"Sungguh, wajahmu bersinar ketika kamu tersenyum, menyinari duniaku yang suram."

***

Terbesit tarikan tipis muncul di bibirmu. Bertahan selama satu menit, bibirmu kembali membentuk garis datar.

Dunia suram? Gumammu tertarik.

Mengambil kertas yang sama, kertas buatanmu sendiri, kertas untuk balasan untuknya.

.

"Jika dirimu juga menyimpan sesuatu yang sama denganku, datanglah kepadaku, sang pangeran."

.

Melipat kertas dingin menjadi dua, kamu menaruh surat balasan yang kamu tulis di bawah pohon rindang.

Merapikan perlahan, surat itu cukup aman menurutmu.

Berdiri menatap langit siang biru dengan sekelabat awan putih berjalan, kamu menampakkan tarikan bibir membentuk senyuman tipis.

Terdengar burung mencicit pelan menarik perhatianmu. Menoleh ke kanan, kamu mendapatkan seekor burung pipit terjepit di antara ranting pohon.

Tidak menginginkan burung itu kesakitan lebih lama, kamu melangkah tempat burung pipit berada.

Jarak antara kamu dengan burung malang sekitar tiga meter dari tanah. Mendongak ke atas, kamu memikirkan rencana yang bisa diambil.

Hanya satu pilihan yang kamu simpulkan yaitu memanjat pohon. Menghembuskan napas perlahan, kamu menganggap bahwa memanjat pohon lumayan sulit.

Menggelang kepala mengusir titik ketakutan, kamu mulai memanjatnya.

Dengan perlahan, kamu memegang tonjolan batang untuk menyeimbangkan tubuh.

Akhirnya kamu sampai di aats dimana burung malang itu terjepit.

Mencoba mengulurkan tangan kiri mengambil burung, tangan satunya memegang batang kayu agar tidak jatuh.

Dapat, gumammu senang.

Setelah membebaskannya, kamu melepaskan burung pipit tersebut agar terbang kembali.

Matamu bersinar ketika burung yang kau selamatkan bisa mengepakkan kedua sayapnya kembali.

Sekali lagi, kamu mengeluarkan senyuman tipismu akan keberhasilanmu menyelematkan makhluk kecil itu.

.

.

.

.

.

Tbc