11.
"Iluminasi siang tadi cukup membuatmu letih. Ketimbang terus berbaring di UKS, kenapa tidak balik saja ke rumah?"
***
Apa lagi ini?
Kau terkekeh pelan begitu membaca oretan yang sedang kaupegang. Tangan memegang sehelai kertas yang sudah terpisah dengan amplop. Awalnya, sedikit bingung, namun ketika memahaminya kembali kau mengerti. Kau geleng kepala, menganggap geli sang pengirim menuliskan begitu.
Memang benar, terik matahari saat pelajaran olahraga tadi membuatmu memekik kesal. Mungkin karena efek musim panas di awal bulan, mentari menjadi lebih menyengat. Apalagi ketika disuruh lari sebanyak sepuluh putaran. Dengan jenis orang sepertimu yang tidak tahan dengan sinar terlalu lama maka sudah dipasti, kau akan tidak sadar dengan apa yang terjadi. Istilahnya, pingsan.
Daya tahan tubuhmu tidak bisa dibilang kuat juga. Karena itu kau disekolahkan di Rakuzan Koukou karena jaraknya yang tidak jauh dari rumahmu. Dahulu, saat kecil kau sering sakit-sakitan, berulang-kali keluar masuk rumah sakit dan rawat inap. Sekarang mungkin sudah berbeda dengan dulu, tetapi jika sudah kena lelah sedikit saja, walhasil pingsan sudah menjadi kemungkinan kecil.
Alis terangkat ketika membaca kalimat setelahnya. Oke, mungkin ini hanya spekulasi atau memang pendapat semata, apakah ia tahu kau sedang terbaring di ruang kesehatan? Hei, tentu saja ketika kaupingsan dari pelajaran olahraga, sudah dipasti kau akan berada di ruang kesehatan. Mana mungkin teman-teman sekelasmu membiarkanmu terkapar?
Tetapi, dari mana sang pengirim tahu kau sedang berada di ruang kesehatan? Bodoh, kalau ia tahu kaupingsan, tentu saja ia tahu kauada di ruang kesehatan. Eh, kalau seperti itu, kenapa sang pengirim dapat tahu kaupingsan?
Ah, semua ini membingungkan. Sudahlah, kaumbil kesimpulan positifnya saja, bahwa sang pengirim khawatir terhadapmu, bahkan sampai menyuruhmu pulang begitu.
Kau sudah tidak bisa menahan senyum, "Dia itu benar-benar ... sesuatu banget."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro