8.
"Inilah yang kuputuskan. Memilah kata dan mengirimkannya kepadamu. Hanya itu yang bisa kulakukan. Meski aku tidak yakin, akankah jemari elok nan mungil itu terus terbuka lebar dengan tulisan penuh tanda tanya milikku?"
***
Batin berkecamuk hebat, tanya dan kalap terhimpun. Sedikit koreksi, yang selalu membuatmu bertanya bukanlah goresan nukilan dari seperempat plano sederhana, tetapi sang pencetus gubahannyalah yang menjadi sebab.
Mengembuskan napas sekaligus menetralisasi denyut jantung yang makin cepat. Kau menutup pintu loker setelah mengambil sepatumu kembali kemudian berjalan keluar ketika sudah memakainya.
Surat yang kaupegang seperti biasa, diselipkan di sela-sela buku harian. Mata kembali terfokus pada pandangan di depan dan langkah kembali teratur.
Seketika langkahmu terhenti. Kau merasakan sesuatu di depan kedua kaki, sukses netra mengarah ke lokasi, dan melihat sebuah bola basket yang menjadi sesuatu di kedua kakimu itu. Sambil menyandang tas sekolah di bahu kiri, kau mengambil bola tersebut dengan kedua tangan. Melihat arah bola yang sepertinya dari gedung olahraga di samping membikin kau untuk mengembalikan bola tersebut.
Pandangan masih terhadap bola, tetapi kaki melangkah konstan ke gedung olahraga. Dengan serta-merta kau menghantam seseorang yang lebih tinggi. Kau mendongak, melihat seorang lelaki dengan kaus hitam yang sudah dibanjiri oleh keringat. Dapat diterka bahwa yang kautabrak adalah anggota klub basket.
"Nebuya-san?"
"Oh, kau pasti mau mengembalikkan bola itu, kan?" sahutnya seraya melirik bola basket yang kaupegang.
Kau mengangguk.
"Aku sedang terburu-buru, kaubisa mengembalikkan itu ke dalam. Warui, [name]." Ia begitu saja pergi meninggalkanmu yang mematung.
Kau menggeleng-geleng pelan. Sedikit kesal karena tadi Nebuya menyuruhmu. Padahal kan kau lebih tua darinya. Maka dari itu kau tak sedikit membuang waktu dan segera ke dalam gedung olahraga untuk mengembalikkan sebuah bola basket. Suasana di gedung olahraga ramai penuh dengan langkah kaki yang ke sana kemari karena latihan, seperti biasanya.
Kau celingak-celinguk, mencari keberadaan siapa saja yang mungkin kaukenal. "Ah, Mayuzumi-san!" serumu yang menemukan keberadaan Mayuzumi, salah satu kenalan yang kautahu di sini. Begitu Mayuzumi menoleh karena eksistensimu, kau segera menghampirinya dengan setengah berlari.
"Mayuzumi-san, aku ingin mengembalikkan ini." Kau memperlihatkan bola basket yang sedari tadi kaupegang. "Tadi aku menemukannya menggelinding, entah siapa yang melakukannya."
Mayuzumi mengambil bola basket tersebut. "Ini pasti Nebuya. Apa kau melihatnya keluar?"
"Iya, tapi ia terburu-buru tadi." Lalu kau melanjutkan, "Kalau begitu aku duluan, Mayuzumi-san." Kau membungkuk pamit lalu melangkah keluar menuju pintu gedung olahraga. Begitu kau sudah berada di depan pintu, kau mendengar sayup-sayup suara,
"Hati-hati."
Kau menengok ke belakang dan tidak menemukan apapun termasuk keberadaan Mayuzumi yang sudah menghilang entah ke mana karena keberadaannya yang begitu tipis.
"Apa tadi itu suara Mayuzumi-san?" tanyamu yang heran atas suara tadi. Namun, entah kenapa ada perasaan membuncah ketika mendengar nada yang hampir tersamarkan oleh keramaian gedung olahraga itu.
Diam-diam kau tersenyum simpul tanpa kau sadari.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro