3. She and His Madness
[15 years old]
"Ne, ne, Atsuko-chan, lihatlah sungainya sangat indah."
Byurr....
"O–Osamu?!"
Atsuko ikutan nyebur untuk menyelamatkan Dazai. Saat sudah menggapai tangan Dazai, Dazai malah menarik Atsuko dan memeluknya. Atsuko meronta meminta dilepaskan tapi Dazai malah mengeratkan pelukannya, sampai Atsuko kehabisan napas. Dengan santainya Dazai membawa Atsuko ke permukaan dan berenang ke pinggir sungai.
"Ne, ne, Atsuko-chan...." Dazai menusuk-nusuk pelan pipi Atsuko dengan jari telunjuknya, lalu dia tersenyum puas lebih tepatnya menyeringai.
Dazai memberikan napas buatan untuk Atsuko, "Uhuk... uhuk...."
"Kau baik-baik saja Atsuko-chan?"
"Ya, kurasa sekarang iya...."
"Jadi bagaimana rasanya?"
"Rasanya hampir mati? Sangat buruk...."
"Bukan, rasa dari bibirku."
"E–eh..??"
"Aa, mungkin karena tadi kau pingsan jadinya kau tidak merasakannya dengan benar, jadi akan ku ulang...."
Tanpa menunggu persetujuan Atsuko, Dazai langsung mencium bibir Atsuko, satu tangannya menahan tengkuk Atsuko dan satu tangannya lagi memeluk pinggang Atsuko.
"Hee... dugaanku benar, bibirmu manis."
"Ha–hahh..??"
Dazai hanya tersenyum (sok) manis.
"Bakasamu!!"
Dazai terkekeh lalu memeluk Atsuko, wajah Atsuko semakin merah.
"O–Osamu..."
"Biarkan aku sebentar saja."
"E–eh..??
'Aku tak menyangka ada orang yang selalu menginginkanku hidup tanpa mau memanfaatkanku,' batin Dazai.
"Osamu, kita harus ganti baju, nanti sakit...," ujar Atsuko dengan lembut sambil mengelus kepala Dazai.
"Mmm, sebentar lagi."
"Osamu... ayo."
Dazai melepaskan pelukannya dan langsung berdiri, "Ayo, kalau kau sakit nanti aku dimarahi ayahmu."
'Kan memang salahmu, wajar saja Papa memarahimu,' batin Atsuko.
"Mm, kita ke markas saja, Osamu?"
"Tidak usah, ke rumahmu saja, beberapa bajuku ada di rumahmu kan?"
"Mm."
Dazai dan Atsuko pun pergi ke rumah Atsuko yang juga rumah Mori.
Setelah mandi dan bepakaian....
"Ne, Atsuko. Apa kau benar-benar mencintaiku."
"Iya, kenapa?"
"Apa kau rela jika aku mati?"
"Pertanyaan bodoh, Osamu."
"Aku serius...."
"Hentikanlah percobaan bunuh dirimu itu, Osamu," Atsuko membelakanginya hendak membuat makanan.
"Kau mau makan apa, Osamu?"
"Bagaimana kalau kepiting?"
"Kebetulan aku sudah menyiapkan bahan untuk masak kepiting. Aku terlalu beruntung, Osamu."
"Haha, tentu saja, keberuntungan selalu berpihak kepadaku~~"
"Terserahmu sajalah.."
"Ne, Atsuko-chan, kenapa kau mau berpacaran denganku?"
"Hmm, entahlah. Mungkin karna kau unik.." 'Karna kau adalah takdirku, Osamu.'
"Unik ya.... Kau ini memang manis~~"
Tak lama kemudian kepitingnya siap.
"Wah... kenapa cepat?"
"Kepitingnya sudah ku kukus tadi pagi, jadi siang ini tinggal dimasak dengan bumbu saja."
"Aa, pintarnya pacarku," Dazai memeluk Atsuko dari belakang.
"Tentu saja," 'aku sudah hidup lebih dari 600 tahun.'
Dazai mencium pipi Atsuko dan duduk di kursinya lagi.
"Ne, Atsuko."
"Mmm."
"Maukah kau membantuku mencari adikku?"
"Hee..?? kau punya adik?"
"Ya, kami terpisah 8 tahun lalu, dulu kami dikejar oleh sebuah pasukan, kami masuk ke dalam hutan dan aku menyuruhnya sembunyi, aku menarik perhatian pasukan itu, karena saat itu malam hari jadi aku bersembunyi di dalam sungai, sejak kecil aku bisa menahan napasku dalam waktu yang sangat lama. Mereka yang mencariku menggunakan senter membuatku tahu apa mereka masih di dekatku atau tidak, saat cahaya senter mereka sudah tidak ada lagi aku langsung keluar dan mencari adikku di tempatku menyuruhnya sembunyi. Tapi percuma, aku sama sekali tak menemukannya, mulai saat itu aku terus memikirkan tak ada gunanya aku hidup lagi."
"Jadi adikmu itu alasan kegilaanmu ini?"
"Haaahhhh, aku ini Nii-san yang payah."
"Ya, kita memang tidak bisa menjaga adik kita dengan benar."
"Kita?"
"Ya, aku meninggalkan adikku di panti asuhan."
"Kita pikir apa yang kita lakukan itu benar."
"Tapi sebenarnya salah."
"Dan mereka sepertinya akan membenci kita."
"Tapi inilah hal terbaik yang dapat kita lakukan."
"Hmm, kau benar Atsuko."
"Aku akan membantumu Osamu."
"Waahh, benarkah?"
"Hai', hai', sekarang habiskan makananmu."
"Hai', arigatō Atsuko-chan."
Dazai's POV
Kring... kring....
"Angkat saja, mungkin penting."
"Ayahmu memang menyusahkan, Atsuko-chan," aku melihatnya tersenyum getir.
"Moshi.... moshi.... Mmm, kesana sekarang?.... Malas ah Mori-san.... Nani? Mori-san yang akan ke sini?"
"Aku sudah di sini, Dazai-kun."
"AAAA HANTUUUUU!!!"
"Hidoi na Dazai-kun, kau memanggil ayah pacarmu sendiri hantu."
"Mori-san sendiri yang muncul tiba-tiba."
"Sudahlah, kau sudah siap makan 'kan? Ayo ikut ke ruanganku. Atsuko jangan lupa sisakan untukku ya~~"
{SKIP, LN: Dazai Chūya 15 tahun/ 3 eps awal season 3 (Uthor malas ngetik ulang)]
'Aagghh kenapa aku harus jadi partner si Chibi ini sih!!'
"Oi, Chibi, kakiku gatal, garuk!"
"HAAHHH? KAU GARUK SENDIRI MACKAREL!!"
"AKU MENYURUHMU SEBAGAI ANJINGKU!!"
"HAAHH? AKU BUKAN ANJINGMU!!"
"KAU KALAH SAAT BERMAIN GAME CHIBI!!"
Brakk....
'Matilah aku, Atsuko sampai membanting pintu'
"Tidak bisakah kalian berdua tenang? Suara kalian menggangguku!"
"Siapa pula kau ini?"
"Oo, dia ini anak angkatnya Mori-san, pacarku, Nakajima Atsuko. Atsuko-chan, ini Chibi."
"Oi!! Aa, sudahlah, namaku Nakahara Chūya, yoroshiku Nakajima-san."
"Tak usah terlalu formal Chibi."
"Haahh?? Aku formal dengannya karena dia ini anak Bos tahu!"
"Kau ini mau cepat naik pangkat ya?"
"Kau sendiri? Bahkan sampai memacarinya!!"
Atsuko hanya terdiam, menatap Chūya seolah tak percaya, lalu tiba-tiba dia memeluk Chūya.
'Aaagghhh, dia saja tak pernah memelukku kalau bukan aku yang memeluknya lebih dulu'.
Chūya yang awalnya terlihat terkejut tiba-tiba terlihat seperti orang yang melepas rindu, dia bahkan balas memeluk Atsuko
'Oi, dia itu gadisku tahu!! Jangan asal memeluknya!!'
Dazai's POV end
Atsuko's POV
'Dia Nakahara Chūya, benar-benar Chūya-nii kan?' aku langsung memeluknya tak peduli dengan kehadiran Osamu disini. Aku merindukan Chūya-nii, sudah lebih dari 600 tahun aku tak bertemu dengannya.
"Chūya-nii," lirihku, aku yakin Osamu tak mendengarnya.
Awalnya Chūya-nii terkejut, walau ingatan terhapus tapi perasaan tetap ada kan? Itulah yang terjadi sekarang, dia balas memelukku dan aku menyembunyikan wajahku di pundaknya, begitu pula dengannya. Cukup lama aku memeluknya sampai aku menyadari aura gelap dari Osamu, aku melepas pelukanku.
"Sudah selesai pelukannya?" Osamu tampaknya sangat marah.
"Oi, kau tak mengerti Mackarel, perasaan itu muncul begitu saja."
"Haahh? Perasaan apa maksudmu?"
"Rindu," potongku.
Chūya-nii hanya diam.
"Kau salah Chūya-nii, bukan 'yoroshiku' tapi 'hisashiburi'."
"Kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Ya, kau adalah teman dari kakak sepupuku, ibunya dan ayah kandungku bersaudara, dia tak pernah tahu kalau kami bersaudara, tapi kami dekat seperti saudara dan karna kau berteman dengannya jadi aku juga sudah menganggapmu sebagai kakakku sendiri."
"Aa, aku tak terlalu ingat. Tapi entah kenapa aku merasa selama ini ada yang tak lengkap, mungkin karena kau sepupumu tak pernah ku temui. Jadi di mana sepupumu?"
"Tidak tahu, terakhir kali dia bersamamu, kalau dia tak bersamamu itu artinya dia bersembunyi atau sudah mati."
"Begitu ya, aku ingat beberapa hal sekarang. Darah, rambut jingga cerah, dan teriakan seorang gadis berambut kuning, tapi aku tak bisa mengingat wajah mereka. Dia berteriak 'Sensei' dan dia mengucap maaf berulang kali padanya dan padaku."
"Si rambut jingga cerah adalah ayah kandungku, gadis berambut kuning adalah sepupuku, ayahku adalah gurumu dan sepupuku. Dialah yang mengajarimu beladiri dan cara mengendalikan kekuatanmu."
"Aa, begitu ya...."
"Jangan terlalu dipaksa Chūya-nii, perlahan-lahan kau juga akan ingat."
"Mm, baiklah."
"Nah, kalian sudah diam, jadi aku pergi dulu," aku menghampiri Osamu dan mengecup pipinya sebagai tanda maafku.
"Aku akan pergi beberapa minggu, mungkin juga beberapa bulan. Jadi, jaga Chūya-nii untukku ya...."
"Kau akan pergi dalam waktu yang lama? Aku akan sangat merindukanmu Atsuko-chan~~~" Osamu memelukku dengan erat tapi lembut. "Cepat pulang ne, Atsuko-chan~~"
"Mm, ku usahakan cepat pulang.... Ja ne~~"
'Ne, Osamu, tak usah berpura-pura, aku tahu kau diperintahkan Papa untuk mengorek masa laluku dan jati diriku. Aku tahu kau hanya memermainkanku saja, aku tahu kau tak benar-benar mencintaiku. Merindukanku? Haha, it's just bulshit.
Atsuko's POV end
To be Continued
19 Desember 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro