8. She and His Sweet Lie
Seminggu berlalu dengan drama singkat 'Majikan Gila dan Pelayan Kitsune'. Atsuko benar-benar bersyukur seminggu rasa nerakanya sudah selesai. Bagaimana tidak? Dazai menyuruhnya ini itu yang membuat Atsuko terkadang naik darah, dan Dazai sesekali mengelus ekor Atsuko yang lumayan panjang.
"Ne, Atsuko-chan, ke pelabuhan yuk."
"Mmnn, untuk apa?"
"Ayo saja~~" Dazai menarik pelan pergelangan tangan Atsuko.
Dan sampailah mereka di pelabuhan, mereka duduk di batu pemecah ombak.
"Lihat... lautnya indah kan...."
"Mmm, ne Osamu, dulu kau pernah bertanya padaku dan aku akan menanyakan hal yang sama padamu. Apa kau benar-benar mencintaiku?"
"Ya," Dazai masih sibuk menatapi laut.
"Ne... Osamu...."
Dazai menoleh kepadanya, "Atsuko, aku benar-benar mencintaimu, kenapa kau tak percaya?"
"Aku...."
"Ne, Atsuko. Empat atau lima tahun lagi aku akan menikahimu."
Atsuko menatapnya tak percaya.
"Ya, aku akan menikahimu, bukankah itu indah? Nakajima Atsuko menjadi Dazai Atsuko."
Atsuko hanya bisa tersenyum. Dazai menggenggam tangan kanan Atsuko dengan tangan kirinya, mereka menikmati mentari terbenam bersama.
Senja sudah berganti malam, mereka masih duduk di pelabuhan, saling menggenggam tangan seolah ingin salah satu dari mereka pergi. Bintang-bintang dan bulan sudah mulai nampak. Dazai melihat bulan dengan seksama.
"Kau tau Atsuko?"
"Mmm?"
"Kau itu seperti matahari."
"Hee? Bukannya yang sedang muncul itu bulan?"
"Ya kau tahu, bulan itu tidak bersinar, dia hanya memantulkan cahaya matahari. Kau adalah matahariku, bukan hanya siangku tapi malamku pun masih kau temani dengan sinarmu."
"Hee, begitu ya.."
"Mmm, bukan hanya sinarmu, kehangatanmu juga selalu kurasakan."
Telpon Dazai berdering, ada panggilan masuk dari Bos Port Mafia.
"Kenapa?"
"Mori-san menyuruhku ke markas."
"Mm, pergilah."
"Arigatō Atsuko, kau selalu bisa mengerti diriku."
"Tentu saja."
[SKIP | LN: Dazai Dark Era (3 eps awal s2) ]
Dazai berdiri di depan makam Odasaku yang masih baru.
"Odasaku, aku akan keluar dari Port Mafia, Yuko pasti baik-baik saja di sana, si Chibi pasti akan menjaganya, aku tak ingin memisahkan mereka. Dan Atsuko, dia sudah mengkhianatiku, aku sudah tau apa alasan Mimic di sini.... Aku akan menemuimu lagi nanti... Jaa ne...."
Dazai kembali ke apartemennya, dia masuk ke kamarnya dan melihat Atsuko masih ada di atas tempat tidur, duduk dan memandang ke luar jendela.
"Apa masih sakit?"
Atsuko mengangguk, "Tentu saja, tadi malam itu pertama kalinya bagiku, butuh banyak tenaga untuk memulihkan diriku."
"Mmm, begitu ya, tadi malam juga yang pertama bagiku. Tapi apa kau tahu, itu adalah hukuman untukmu," Dazai berjalan mendekati jendela yang tadi di tatap Atsuko.
"Apa maksudmu, Osamu?"
"Ya, Mimic datang ke sini karena kau, aku tak tahu alasan mereka mengincarmu, tapi aku yakin kalau kau dan ayahmu berhasil menipu mereka, sehingga ayahmu itu bisa mendesak pihak pemerintah untuk membuat surat legal Port Mafia. Jadi secara tak langsung, kau dan ayahmu yang membunuh Odasaku."
"O–Osamu, kau...," Atsuko menatap Dazai tak percaya.
"Kau tahu, keperawananmu yang hilang tadi malam adalah hukumanmu. Kau pikir aku akan percaya kalau kau mengatakan rencanamu dan ayahmu itu tak mungkin? Tentu saja tidak, Nakajima Atsuko, anak angkat dari Mori Ōgai, sudah hidup dan belajar banyak dari Mori-san selama 11 tahun. Tentu kau akan sangat mirip dengannya, cara berpikirmu, cara bertarungmu, instingmu, kepemimpinanmu, semua itu sudah sangat identik dengannya.
Aku juga tak pernah mencintaimu, ayahmu yang menyuruhku untuk berpacaran denganmu. Kau tahu apa tujuannya? Karena dia ingin mengorek semua informasi darimu, kenapa kau bisa menggunakan kemampuanmu di usia yang sangat muda, bertarung dengan tentara musuh sambil mengobati tentara Jepang, lalu bagaimana mungkin kau tak bisa kunetralkan.
Kau pikir semua cinta dan kasih sayang yang ada di dunia ini untukmu asli? Kau pikir semua yang aku dan ayahmu lakukan untukmu karena kami menyayangimu? HAHAHA, jangan bermimpi Rubah!! Kau yang bahkan bukan manusia tak akan bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang!! Karena cinta dan kasih sayang hanya untuk manusia!! Bukan untuk kau yang bahkan entah makhluk apa dirimu!!"
"Jadi hubungan kita selama empat tahun itu... semua sikap manismu itu...."
"Ya, semua itu hanya kebohongan, empat tahun adalah waktu yang singkat, aku yakin rubah licik sepertimu bisa melupakan semua itu," Dazai mengemas semua bajunya dan menyalakan api di pemanas ruangan di kamarnya itu.
"Osamu...," Atsuko menatap Dazai seraya memohon agar dia tidak pergi.
Setelah Dazai merasa apinya sudah cukup besar, dia melempar coat hitam yang diberikan Mori kepadanya.
"Osamu, itu coat yang Papa berikan untukmu!"
"UNTUK APA LAGI KUSIMPAN HAH??!!"
"Osamu!"
"Mulai saat ini, kita tak memiliki hubungan apa pun, baik itu hubungan percintaan maupun pertemanan. Aku juga berharap tak pernah dan tak akan pernah bertemu denganmu. Selamat tinggal, Rubah!"
BLAM....
Dazai membanting pintu kamarnya, meninggalkan Atsuko yang perlahan-lahan mulai meneteskan air mata.
"Kau... padahal kupikir kau sudah mencintaiku.... hiks... padahal kupikir kau tak pernah berbohong padaku... hiks... padahal kau bilang empat atau lima tahun lagi kau akan menikahiku... hiks... apa itu juga palsu?.... seharusnya aku tahu sejak awal...," tangis Atsuko semakin menjadi-jadi. Setelah puas menangis, Atsuko mandi dan bergegas pulang.
[SKIP]
Dua minggu setelah Dazai menghilang, Atsuko merasa ada yang aneh pada dirinya, diam-diam dia pergi ke rumah sakit.
"Sebaiknya Anda pergi ke dokter kandungan, Nakajima-san."
"Aa, hai', arigatō."
Atsuko pun pergi ke bagian dokter kandungan. Setelah beberapa tes, dokter kandungan itu mempersilakan Atsuko duduk untuk menyampaikan hasil pemeriksaan.
"Jadi, Nakajima-san, apa anda tidak bersama suami anda?"
"E–eh? Su–suami saya sedang sibuk, tapi kalau kondisi saya membahayakan saya bisa menelponnya."
"Aa, tidak, biar ini jadi kejutan untuknya. Selamat Nakajima-san, anda mengandung dan sudah dua minggu. Jagalah pola makan dan kesehatan anda, juga mintalah pada suami anda agar jangan sering melakukan 'itu' selama anda mengandung."
"Aa, hai', arigatō."
Atsuko pun berjalan keluar rumah sakit.
Flashback
"Jadi kenapa anda memanggil kami semua, Bos?" Kōyō memulai percakapan.
"Eee, tidak semua lho, Kōyō-kun, tebak siapa yang tidak ada..." Mori masih dalam keadaan tenang.
"Dazai-kun, kah?" A mulai menebak.
"Bingo.... benar sekali. Jadi aku akan mengumumkan hal penting, Dazai-kun telah berkhianat, jika salah satu dari kalian menemukannya, bawa dia hidup-hidup," Mori masih saja tenang, tapi Atsuko tau kalau ayahnya ini sama sekali tak tenang, masih terngiang di kepala Mori bagaimana dia dulunya naik tahta, bisa saja Dazai memakai cara yang sama dengannya untuk merebut Port Mafia.
Brakk....
Kursi yang Chūya duduki jatuh karena dia tiba-tiba berdiri, "Kalau hanya itu saja, aku permisi," dia lalu meninggalkan ruangan itu.
Atsuko melirik Yuko, "Yuko-chan, jika kau ingin ikut dengan kakakmu akan ku persilakan, aku tak akan menahanmu."
"Tidak, tugasku adalah melindungi Chūya-kun dan membantunya mengendalikan kemampuannya. Aku juga permisi," Yuko mengejar Chūya sebelum lelaki itu melakukan hal bodoh.
"Nah, kalian juga boleh pergi," Mori mempersilakan mereka pergi.
Mereka pun meninggalkan ruangan itu, menyisakan Mori dan anak angkatnya itu.
"Kau tak apa, Atsuko?"
"Mmm...."
"Kau tak ingin mengejar pacarmu itu?"
"Hubungan kami sudah tak ada lagi."
"Jika ada apa-apa, hubungi ayahmu ini, ne...."
"Hai', aku pergi dulu."
"Mm, hati-hati di jalan..."
Flashback off
"Anakku dan Osamu ya...." Atsuko mengelus perutnya yang masih datar.
"Maafkan ibumu ini ya, aku tak bisa membiarkanmu lahir sekarang, masih banyak organisasi yang mengincarku."
Atsuko sudah meminta izin liburan selama 2 minggu sebelum dia pergi ke rumah sakit. Atsuko sudah memutuskan untuk memakai sihirnya untuk menahan perkembangan janin yang ada di kandungannya. Kejam memang, tapi ini adalah pilihan terakhirnya. Atsuko pergi ke dalam hutan, dia menemukan gua di sana dan masuk ke dalamnya.
"Waktunya menggunakan kemampuanku sebagai Magi," Atsuko mulai menggunakan sihirnya, sihir yang dipakainya kali ini memang sedikit berat dan membutuhkan waktu lama, bahkan hanya sedikit Magi yang bisa menggunakan sihir ini.
Setelah satu minggu, sihir yang digunakannya sudah sempurna, Atsuko keluar dari gua itu dan mulai melangkah ke rumahnya. Setelah mandi dan makan, Atsuko berkeliling kota. Atsuko melihat Ango di dekat Bank, dia mendekati Ango tanpa ragu.
"Ano, Ango-san, bisakah aku bertemu dengan pimpinanmu?"
"Mm, maksudmu Taneda-san kah?"
"Hum hum, bisakah?"
"Baiklah, ikuti aku."
"Hai', arigatō Ango-san."
Ango membawa Atsuko ke kantor Departemen dan menuntunnya ke ruangan dengan nama 'Taneda Santōka' di pintu ruangan itu.
"Pak, ada yang ingin bertemu."
"Siapa? Suruh saja masuk."
Ango mempersilakan Atsuko masuk. "Ano, Taneda-san, bisakah kita berbicara berdua saja?"
"Aa, Nakajima-chan, baiklah. Ango, silahkan keluar."
"Tapi Pak, saya tak mungkin bisa membiarkan dia hanya berdua saja dengan Anda."
"Tak apa, Ango. Atsuko sepertinya sedang dalam keadaan tak sehat."
"Ba–baiklah Taneda-san," Ango pun keluar dari ruangan Taneda.
"Jadi ada apa, Nakajima-chan?" Taneda memulai pembicaraan.
"Taneda-san, anda pasti sudah tau kalau aku dulunya murid Fukuzawa-sensei."
"Hai', kami semua yang memiliki hubungan dengan Fukuzawa-dono sudah tau hal itu, kami juga sudah tau kalau kau menjadi anak angkat Mori-dono dan kau berpacaran dengan si Dazai itu. Jadi, ada apa?"
"Dazai, dia keluar dari Port Mafia, ku prediksi dia akan berjalan menuju cahaya, dia pasti akan menemuimu cepat atau lambat. Kumohon, arahkan dia ke Bushō Tantei-sha, Fukuzawa-sensei yang membangunnya dan menjadi Sacchō."
"Mm, Dazai Osamu... ada lagi?"
"Ti–tidak, hanya itu saja."
"Hai', hai', wakatta, jadi kalau dia menemuiku maka aku harus mengarahkannya ke Tantei-sha ya, tapi bagaimana kalau dia mau bergabung denganku?"
"Kemungkinannya kecil, Taneda-san. Dazai tidak terlalu suka dengan peraturan yang ketat, di Port Mafia saja dia bisa bebas karena dia itu tangan kanan ayahku."
"Hahahaha, kau terlalu mengenal pacarmu ya... Tapi apa dia tahu?"
"Apa maksud Anda, Taneda-san?"
"Apa Dazai tahu kau mengandung anaknya?"
"E–eh? Bagaimana Anda tahu?"
"Aku kan juga punya istri dan kami sudah punya anak, tentu aku tahu kau sedang mengandung."
"Aa, tidak, Dazai tidak tahu hal ini dan aku juga tak ingin dia tahu, dia ingin ada di bawah cahaya. Aku juga menghentikan pertumbuhan janinku dengan kemampuanku."
"Hmmm, menarik... pantas saja Mori tidak ingin melepasmu. Tapi jika kulihat lagi, Mori tampak sedikit panik saat bertemu denganku untuk menandatangani surat legal, dia itu sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri. Kau ini memang bisa menyentuh hati orang-orang yang berhati es seperti Mori dan Fukuzawa."
"Ya, kecuali dia...."
"Dia hanya belum sadar."
Atsuko melirik jam yang bertengger di dinding sebelah kirinya, "Baiklah, aku permisi dulu, aku ingin bertemu dengan Fukuzawa-sensei," Atsuko membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan gedung divisi itu.
To be Continued
01 Januari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro