Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. She and His Madness (2)

[18 Tahun]

Atsuko dan Dazai berjalan-jalan setelah makan siang.

"Ne, Osamu, ayo beli es krim. Kau mau rasa apa coklat?"

"Tidak."

"Vanila?"

"Tidak."

"Bluberry?"

"Tidak."

"Strawberry?"

"Tidak."

"Melon?"

"Tidak."

"Mangga?"

"Tidak."

"Kau jadi tidak mau makan es krim?"

"Tidak."

"Jadi kau mau apa?"

"Aku maunya kamu~"

Blushh...

"Berhentilah menggodaku di tempat umum, Bakasamu!!"

"Hai', hai', rasa vanila saja. Kau mau rasa apa?"

"Coklat vanila."

Mereka pun masuk ke toko es krim. Toko itu ada tempat untuk makan di tempat. Mereka duduk di sudut ruangan yang kebetulan dekat dengan jam dinding yang cukup besar agar tak terlalu menyita perhatian. Tentu saja, Dazai dengan perban di seluruh tubuh dan Atsuko yang sama sekali tak terlihat seperti orang Jepang pada umumnya, walaupun dia mengenakan kimono.

'Berjalan-jalan di hari kerja memang buruk,' batin Dazai.

Salah satu pelayan toko menghampiri mereka.

"Ini menunya, silakan dipesan."

"Waahh, Osamu lihat... ada ukuran besar...."

"Kau mau itu?"

Atsuko mengangguk.

"Baiklah, ukuran besar satu rasa coklat vanila dan ukuran sedang satu rasa vanila."

"Baik, tunggu sebentar ya...."

Tak lama kemudian pelayan tadi kembali dengan tiga mangkuk es krim, dua sesuai pesanan mereka dan satu lagi rasa coklat vanila dengan ukuran sedang.

"Kami hanya pesan dua. Kenapa jadi tiga?" Dazai bertanya dengan sinis.

"Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan pemilik toko, jadi setiap pembeli yang datang berpasangan akan diberi satu mangkuk gratis dengan ukuran dan rasa sesuai dengan pesanan mereka," jawab pelayan itu sedikit takut karna tatapan Dazai.

"Waahh, untung aku datang bersamamu ya Osamu. Terima kasih ya, Kak. Sampaikan juga terima kasihku pada pemilik toko," Atsuko mencoba mencairkan suasana.

"Hai'."

"Kenapa saat ulang tahun pernikahan?"

"Karena mereka mungkin ingin membagi kebahagiaan dengan para pembeli."

"Mmm."

"Kenapa?"

"Tidak, lanjut saja makan es krimmu."

"Mmm...," Atsuko mengangguk pelan.

"Kau tahu Atsuko, kau itu seperti es krim," Dazai tiba-tiba mengatakan hal yang absurd. "Menurut orang lain kau itu dingin. Tapi jika bagi mereka yang dekat denganmu, mereka akan menganggapmu manis, lembut, dan menenangkan."

Atsuko tersenyum simpul mendengarnya, "Dan kau seperti mangkuk es krim ini, Osamu. Mau bagaimana pun anggapan orang lain terhadapku, kau mau menampungku, kau mau menjadi tempatku, walau aku meleleh tapi kau tak membiarkan lelehanku keluar dari jangkauanmu."

Mereka lalu menghabiskan es krim mereka dalam senyap, bergulat dengan pikiran masing-masing. Dan satu kalimat yang terlintas di benak mereka, 'apa benar kau mencintaiku tanpa menginginkan sesuatu dariku?'

Suara jam dinding terdengar jelas bagi mereka, seakan menertawakan kebisuan mereka. "Kau mau bermain game?" Dazai akhirnya membuka suara.

"Mmm, kau selalu kalah denganku Osamu...."

"Itu kan berbulan-bulan lalu. Ayo kita bertanding."

"Hehehe, memangnya kau bisa menang?"

"Biar saja, kita main 5 ronde, yang paling banyak menang boleh meminta apa pun pada yang kalah."

"Ok, apa pun ya~~"

"Mm, apa pun~" Dazai menyeringai.

Mereka pergi ke game center tempat mereka biasa bermain.

Round 1~

"Aaagghhhh, aku kalah.."

"Sudah kubilang kan, Dazai Osamu~"

"Jangan terlalu cepat senang, Nakajima Atsuko."

Round 2~

"Yatta~ aku menang lagi..."

"Lagi!!" Dazai mulai kesal.

Round 3~

"Heee, kau kalah tuh Atsuko-chan...."

"Kau baru menag sekali, Osamu-kuunn."

"Ok, lagi!"

Round 4~

"I'm win again~~~"

"Masih ada satu ronde lagi sebagai penentunya, Osamu...."

Round 5~

"Lalalalalala, ingat ya Atsuko-chan~ Aku boleh meninta apa pun...."

"Ugghhh, terserahmu saja."

"Ok, ayo~~"

"Ke–kemana?"

"Ikut saja...."

"Kalau bunuh diri ganda aku tak mau..!!"

"Tenang saja~~" Dazai menarik tangan Atsuko dan mulai berlari kecil.

'Gawat, kalau bukan bundir ganda, pasti sesuatu yang lebih buruk,' Atsuko mulai menyesal karna itu bukan bundir.

Mereka masuk ke apartemen Dazai.

"Ka–kau mau apa? Hei jangan yang aneh-aneh!"

"Tenang saja, eh tunggu, apa kau berpikir aku akan memintamu melakukan 'itu' denganku?"

Wajah Atsuko tiba-tiba langsung merah, Dazai tertawa karna seperti biasa rona merah di wajah Atsuko akan langsung nampak karna kulitnya yang sangan putih.

"Hahahaha, tentu saja tidak, tapi kalau kau mau aku akan mengganti hukumanmu menjadi 'itu'~~"

"Ba–bakka!!"

Tawa Dazai semakin kuat, tentu saja dia tak akan melakukannya, setidaknya bukan sekarang.

"Kau libur kan seminggu ke depan?" Dazai memastikan jadwal libur Atsuko.

Atsuko mengangguk, masih berusaha meredakan rona merah di wajahnya.

"Yosh, jadi selama seminggu ke depan, kau harus menjadi 'maid'."

"A–apa?"

"Pilihlah, layani aku sebagai maid atau layani aku dengan yang lain...." Dazai menyeringai melihat reaksi Atsuko.

"Ba–baiklah, selama kau tidak meminta yang aneh-aneh."

"He~ aneh itu maksudmu seperti—"

"Po–pokoknya yang menurutku aneh tak akan ku kerjakan," Atsuko memotong ucapan Dazai.

"Fufufu, wajah dan telingamu memerah tuh, ya resiko punya kulit putih, aa bagaimana kalau kita melakukan 'itu'? Apa tubuhmu akan sepenuhnya merah ya?"

"JANGAN MEMBAHAS TUBUHKU BAKASAMU!!"

"Hai', hai', ayo...," Dazai menarik Atsuko ke kamar, tapi tentu bukan kamar Dazai.

"Ini kamarmu, aku sudah membersihkannya kemarin, di lemari sudah ada pakaian maid, kalau masalah baju dalam dan baju tidurmu nanti kita ambil ke rumahmu."

"Tunggu! Jadi selama seminggu penuh aku akan tinggal disini?"

"Yap... ingat... 'Apa pun'...."

"Ugghh, terserahmu saja asalkan kau tidak mengapa-apakanku."

"Hee... tenang saja, lagipula aku juga punya adik perempuan kan... tentu saja aku akan menjaga kesucianmu seperti aku menjaga kesucian adikku dari si Chibi itu. Oh iya, satu lagi...."

"Hmm, apa lagi?"

"Aku ingin selama kau jadi maid, kau memunculkan ekor dan telinga rubahmu itu~~"

"Aku ini Kitsune! Bukan rubah!! Dan juga kau katakan hal ini pada Papa."

"Hai', hai', pokoknya kau harus memunculkannya. Saat aku pulang nanti, kau harus sudah melakukan apa yang ku minta," Dazai mengecup kening Atsuko lalu pergi ke markas untuk melakukan misi dengan Chūya.

"AAGGHHH KENAPA AKU PUNYA PACAR SEPERTI DIRINYA!!!" Atsuko menatap baju maid yang ada di lemari, warnanya hanya hitam putih.

"Haahhhh, dia itu takdirmu Atsuko, terima saja takdirmu," gumamnya. Atsuko memastikan tak ada CCTV di kamar itu, lalu mengganti kimono-nya dengan baju maid.

Setelah selesai, dia berjalan ke dapur untuk memastikan bahan makanan untuk makan malam nanti. Dia membuka pintu kulkas dan mendapati makanan kaleng dan beku, satu susu kotak, jus kotak, semakin melihat ke bawah kepalanya semakin berdenyut.

"Bagaimana bisa dia menyimpan micin sebanyak ini di kulkas? Ya setidaknya dia tidak menyimpan makanan kedaluarsa dan racun di kulkas. Apa yang mau ku masak jika seperti ini? Membuat kepalaku sakit saja. Mungkin belanja sebentar tak masalah."

Atsuko mengantongi dompetnya dan berjalan ke luar apartemen Dazai.

'Uughhh, malu sekali rasanya, tapi apa boleh buat, aku malas mengganti baju lagi.'

Atsuko membeli kepiting, udang, dan bahan makanan lainnya untuk makan malam nanti dan sarapan besok. Di perjalaanan pulang, dia merasa ada yang mengikutinya, tapi dia masih berjalan santai sampai ke apartemen Dazai. Setelah memasukkan beberapa digit angka yang menjadi sandi apartemen Dazai, tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya.

"Aaagghhh, Bakasamu! Kau mengagetkanku!!"

"Eee, padahal aku sudah mengikutimu dari pasar tadi."

"JADI ITU KAU! KAU MEMBUATKU KERINGAT DINGIN BODOH!!"

"Hehe, tak kusangka kau bisa takut juga."

"Urusai!"

'Tentu saja Osamu, tanpa kau tahu saat ini aku sedang diincar banyak organisasi kejahatan,' batin Atsuko.

"Hehehe," Dazai melengkapi sandi apartemennya dan mereka pun masuk.

"Kau melupakan dua hal Atsuko...."

"Hahh?"

"Ekor dan terlingamu."

"Tak mungkin aku memunculkannya saat di tempat umum."

"Kan sekarang sudah di apartemenku. Dan juga jangan pernah pakai kanzashi disini..." Dazai melepaskan kanzashi Atsuko, membuat rambut putih Atsuko yang sebahu itu tegerai bebas.

"Terserahmu," Atsuko memunculkan telinga dan ekornya.

"Kanzashi-mu biar kusimpan."

"Mmm."

Atsuko menyimpan sebagian bahan makanan dan meyiapkan sebagian yang lain, mencuci, memotong, dan memasak bahan makanan itu. Dazai hanya memerhatikan pacarnya yang sedang memasak, membuatnya sepintas memikirkan kalau Atsuko bisa memasak untuknya dan untuk anak mereka setiap hari.

'Tcih, konyol sekali pikiran itu, hal itu tak akan pernah terjadi, aku hanya melaksanakan tugas yang Mori-san berikan,' batin Dazai.

Setelah makan malam, mereka pergi ke rumah Atsuko yang juga rumah dari Bos Port Mafia untuk mengambil keperluan Atsuko. Lalu mereka langsung kembali ke apartemen Dazai, setelah menyusun pakaiannya di lemari, Atsuko menemani Dazai duduk di ruang tv, Dazai menekan tombol on dan mulai memilih channel. Atsuko yang lelah lahir dan batin meyandarkan kepalanya di bahu Dazai dan Dazai membiarkannya saja. Selama menonton tv, Dazai sesekali mengelus ekor Atsuko yang tak bisa diam, membuat Atsuko melenguh kecil.

"Heee, ekormu bagian yang sensitif ya...?"

"Mmm...."

Dazai terkekeh kecil.

Lama kelamaan rasa kantuk menghampiri Atsuko, Dazai yang menyadari Atsuko tertidur pun menekan tombol off pada remot tv-nya dan menggendong Atsuko ke kamar yang disiapkannya untuk Atsuko.

"Oyasumi ne... Atsuko-chan..." Dazai mengecup dahi Atsuko dan menyelimutinya.

To be Continued

28 Desember 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro