdansa di prom night, bukan malah berburu makanan. Namun Arlan tahu Alenna sangat antusias dengan makanan manis di sana, jadi itu bukan masalah besar.

Ditatapnya Alenna dengan pandangan berseri-seri tanpa disadari oleh gadis itu. Hari ini Alenna merias dirinya sedikit dan memakai gaun merah yang panjang, dress code untuk prom tahun ini. 

"Aku boleh memastikan dugaanku, kan?" tanya Arlan dengan penuh harap. 

Alih-alih menjawab, Alenna malah tersenyum. Baru tersenyum saja, Arlan sudah kebingungan setengah mati. Bisa saja kaki Arlan kehilangan kemampuannya untuk berdiri, kalau saja Alenna sudah tertawa karenanya. 

"Bagaimana kalau memastikannya setelah peluangnya 100 persen?" tanya Alenna. 

"Kamu mau membuatku menunggu berapa lama lagi?" Arlan ikut tersenyum. Itu pasti defenisi sungguhan bahwa senyuman memang bisa menular.

Alenna tidak menjawab, hanya menikmati cupcake-nya. Membuat Arlan semakin gemas dengan gadis itu.

"Setelah kamu selesai, mau berdansa bersama?" tanya Arlan.

Pipi gadis itu bersemu. Kerutan di keningnya tercetak jelas, "Aku tidak tahu cara berdansa!" 

"Tidak apa-apa, aku juga," balas Arlan yang meletup-letup senang. 

Alenna tidak menolak ajakannya, itu pertanda yang sangat baik.

Arlan merasa bersyukur karena Alenna pernah mempertanyakan tentang benang merah kepadanya, jadi dia bisa mengutarakan apa yang diinginkannya. Secara tidak langsung, Arlan meminta Alenna untuk percaya pada perasaannya, bukan pada benang merah yang dilihatnya. Namun memang perlu diakuinya, benang merah memang membuatnya merasa punya keterikatan tersendiri dengan Alenna. 

Seandainya waktu itu Arlan tidak membangkang, seandainya waktu itu Arlan menyerah, seandainya waktu itu Arlan tidak pindah, dia pasti tidak akan pernah tahu tentang perasaan yang dirasakannya hari ini.

Namun Alenna benar, pertemuannya dengan Arlan adalah takdir, bukan hanya kebetulan belaka. 

***END***

2 Desember 2019

Cindyana's Note

2300 kata!

ApaKaaH KALIAN KAGET? HOHOHOHO. Tenang, ini plot twist terakhir di Red String, jadi nikmatilah sebisa kalian.

OooKeeeE, mungkin kalian bingung. HAH? SERIUS? Arlan juga bisa liat benang merah, kak? Ini tiba-tiba apa gimana?

Iya, Arlan bisa lihat juga. Jadi memang dari awal, dia sudah bisa melihat benang merah dia dan Alenna. Kira-kira saat pertama kali Alenna lihat benang merahnya, Arlan juga lihat benang merahnya. 

Sampai di sini sudah ngertiiii? Oke kayaknya masih banyak yang nggak ngerti, jadi aku akan menjelaskan teorinya yaa!

.

.

[RED STRING THEORIES YOU MIGHT NOT REALIZE UNTIL THE WRITER EXPLAINS HERSELF]

Ini ya, teori ya. Silakan dibaca, dipelajari, lalu dibaca ulang. 

Biar aku berikan penjelasan sekadarnya karena ini akan jadi updatean terakhir yang kubuat di Red String. Kecuali kalo terbit/pindah platform, mungkin aku akan update pengumuman hehe. 

1. Arlan sejak awal tidak percaya dengan takdir, Karena itu dia tidak percaya dengan benang merahnya, walaupun orangnya Alenna. Berniat bikin Alenna ga suka dengannya dengan ngelakuin hal-hal yang bikin Alenna illfeel sama dia. Tapi malah dia yang kepincut. 

2. Arlan itu bisa sampai tidak masuk berhari-hari setelah libur karena 'ngejagain' Aeth dari benang hitam. Karena nggak diizinin nginap di rumah sakit tiap hari sekolah, jadi dia hanya boleh nginap kalau lagi libur. Sengaja bablasin liburnya biar kelamaan seminggu.  

3. Malam tahun baru kedua, Alenna salah kirim video, tapi rupanya itu yang bikin Arlan nggak jadi mau bundir lagi dan bikin janji tahun depan. Intinya semua ketidaksengajaan yang Alenna lakuin secara tidak sadar juga ternyata ada hikmahnya (?)

4. Waktu malam tahun yang ketiga, yang waktu dia belajar bareng sama Alenna, itu sebenarnya dugaan yang ingin Arlan tanyain ke Alenna adalah tentang 'Alenna yang juga bisa lihat benang merah', tapi Alenna salah tafsir dan ngira dugaan Arlan adalah 'Alenna suka sama Arlan'. Kira-kira, samalah seperti Alenna, dugaan kalian juga salah. 

5. Keluarga Eugilans sangat ketat aturan sebelum insiden yang menimpa Aeth. Lalu mulai meluntur karena harus menjaga agar ketegangan di dalamnya. 

6. Karena Arlan selama ini pernah nggak percaya benang merah, dia berusaha biasa saja dengan Alenna, tapi dia tetap berakhir tertarik dengan Alenna. Dan karena dia ingin Alenna menyadari perasaannya sendiri tanpa melihat benang merah. Makanya Arlan ngomong gitu di chapter kemarin. Berusaha mancing Alenna juga biar ngaku soal benang merah, tapi nggak tega lihat Alenna salting. 

7. Dan peluang 100% yang dimaksud Alenna di atas adalah soal perasaannya kepada Arlan. Which mean, Alenna sebenarnya lagi minta Arlan buat sabar, karena bisa jadi dia juga sudah sedikit tertarik dengan Arlan. Oh ya, Arlan ngeh kok, kalau Alenna ngira itu soal perasaan, makanya dia minta Alenna untuk percaya sama perasaannya sendiri. Jangan khawatir, aku tidak sejahat itu. 

8. Arlan senang waktu Alenna minta diajarin etika makan karena itu artinya Alenna sudah siap-siap untuk makan bersama keluarganya dan berusaha menunjukkan image yang baik. 

9. Teori benang hitam yang ditunggu-tunggu oleh kalian akhirnya dijelaskan oleh Arlan, karena Alenna tidak bisa memberi kesimpulan. Kemarin aku ingin membiarkan Alenna yang memberi kesimpulan, tapi akhirnya kuputuskan untuk membiarkan Arlan saja yang menyimpulkan, sebagai penutup.

Sebenarnya masih ada banyak teori Red String yang seharusnya kujelaskan lebih lanjut, tapi kalau teorinya kebanyakan bocor, nanti jadi nggak seru. Kayak Air Train gitu kan seru, misterius dan bikin jantung pompa-pompa wkwkwkw.

Mengapa Tyara dan Alenna nggak dipertemukan? Karena memang belum waktunya. Hehe.

Nah, sampai di sini, adakah hal janggal lain yang kalian rasakan? :D

Di sini, aku sependapat dengan Arlan. Kita tidak perlu terlalu fokus mencari tahu sesuatu yang tidak kita tahu pasti, yang terpenting adalah percaya dengan diri kita. Love yourself

Banyak hal yang sebenarnya ingin kusampaikan kepada kalian lewat cerita Red String. Semoga cerita Red String yang ini berbeda dengan dongeng red string yang kata Arlan tidak punya pesan amanat. Wkwkwkw. 

BTW bukan berarti aku bilang dongeng red string yang asli nggak punya amanat, lho ya! Ini tentang apa yang kita percaya di kehidupan kita, dan takdir yang menuntun setiap perjalanan kita sampai selesai. Karena seperti kata Mama-nya Alenna, kita hidup untuk membuat makna terhadap hidup kita dan orang lain <3

.

.

.

Semoga cerita ini berkesan untuk kalian ya <3 

Baca juga ceritaku yang lain: 

1. LFS 1 - Air Train [END]

2. Flashback [END] 

3. ADK I - MIZPAH [END]

4. ADK II - APPETENCE [END]

5. ADK III - ZEMBLANITY [END]

6. DN [END]

7. AQUA World

8. REVIVE 

9. MAMERAH

Aku taro Flashback di nomor 2 bukan berarti aku merekomendasikan kalian untuk membacanya, tapi karena ada beberapa karakter di sana yang nongol di Red String, jadi ya ... nggak usah dibaca sampai aku revisi gede, kalo bisa. 

Aku sudah punya rencana untuk Flashback versi remake. Ofc yang akan kulakukan lebih dulu adalah melenyapkan semua scene cringe yang kubuat sendiri, lalu melenyapkan alur yang tidak jelas dan menggantinya dengan yang paling logis. 

Banyak karakter yang tidak menjalankan tugasnya dengan benar sebagai karakter, jadi tentu saja akan kulenyapkan yang tidak penting. 

Yang pasti nggak hilang: Arianna, Alfyan, William, Stefany. Lalu cameo trio sableng. 

Udah, itu aja. Kenapa aku malah curcolin Flashback di Red String wkwkwkw. 

Bubay semua!

See you on another story! 


Cindyana H 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro