5. He Met His Sister
Atsuko's POV
Aku kembali ke markas dengan membawa anggota The Sheep yang tersisa dan meminta mereka menunggu di ruang latihan.
"Kalian tunggu di sini saja dulu, kalau aku bertemu dengan Chūya akan kusampaikan kalau kalian di sini."
"Hai', arigatō Atsuko-san."
"Dōita."
.
"Bos, aku membawa anggota The Sheep, untuk pemimpin mereka akan kubahas dengan Chūya-nii, jika Chūya-nii mengatakan mereka miliknya maka Anda tak berhak menyentuh mereka."
"Heee... kau ini sudah mulai menentangku ya, Atsuko-chan."
"Sebagai anggotamu, tidak. Tapi sebagai anakmu, iya. Salah satu dari mereka adalah adiknya Osamu, kekuatannya sebanding dengan kekuatan Chūya-nii. Aku tak mau dia mengamuk dan menghancurkan tempat ini, aku tak ingin apa yang Papa bangun malah hancur. Tapi jika mereka ada di bawah Chūya-nii secara tidak langsung mereka ada di bawah Anda."
"Mm, kau memang penuh perhitungan, akan kubahas nanti dengan Chūya."
"Hai'."
.
Aa, itu dia Chūya-nii.
"Chūya-nii, aku ada kejutan untukmu," aku menggenggam tangan Chūya-nii.
"Hee, hanya si Chibi kah...?? Aku tak ada...??" ups, Osamu terlupakan.
"Untukmu juga ada Osamu, ayo kalian berdua ikut denganku."
Aku menarik tangan mereka berdua ke ruang latihan. Mereka berdua nampak terkejut, Osamu langsung berjalan ke arah adiknya dan langsung memeluknya erat, tentu saja Yuko membalas pelukannya.
"Yuko, gomenne."
"Nii-chan, nandemonai, aku senang kau masih hidup."
Chūya menepuk pundakku, "arigatō ne, Atsuko."
"Dōita, Chūya-nii."
Chūya-nii berjalan ke arah mereka, Yuko yang sudah lepas dari pelukan Osamu melihat Chūya-nii dan memeluknya.
"Aku merindukanmu, Chūya."
"Aku juga, Yuko-chan."
"Eh tunggu dulu! Jadi tangan kananmu itu adikku??" pertanyaannya membuat mereka melepaskan pelukan mereka.
"Ne, Osamu...," aku menariknya.
"Kami pikir kau sudah mati, Chūya. Ternyata Atsuko-san tidak berbohong."
"Eee...? kau yang membawa mereka?" Osamu menatapku.
"Ya, kau pikir aku berbohong saat aku bilang akan membantumu mencari adikmu?"
Osamu langsung memelukku, "arigatō, Atsuko-chan."
Setelah reuniannya selesai, aku meminjam Chūya sebentar.
"Jadi, karena saat ini Chūya-nii belum jadi eksekutif maupun semi eksekutif, bagaimana kalau sementara sebagian dari mereka menjadi bawahan Osamu dan sebagian lainnya menjadi bawahanku, tapi Yuko akan menjadi anggotaku."
"Mm, baiklah."
.
"Yuko, aku sedang ada waktu luang, aku akan melatihmu menggunakan kemampuanmu."
"Hai'."
"Pertama, kau harus memperkuat fisikmu dulu. Kemampuan besar seperti kita juga harus memiliki fisik yang kuat juga. Kedua, barulah kau melatih fisikmu."
"Hai', wakarimashita."
"Oke, kita mulai. Pertama, kau pemanasan sendiri dulu, lalu push up 20 kali, sit up 20 kali, pull up 20 kali, back up 20 kali. Kalau kau mau kau bisa istirahat."
"Hai'."
Mmm, dia melakukannya dengan baik.
"Ini terlalu mudah untukku, Atsuko-san."
"Kita mulai dari yang mudah, sayang...."
"Haahh, kau memperlakukanku layaknya adik sendiri."
"Tentu saja."
Dia benar-benar melakukannya dengan baik.
"Yosh, hari ini sampai sini saja, kalau kau mau kau boleh melatih fisikmu lagi, tapi jangan sampai berlebihan ya...."
Atsuko's POV end
Dazai's POV
'Bosaaannnn, kira-kira Yuko dimana ya? Ah itu Atsuko, mungkin dia tau.'
"Ne, Atsuko-chan kau tau dimana adikku?"
"Aku baru saja melatihnya, mungkin dia masih ada di ruang latihan."
"Yosh, arigatō ne~~" aku mencium pipinya dan langsung ke ruang latihan.
.
"Yo, Yuko~~"
"Aa, Nii-chan, nande?"
"Iie, aku hanya ingin melihatmu. Ingin latihan bersama?"
" Yakin? Kekuatanku sudah tidak seperti dulu."
"Memangnya kenapa? Selama aku mengaktifkan kemampuanku, kau akan kalah denganku. Jadi, aku akan menggunakan pistol dan kau dengan kemampuanmu."
'Maaf Atsuko, bukannya aku tak percaya denganmu, tapi aku ingin melihat perkembangan adikku juga.'
Dorrr... dorrr... dorrr....
Yuko berhasil menahan peluru-peluru itu tapi...
Jleb...
Dia hanya fokus pada peluru, "Akhh, pisau? Nii-san?"
Dia terjatuh, tentu saja karena pisau itu beracun.
"OSAMU KAU GILA!! DIA INI ADIKMU SENDIRI!!"
'Haahhh, Atsuko kenapa kau datang kesini sih.'
"Yuko, ayo kita ke ruang kesehatan."
"Uukkhhh, Atsuko-san," Yuko nampaknya sangat kesakitan.
Aku tak suka dia mengganggu, "Jangan ganggu Atsuko! Aku harus tau sampai mana kemampuannya!"
"Tapi bukan seperti ini Osamu!"
"Atsuko! Menjauhlah!" aku menodongkan pistol padanya.
"Kau tak bisa melukaiku, Osamu."
"Hahh, siapa bilang?" dia pikir aku tak berani menyakitinya yang notabenya anak Mori-san.
Dorr....
Yap, aku menembaknya dengan bidikan hampir mengenai jantungnya, mungkin juga terkena sedikit.
"Osamu, sudah kubilang kan, kau tak bisa menyakitiku."
'Apa? Sejak kapan dia dibelakangku?'
Braakk....
'Ugh, dia bahkan menyampakkanku hanya dengan satu tangan, inikah kemampuannya yang sebenarnya? Rubah... iie.. Kitsune. Bahkan dia bergerak seolah tak pernah tertembak.'
Dia mendekati Yuko dan menyentuh lukanya, saat dia mengangkat tangannya nampak darah dengan warna sedikit hitam, itu pasti darah yang terkena racun. Dia ini memang unik, pantas saja Mori-san ingin menyelidikinya.
"Yuko kau sudah bisa bergerak?"
"Umm...."
"Pergilah dari sini dan bersihkan dirimu."
"Hai'."
Yuko menatapku sekilas dan pergi. Sedangkan Atsuko yang masih berwujud Kitsune mendekatiku.
"Jangan sesuka hatimu melatih adikmu, aku saja yang melatihnya. Kau mengerti!"
"Kenapa kau segitu marahnya? Dia kan adikku bukan adikmu!"
Plak....
"Kau... beraninya menamparku. Atsuko!!" Tapi aneh, kemampuannya tidak hilang, benar-benar unik.
"Sudah ku bilang, adikmu itu adikku juga!!"
"......"
Aku hanya menatapnya tajam, dia menarikku keluar ruangan latihan.
"Kau mau membawaku kemana?"
"Ruang kesehatan."
Apa maksudnya..??
Saat sudah sampai di ruang kesehatan, dia langsung mendudukkanku di ranjang pasien dan menutup tirainya. Tentu saja saat itu dia masih berwujud Kitsune, dia membantuku membuka pakaianku.
"Aauww, pelan-pelan Atsuko."
"Salahmu sendiri, kenapa membuatku marah."
"Aaa, gomen, gomen."
"Aku akan menyembuhkanmu, kau duduk diam saja."
"Hai', hai', tapi apa bisa?"
Aku menundukkan kepalaku, melihat ekornya yang sangat panjang, mungkin panjangnya sama dengan tinggi badannya.
Dia memegang kedua pipiku, membuatku melihat kedua matanya.
"Aku pengecualian untukmu, Osamu. Kau tak bisa menetralkanku dan aku bisa menyembuhkanmu."
Dia tersenyum dan mulai membuka perban yang ada di wajahku, dia mengusap pelan wajahku dan entah kenapa rasanya nyaman.
"Yosh, mari kita lihat luka di tubuhmu."
Aku menahan tangannya yang hendak membuka perbanku, "Terlalu banyak luka."
"Tak apa, lagipula aku yakin luka barumu kembali terbuka karena ulahku."
Aku terkekeh pelan, 'apa bisa kau juga menyembuhkan luka di hatiku?'
"Tentu saja, aku akan menyembuhkan luka di tubuhmu, jadi percaya saja padaku, Osamu...."
Dia menempelkan dahinya di dahiku, aku bisa merasakan tangannya mulai membuka perbanku perlahan dan mengusap pelan lukaku. 'Ugh, sial, aku tak bisa berposisi seperti ini dengannya....'
Cuu....
Dia menciumku lembut, tentu saja aku membalasnya, rasanya ada energi yang mengalir ke seluruh tubuhku, dia pun melepas ciumannya. Benar-benar tak bisa ku netralkan ya? Pastinya dia bukan manusia atau itu bukanlah kemampuan.
"Kau mulai nakal ya, Atsuko-chan~~"
"E–eh, sebaiknya kau bersihkan bekas darahmu."
"Ingin membersihkan diriku?"
"Ba–bakkayaro!! Bersihkan sendiri."
Dia menonaktifkan kemampuannya dan pergi meninggalkanku, aku pun pergi ke kamar mandi dan mulai membersihkan diriku. Dia benar-benar menyembuhkan semua lukaku ya.. Benar-benar semua...
Dazai's POV end
To be Continued
21 Desember 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro