Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra

"Sudahi saja pernyataan ini. Sejujurnya aku lelah, lelah menunggu jawaban darimu. Kukira kau akan cepat tanggap tentangku."

***

Ah, ternyata begitu....

Memang, sih, perasaan itu sulit ditebak. Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana cara memulai dan mengakhirinya.

Seperti melakukan sebuah petunjuk dan berakhir ketika sudah mencapai tujuan, lalu ditinggal menjadi kenangan yang entah dalam jenis apa. Kenangan indah, kah? Kenangan buruk? Atau kenangan yang tidak penting? Dirimu yang akan memilah itu.

Kau berdesah. Riskan sungguh jika hanya didasari oleh surat. Serasa seperti di-PHP.

Jadi sekarang kau korban PHP?

Di-PHP itu sakit. Sakitnya enggak ketulung, euy ....

Kalau itu memang maunya, bagimu tak apa. Tetapi, hatimu kenapa-kenapa.

Mata berkilau—seperti diliputi awan mendung. Hampir saja batin menggerutu dongkol jika tak ingat masih ada rentetan kata yang masih menyambung. Segala tetek-bengek orang yang hampir patah hati memang merepotkan.

Manik mengusut kertas dengan tulisan yang lumayan rapi.

***

"Hmm ... kalau begitu, haruskah aku mengungkapkannya dengan cara remaja pada umummnya?

Tentu, aku akan melanturkan kata demi kata di hadapanmu, tetapi, sebelum itu, kau harus menguak identitasku. Ayolah, kau kerap kali membaca novel misteri dengan kisah yang rumit, aku tahu kau dapat memecahkan kode tak langsung namun konkret dariku.

Clue: awalilah dengan awal.

Jika sudah dapat menerka, temuilah aku di atap sekolah."

Calon jodohmu,

Nomor 05

***

Pintu dibanting hingga bunyi "buk" terdengar kala pintu berbahan baja bertemu dengan dinding di samping. Kau yang merupakan sang pelaku, menopang pada dinding di samping dengan sebelah tangan, dadamu kembang-kempis, napas tersengal-sengal, peluh memancur deras berikut sebelah tangan yang tersisa menopang pada lutut.

Kepala yang tadi menunduk kemudian terangkat. Mata memindai sesuatu, lalu kaki mendekati.

Kau berdiri, dengan mata yang masih tertuju pada objek. Bentangan langit dengan berbagai pola awan dan cahaya matahari yang memekik, menjadi latar belakang tempat saat ini. Sang objek pun menyadari eksistensimu. Li¬-novel yang dibacanya, diduakan olehnya dan hanya fokus padamu.

Netra menatap lekat pada objek. "Jangan selalu buat perasaanku ini berubah-ubah ... Mayuzumi-san."

Alis Mayuzumi terangkat. "Aku tidak bermaksud seperti itu." Mayuzumi masih pada posisinya.

"Terus ... maksudmu apa?!" pekikmu spontan. Perasaanmu yang awalnya dag-dig-dug berubah menjadi dag-dig-dug kubik. Kubik lho, bukan kuadrat lagi. Siapa lagi yang bisa membuat perasaanmu seperti itu selain dirinya?

Mayuzumi menghela napas, lalu bangkit dari posisi. "Aku hanya mencoba jujur. Bukan maksudku seperti itu."

Tidak ada suara. Hening—tidak, suasana canggung agaknya mengisi kekosongan.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kaubisa tahu aku secepat ini?" Mayuzumi angkat bicara, tidak ingin berada dalam suasana canggung terus menerus bersamamu.

"Tentu saja surat darimu. Kau ini bisa buat kode atau tidak, sih? Surat seperti itu aja cukup mudah bagiku untuk tahu siapa pengirimnya," ujarmu sedikit menyombongkan. Pada nyatanya, kau sendiri kewalahan untuk mengungkap identitas sang pengirim, tetapi biarlah. Kau ingin agar "calonmu" ini sedikit bangga denganmu.

Mayuzumi mendengus geli, tentunya ia tidak bodoh. "Benarkah begitu? Apa justru aku mendengar sebaliknya?" Ia malah menantangmu (lagi).

"Hah? Kau mau bilang jika aku tidak bisa memecahkan kodenya? Itu cukup gampang! Tinggal ambil aja huruf depan dari semua surat yang kaukirim kepadaku. Huruf-huruf tersebut kan, berurutan, jadi tinggal menyatukan saja. Bagiku itu cukup mudah," celetukmu tidak terima. Memang benar mudah, setelah kau menerima surat terakhir. Ingat, setelah kata mudah tadi ada tanda koma yang menandakan kalimat masih berlanjut!

Untung saja saat itu kau masih menyimpan seluruh surat sang pengirim yang tersimpan di selipan buku harianmu dan kau juga sering membawa buku harianmu setiap datang ke sekolah.

1. Mencintaimu merupakan hal baru bagiku.

2. Aneh bukan? Seketika aku menulis surat itu untukmu, bukankah menurutmu itu aneh?

3. Yakinlah bahwa aku tidak main-main.

4. Ukiran kata cinta, jelas untukmu seorang.

5. Zona yang kubentuk selama ini, mengubah coraknya hanya untukmu.

6. Untukmu. Tidak ada yang lain.

7. Mengulang kata yang sama, akan terus terlaksana. Jika konklusi untukku terombang-ambing, kau dapat membuangnya ke dasar jurang sekalipun. Namun, aku tidak mampu berhenti, untuk menatah kata ... untukmu ....

8. Inilah yang kuputuskan. Memilah kata dan mengirimkannya kepadamu. Hanya itu yang bisa kulakukan. Meski aku tidak yakin, akankah jemari elok nan mungil itu terus terbuka lebar dengan tulisan penuh tanda tanya milikku?

9. Ceri. Kau suka buah itu, kan? Aku dengar, bahwa kemarin kau hendak membeli buah merah tersebut, namun terhalangi oleh derasnya air dari langit.

10. Hari ini, langit melepaskan penatnya. Sekiranya, kaubisa memakai payung abu-abu di dalam lokermu.

11. Iluminasi siang tadi cukup membuatmu letih. Ketimbang terus berbaring di UKS, kenapa tidak balik saja ke rumah?

12. Hanabi malam nanti, kau akan melihatnya? Pakailah jepitan rambut ini, rambutmu akan semakin kentara di bawah sinar rembulan dengan berbagai ragam stan.

13. Improvisamu tadi tidak kalah dengan pelaku sandiwara. Gerangan apa yang membuatmu menampik untaian katanya?

14. Rampungkan terlebih dulu kesehatanmu. Jangan biarkan tubuh menanggung beban lagi.

15. Objek yang selalu kuamati, apakah kau menerima pernyataanku yang digantungkan ini?

Jika secara horizontal, akan membentuk seperti ini: MAYUZUMI CHIHIRO.

Mayuzumi mengalah. "Terserah kau sajalah, tetap saja aku tahu segala tingkahmu akhir-akhir ini. Kau sela pun sudah terlambat." Mayuzumi menang secara tidak langsung, itu membuatmu dongkol.

Kau memalingkan muka yang memerah, setengah kesal dan malu.

"Seperti janjiku di surat," ucap Mayuzumi yang membikin kau menoleh.

"Tapi akan kukatakan jika kau sudah melupakan otome game yang sering kau mainkan itu, [Name]."

Bagai kilatan petir yang kasatmata, menyambarmu hingga menembus hati. "HA—dari mana kautahu?!" pekikmu terperangah. Kau jawdrop. Kebiasan buruk—bagi orang lain dan bagimu adalah hobi—sudah diketahui oleh sang pengirim di hadapanmu.

Iya, kebiasaan burukmu yang pernah dibicarakan adalah itu.

Itu adalah aibmu yang tidak boleh diketahui oleh orang luar!

Mayuzumi mengernyit. "Tentu saja aku tahu, tipe-tipe sepertimu itu telalu mudah diungkap," katanya, "kebiasaan burukmu yang lain juga sudah kuketahui, sih." Mungkin karena Mayuzumi sendiri adalah otaku, jadi sebelas-dua belas denganmu.

Kau melongo. Kebiasaan yang lain? Berarti ia mengetahui semuanya ....?

"Hei!" Kau tidak terima, rada jemu dengannya. "Kau benar-benar menguntitku?" tebakmu yang nyaris benar.

"Baka, kalau tidak begitu mana mungkin ceri yang kau dapat tempo hari itu benar-benar ada? Aku tidak akan macam-macam," sanggahnya membenarkan.

Semburat merah terbentuk. Dengan cekat kau palingkan rupa, tetapi Mayuzumi masih dapat menangkap dengan iris yang senada warna rambutnya itu.

Kau mencicit. "J-ja, aku akan berhenti bermain otome game," lirihmu pelan.

Mayuzumi yang masih dapat mendengarmu meminta repetisi, "Aku tidak mendengarnya." Ia berpura-pura tidak mendengar. Mayuzumi sengaja, ia ingin menggodamu lebih lama.

Kau yang tahu maksud Mayuzumi, sedikit kesal. "S-sudah kubilang 'aku akan berhenti bermain otome game'," ucapmu yang masih memalingkan muka. Hati bergetar menunggu jawaban darinya.

Mayuzumi mendesah. "Baiklah, mungkin aku tidak akan seromantis seperti pemuda-pemuda lain ketika menyatakan ini."

Lalu, Mayuzumi bertutur seraya tersenyum menatap kau lembut, "[Name], aku tidak menyesal mencintaimu."

Kau menyematkan senyum. "Kalau begitu ... aku juga tidak menyesal, menerima surat darimu, sang Pengirim Nomor Lima....

"... Eh, tapi, hilangkan juga kebiasaan membaca Li-Novel dengan karakter loli, ya...."

***

Langkah kaki berderap teratur. Tubuh berjalan dengan semestinya yang disertai aura bling-bling. Kau berjalan riang dengan senyum yang terus tersemat semenjak beberapa waktu yang lalu.

"Wah, tidak adakah pajak buat momen tadi?" Suara seseorang menyahut.

Kau mendongak, menangkap lelaki dengan sepasang iris merah yang sama persis dengan rambutnya. "Akashi?" ujarmu seketika.

Lelaki yang kaupanggil Akashi itu kini bangkit dari sandaran punggungnya di dinding. "Seharusnya kau lebih cepat menyadari. Aku jadi kasihan pada Mayuzumi-san yang terus menerus menunggumu yang bahkan tidak peka sama sekali meski menggunakan surat sekalipun."

Kau berdecak tidak suka. "Apa masalahnya buatmu? Aku sudah jadian dengan Mayuzumi-san, jadi tidak masalah," ucapmu menyanggah. "Tapi, kok, kautahu tentang suratnya segala?" tanyamu heran.

Tidak semestinya Akashi tahu, kan? Kecuali Mayuzumi sendiri yang menceritakan.

"Gerak-gerikmu akhir-akhir ini mudah untuk dibaca, dari awal pun aku sudah tahu. Kau yang sering melamun dan meracau tidak jelas, memangnya aku tidak tahu?"

Mata terbeliak. Sebelum sempat membuka suara, Akashi menyela terlebih dahulu, "Kalau kau tidak memberi pajak padaku. Aku akan memberitahu pada orangtuamu tentang bolosnya kau hari ini. Bukankah orang tuamu cukup keras padamu jika menyangkut tentang kehidupanmu?"

Karena kejadian tadi, kau terpaksa membolos dari pelajaran terakhir. Jika orang tuamu tahu, kau akan berada dalam masalah. Orangtuamu mungkin membiarkan kelakuanmu di luar rumah, tetapi untuk masalah yang bersangkut dengan masa depan, mereka cukup ketat. Syukur-syukur kaumasuk Rakuzan yang merupakan sekolah elite dan juga dekat dari rumah. Jika mereka tahu kaubolos satu kali saja, mungkin kau akan dikirim ke dunia antah-berantah.

"Eh—ciuman kau dan Mayuzumi-san tadi, mungkin bisa jadi laporan tambahan, sebagai tindakan tidak senonoh yang dilakukan di sekolah."

"Sialan kau .... Memangnya kau siapa, hah, sampai tahu hubunganku dengan Mayuzumi?!"

"Aku, kan, absolut."

"Sialan ... dasar sepupu sialan!"

OWARI

[A/N]

Jreeengg!

Akhirnya selesai juga :"D

Karena author note saya kali ini dikit jadi langsung aja dah.

Pertama-tama thanks to alice_dreamland yg dah bolehin daku ikut projek ini. And sorry, selesainya kelamaan :"D

Dan utk para pembaca, saya juga minta maaf yhaa. Mungkinkah ada yg menunggu ini? Maaf juga kalo Mayu OOC gimana gitu. Saya bablas ngayal xD

Btw, thanks bagi yg sudah baca, vote, komen dan para sider pun. Saya bener-bener berterima kasih! G ngira views-nya sampai 1k+ :""""D

Oke, sekian dari saya. Sampai juga di cerita saya yg lain!

Salam Fanfiction,
Ren Zeirina a.k.a Zena♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro