9. Note itu?
💫💫💫
Aku berjalan bersama Dea, hari semakin sore dan kami masih berada di sekolah.
"Gimana ketemuannya? Senyum-senyum terus dari tadi," ujarku sembari meledek.
Kulihat Dea tersenyum dengan lebar, "Yah gitulah, jangan kepo tar sirik."
"Idih, kok gak dianter pulang?" tanyaku heran.
"Gak tau tuh katanya ada urusan lain, jadi gak bisa nganterin." Aku hanya mengangguk-ngangguk.
Saat kami sedang melewati parkiran sekolah, tiba-tiba Dea mengagetkanku dengan seruannya.
"Ra, tunggu Ra!"
"Ada apa?" tanyaku.
"Itu bukannya motor Raffa yah?" ujar Dea membuatku melihat ke arah apa yang sedang Dea lihat.
Dahiku berkerut, "Lah iya, perasaan tadi dia udah pulang. Dari tadi lho, kok motornya masih ada?" tanyaku yang juga heran.
"Lo duluan aja deh, gue cari Raffa dulu."
"Eh gue ikut," balasnya.
"Yaudah ayo!"
Aku terus mengedarkan pandangan menatap sekeliling sekolah, lalu berhenti melihat ke arah lapangan. Kulihat di sana ada Alfi, lalu seseorang yang posisinya membelakangiku--aku yakini itu adalah Raffa.
"Yon, itu Raffa 'kan?"
"Iya, tapi kok mereka ngobrolnya gak selow gitu."
Tanpa berniat membalas ucapan Dea, aku segera melangkah menuju lapangan sekolah. Namun langkahku terhenti saat Alfi dengan keras mengatakan kalimat yang membuatku terpaku mendengarnya.
"Kalau lo suka sama Rara bilang, gak usah so soan mau bantuin gue deket sama dia."
"Dan jangan pernah jadiin Rara pelampiasan lo, lebih baik Rara sama gue."
Aku melirik Dea, saling bertanya dalam sorotan mata.
"Lo kayak anak kecil, debat masalah kek ginian," ujar Raffa yang masih belum menyadari kehadiran aku dan Dea.
"Gue suka beneran sama Rara, dan gue gak rela Rara lebih milih lo yang hanya dijadikan pelampiasan."
Napasku memburu, apa maksud semua ucapan Alfi. Pelampiasan? Aku? Pelampiasan dari siapa?
"Lo pikir cewek bakal tahan sama hubungan yang gak jelas, gue tau lo gak akan pernah memperjelas hubungan kalian. Karena apa? Karena lo gak serius sama Rara."
"Raffa," pekikku saat tiba-tiba Alfi memukul Raffa hingga tersungkur.
"Lo apa-apaan sih, Al." Aku segera membantu Raffa untuk berdiri, kulihat Raffa sedikit meringis.
Aku menatap tajam pada Alfi, Ia pun membalas tatapanku. Namun kulihat tatapannya begitu tenang meski kulihat napasnya sedikit memburu.
"Kalian berdua tuh kenapa sih? Alfi, kok lo mukul Raffa?" tanyaku, namun Alfi tidak berniat membalas pertanyaanku.
"Kenapa sih?" gumamku saat melihat Alfi pergi begitu saja tanpa pamit.
"Gak apa-apakan?" tanyaku pada Raffa.
Dia menggeleng, "Gak apa-apa, kok belum pulang?" jawab Raffa bertanya.
"Belum aja, tadi nungguin Dea dulu," balasku yang diangguki Raffa.
"Kalian berdua berantem? Kenapa? Tumben?" tanya Dea yang pasti sudah penasaran sedari tadi.
"Ada masalah sedikit, gue gak apa-apa kok."
"Udah sore, cepet pulang! De, temenin Rara sana! Jangan ngajakin dia jadi kamcong sampe sore gini, pulang gih!" lanjut Raffa.
Kulihat Dea mengerucutkan bibirnya, "Dih apaan sih, ini juga mau pulang kali. Yu, Ra!"
Aku menatap Raffa, "Beneran gak apa-apa?"
"Gak apa-apa, ayo pulang!" Bukan Raffa yang menjawab melainkan Dea.
"Pulang duluan yah, hati-hati di jalan!" ujarku pada Raffa.
"Iya," jawabnya.
Aku melangkah dengan berat hati, khawatir pada Raffa dan memikirkan semua ucapan Alfi. Apa maksudnya?
"Ra." Aku menatap Dea, bertanya dengan sorotan mataku.
"Lo pasti lagi mikirin ucapan Alfi yah?" tanya Dea pelan.
Aku sedikit mengangguk, "Iya, sedikit."
"Jangan terlalu dipikirin, tar gue cari tau kebenarannya." Aku tersenyum mengangguk.
💫💫💫
Pagi ini aku melarang Raffa menjemputku, aku masih khawatir dengan keadaannya. Meski Raffa beberapa kali meyakiniku lewat telepon tadi malam, tapi tetap saja aku masih syok atas apa yang dilakukan Alfi pada Raffa.
"Aku denger kamu berantem sama Alfi?" Dahiku berkerut saat mendengar suara seseorang yang tak asing ditelingaku.
"Sedikit."
Suara itu?
"Raffa, kan?" lirihku pelan.
Ternyata ada yang melihat pertengkaran Raffa dan Alfi selain aku dan Dea, kejadian seperti ini akan menjadi gosip terhangat jika semua siswa tahu. Dan jangan sampe ini terjadi.
"Emang masalah apa?"
"Gak ada apa-apa, Sal."
Tidak lama kemudian, kulihat Raffa melangkah menjauh. Begitupun seseorang yang sedang mengobrol dengan Raffa sebelumnya, "Salsa?"
"Kok Salsa kaya khawatir sama Raffa? Kenapa? Apa urusannya?" gumamku bertanya-tanya.
"Kertas itu? Kertas yang aku temui di ruang musik saat bersama Raffa, tertera nama Salsa?"
"Kok bisa? Aku yakin note kecil itu milik Raffa, tapi kenapa tertera nama Salsa?" gumamku semakin menjadi-jadi.
"Gue gak rela Rara lebih milih lo yang hanya dijadikan pelampiasan."
Ucapan Alfi kemarin terbesit dalam pikiranku, pelampiasan?
"Jadi, Salsa sama Raffa?" lirihku terkekeh tidak percaya.
💫💫💫
A/n : Raffa tolong jelaskan apa maksud ucapan Alfi? 😢
Jangan lupa vote dan komen 😉
24 Juni 2020
-ar-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro