11
"Untaian kata tidak bisa menjabarkan besarnya perasaanku terhadapmu. Tengoklah instrumen yang kamu mainkan."
***
Mendapatkan kembali surat yang sangat kamu tunggu, kamu menemukannya di loker sepatumu.
Membaca cepat isi surat terbaru, pikiranmu secara otomatis menganggap bahwa ada makna di balik kata-kata yang timbul dalam kalimat kedua.
Bunyi bel masuk kelas telah berdetang keras, kamu menyelipkan kertas tersebut di dalam tas.
Selama pelajaran berlangsung, kamu tidak fokus memahami penuturan gurumu dalam menjelaskan materi, sebab kamu masih memikirkan arti kalimat tadi.
Membuat otakmu konsentrasi dengan paksa namun tidak berhasil mengalihkannya.
Terlalu lama melamun membuat dirimu tidak menyadari waktu istirahat telah tiba.
Membuka kembali surat ke sebelas yang kamu terima, kelima jari tanganmu mengetuk permukaan meja belajarmu.
Masih belum mendapatkan teori yang relavan, kamu mengambil kotak bekalmu dan memakannya lahap.
Tengoklah ... instrumen ... yang ... kamu ... mainkan, batinmu menyelidik.
Menguyah cepat nasi dan telur dadar buatanmu sendiri, pikiranmu masih berjalan.
Bukankah aku terakhir memainkan alat musik beberapa hari yang lalu di ruang musik? Batinmu bingung.
Kamu langsung berdiri ketika menemukan sesuatu yang janggal itu. Membereskan tempat makanmu tergesa, kamu segera meninggalkan kelas.
Kumohon, jangan pergi! Ucapmu dalam hati memohon.
Berlari tanpa memperhatikan sekitar, tanpa mempedulikan reaksi orang yang kamu tabrak, kamu tetap melaju ke satu tempat.
Ruang musik.
Membelah pintu kilat, kamu menyelusuri ruangan musik dengan tatapan mencari dari satu sisi ke sisi lain.
Kosong. Tidak ada seorangpun di dalamnya. Mendesah kecewa, kamu merosot dari tempat kamu berdiri.
Menggeram kesal, kamu menyalahkan dirimu sendiri karena telat menyadari makna tersembunyi dari dia.
Ya, kalimat kedua menberitahukan bahwa dia akan datang ke ruang musik hari ini. Mengapa di waktu istirahat? Kamu menganggap dia ke ruang musik pada waktu kamu terakhir memainkan.
Menunduk kepala sedikit, rasa sesak timbul seperti dia menggantungkan dirimu.
.
.
.
.
.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro