[7] Get Lost in Your Thoughts / 니 생각에서 길을 잃다
Eun Hyo tidak pernah merasa dirinya seaneh ini sebelumnya. Memang, dia tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Pergi ke Seven Eleven untuk membeli susu pisang, lalu duduk di kursi pojok sambil menulis lagu. Namun pikiran dan matanya benar-benar tidak bisa dikontrol beberapa hari ini.
Yang dia lakukan selama duduk di kursi pojok itu hanya terus mengerling ke arah kiri, mencuri lihat apa Seong Joon akan ada di sana atau tidak. Lalu ketika lelaki itu tak kunjung muncul padahal dia sudah mau pulang, otaknya tidak akan bisa dia hentikan untuk terus berpikir, ke mana Seong Joon akhir-akhir ini. Berhenti bekerja? Sakit? Ganti shift? Pikirannya mendadak jadi rumit dengan berbagai dugaan kemungkinan.
Ini sudah hari ketiga Eun Hyo melakukan semuanya dan berusaha mengontrol diri. Tidak ada yang berubah dari hari ke hari. Yang berjaga di balik meja kasir itu tetap seorang gadis yang pernah dilihatnya bersama Seong Joon di sini. Eun Hyo melirik ponsel dan melihat angka sepuluh bertengger di layar. Tempat ini sudah mau tutup dan berarti saatnya dia pulang. Lagi.
Dengan menjaga langkahnya tetap tegap, Eun Hyo berjalan menuju pintu keluar. Dia baru saja melewati meja kasir dan berhenti cukup lama. Pandangannya diarahkan ke sekitar, pura-pura melihat barang-barang yang ada, padahal hatinya sedang menimbang sesuatu. Haruskah dia bertanya pada kasir perempuan itu, atau biarkan saja dan kembali lagi besok.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Ji Yeol saat Eun Hyo masih bergeming di posisinya. Kelihatan bingung, dan tanpa arah.
Eun Hyo menoleh dan menatap Ji Yeol balik selama beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng dan memilih membuka pintu lalu pergi dari sana secepatnya. Bukan urusannya. Apa pun yang terjadi pada lelaki itu, sama sekali bukan urusannya, tegasnya pada diri sendiri.
Ketika sudah berbelok di ujung jalan dan bersiap menapaki tanjakan terjal menuju rumahnya, Eun Hyo baru sadar akan sesuatu. Dia merogoh-rogoh tasnya berulang kali, sampai isinya jadi berantakan di dalam. Ternyata benar, kunci rumahnya tertinggal. Sepertinya terselip saat dia mengeluarkan buku untuk menulis lagu tadi dan tanpa sadar lupa mengembalikannya ke tempat semula. Dengan cepat Eun Hyo kembali bergegas ke Seven Eleven itu.
"Oneuldo gomawosseo, Ji Yeol-a!(2)" ujar Seong Joon sambil tersenyum lebar setelah menutup toko sepenuhnya.
Ji Yeol balas tersenyum sambil mengangguk singkat. "Pulanglah dan istirahat yang banyak, Oppa!" sahutnya sambil melambaikan tangan dan beranjak pergi.
Dari jarak beberapa meter, Eun Hyo melihat interaksi dua orang di hadapannya sambil mematung. Apa yang dilihatnya barusan? Seong Joon ada di sana? Lelaki itu baru dan hanya datang untuk menutup pintu atau bagaimana? Tapi tidak mungkin. Eun Hyo baru meninggalkan tempat ini beberapa menit lalu. Seharusnya tidak secepat itu. Lalu apa? Dia ada di sana sejak tadi tapi tidak menampilkan diri? Eun Hyo hampir mendengus memikirkan kemungkinan itu, tapi dia merapatkan jari-jarinya dalam genggaman dan melangkah santai.
"Maaf merepotkan, tapi tolong buka kembali pintunya. Ada barang yang tertinggal," ujarnya dengan nada sedatar mungkin begitu tiba di belakang Seong Joon.
Seong Joon memutar tubuh dan langsung terperanjat melihat Eun Hyo. Mulutnya terbuka, tapi tidak ada satu pun kata yang keluar. Kepalanya bergerak-gerak, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak menyangka Eun Hyo akan kembali karena barangnya tertinggal dan menemukan dirinya di sini.
"Ka ...," Seong Joon gelagapan, tapi Eun Hyo tidak peduli.
"Tolong bukakan pintunya," tegas Eun Hyo lagi tanpa menatap Seong Joon.
Satu helaan napas berat lolos dari bibir Seong Joon. Dengan tergesa, dia membukakan pintu itu untuk Eun Hyo hingga tangannya tergores terali besi karena kurang berhati-hati. Tangannya refleks ditarik. Ringisannya terdengar sekilas, tapi dia cepat-cepat kembali fokus membukakan pintu. Dari ekor mata, dia melihat Eun Hyo yang bergeming sambil bersedekap, sama sekali tidak terpengaruh oleh ringisannya barusan.
Pintu kembali terbuka dan Eun Hyo memasuki toko itu dengan cepat. Dia mencari di bawah kolong meja tinggi dan menemukan kuncinya yang mengilap di pojok. Tangannya baru mau menggapai kunci itu ketika Seong Joon sudah mendahuluinya. Ada bagusnya, karena tangannya memang tidak akan sampai untuk merogoh dengan posisi sejauh itu. Dia bangkit berdiri, mengangguk sekilas dan kembali keluar.
Eun Hyo terus berjalan tanpa berniat menoleh apalagi berhenti, walau dia mendengar suara Seong Joon barusan. Ada gemuruh aneh di hatinya, yang membuatnya merasa kesal tanpa alasan yang jelas. Seong Joon menghindarinya. Itu kesimpulan yang baru terpikirkan olehnya saat kembali memasuki toko. Bagaimana bisa dia terus menunggu, padahal biasanya tidak. Sedangkan yang ditunggu malah menghindar. Dan kemungkinan itu sama sekali tidak satu kali pun melintas di pikirannya. Itu menyebalkan, dan memalukan.
"A ...." Tangan Seong Joon yang terjulur mengatung di udara. Lidahnya kelu tanpa bisa melanjutkan ucapan yang tertunda. Kalaupun bisa, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Eun Hyo. Kini yang bisa dilihatnya hanya gadis itu yang terus melangkah tanpa menoleh.
***
"Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa kau menghindarinya, Oppa," ucap Ji Yeol sambil menyeruput cokelat hangat di tangannya.
Seharusnya Ji Yeol sekarang sudah berada di rumah, kalau Seong Joon tidak menelepon dan memintanya kembali ke tempat kerja dan kini mereka duduk di seberangnya, menikmati keramaian malam yang tidak habis-habisnya di Seoul. Di dekat stasiun Hansung ini biasanya saat malam akan ada anak-anak muda yang berkumpul, entah untuk bermain skateboard atau membuat pertunjukan musik sederhana.
Seong Joon mengedarkan pandangan, mencoba mencari suasana baru. Siapa tahu hatinya bisa lebih tenang dengan begitu, tapi gagal. Ucapan Ji Yeol membuatnya kembali berpikir. Dia sendiri tidak tahu tepatnya kenapa memilih menghindar dari Eun Hyo. Yang dia inginkan hanya tidak terlihat aneh di hadapan gadis itu, hingga nyatanya dia bahkan jadi tidak terlihat sama sekali sekarang. Mengesankan, bagaimana pilihan yang kita ambil bisa membawa kita pada jalan yang sama sekali tidak kita inginkan, bahkan jauh dari yang bisa dibayangkan. Dan pada kasus Seong Joon, dalam arti yang buruk.
"Aku sendiri tidak mengerti," jawab Seong Joon sambil mengangkat bahu. Embusan napas menyusul setelahnya.
Ji Yeol mendecak sekali lalu menopangkan wajahnya di tangan. "Hidup kadang memang begitu membingungkan, ya. Seharusnya semakin dewasa, semakin banyak hal yang bisa dimengerti. Namun kenyataannya, kita malah semakin sering tersesat, pikiran sendiri biasanya yang jadi penyebab."
Seong Joon langsung menoleh dan tertawa pelan, membuat Ji Yeol menatapnya dengan kening berkerut. "Kenapa? Ucapanku salah?" tanya Ji Yeol.
Tawa Seong Joon semakin lepas ketika mendengar nada tidak terima dalam pertanyaan Ji Yeol. Tangannya terangkat dan mengacak-acak rambut gadis itu pelan. "Adik kecilku ini sudah mulai dewasa ternyata. Tidak ada yang salah dengan ucapanmu, justru terlalu benar, hingga aku kebingungan karena proses pendewasaanmu yang terasa terlalu cepat."
Tawa Seong Joon masih terdengar, menjadi latar di malam yang semakin larut, berbaur dengan kebisingan dari anak-anak muda lain di belakang mereka. Namun dunia seolah berhenti bagi Ji Yeol. Jantungnya tiba-tiba berdegup, terlalu kencang dan kecepatannya di luar batas normal. Sentuhan di ujung kepalanya tadi seolah menghantarkan sengatan listrik ke seluruh tubuhnya. Dan tawa Seong Joon kini membuatnya tidak bisa berpaling. Perlahan tapi pasti, rasa panas menjalar dan berpusat di pipinya.
Ji Yeol menarik kepalanya secepat mungkin untuk menoleh ke arah berlawanan dengan keberadaan Seong Joon. Dia tidak boleh terus melihat ke sana, atau dirinya akan jadi semakin aneh nanti. Napasnya menderu, membuat Seong Joon menepuk pundaknya pelan tapi menghasilkan pekikan histeris dari mulutnya.
"Kau kenapa, Ji Yeol?" tanya Seong Joon panik.
Seong Joon mengulurkan tangannya, hendak menyentuh kening atau wajah Ji Yeol yang terlalu merah saat ini, tapi dia mundur secepat mungkin. Melihat itu, Seong Joon semakin bingung. Namun Ji Yeol cepat-cepat menggeleng dan memberi senyum lebar, meski itu terlihat bodoh dan kikuk. Jauh berbeda dari dirinya yang biasa.
Jangan bertindak bodoh, Han Ji Yeol, umpatnya dalam hati. "Aku tidak apa-apa, Oppa," ujar Ji Yeol akhirnya. Matanya berkedip-kedip, sedangkan napasnya belum kembali teratur. Senyum yang diberikan juga masih seaneh yang sebelumnya.
"Kau tidak pandai berbohong, tahu? Ada apa? Kau sakit?" cecar Seong Joon lagi. Dia tidak pernah melihat Ji Yeol seperti ini, tentu saja hal itu membuatnya khawatir.
"Ah, ya! Hawanya sepertinya cukup tidak enak," seru Ji Yeol tiba-tiba, membuat keadaan semakin aneh. Dia langsung melompat berdiri dan melirik jam di tangan kanan. "Sudah malam, aku pulang dulu, Oppa. Kau juga istirahatlah."
"Aku antar!" seru Seong Joon kencang, tapi hanya dibalas lambaian tangan dari Ji Yeol yang sedang berlari seperti kesetanan.
Bodoh! umpatnya lagi pada diri sendiri ketika sudah sampai di belokan yang tidak bisa lagi dijangkau pandangan Seong Joon. Punggungnya diempaskan ke tembok sedangkan napasnya diembuskan kencang. Biasanya dia tidak begini. Seharusnya dia tidak begini! Seong Joon sudah lama berperan seperti kakaknya lalu kenapa sekarang tiba-tiba dia harus merasa canggung begini? Apalagi mereka sedang membahas perempuan yang menarik perhatian Seong Joon.
Bodoh. Bodoh. Ji Yeol kembali melanjutkan perjalanannya dengan lemas sambil terus mengumpat. Ucapannya barusan benar-benar terjadi. Sekarang dia sedang tersesat, kali ini hatinya yang jadi penyebab.
(2) Terima kasih lagi untuk hari ini, Ji Yeol!
****
Hayoloh Ji Yeol jadi suka sama Seong Joon, nambah perkara deh 😅
Baca Addicted Series yang lain ya:
Senin & Kamis: Comedor by YouRa_muriz
Selasa & Jumat: Sexy Secret by IndahHanaco
Rabu & Sabtu: Let Us Be Happy by junabei
Kosa kata Korea:
니: ni, artinya kamu (kepemilikan)
생각: saeng-gak (ae dibaca cepat) artinya pikiran
에서: e-seo (eo dibaca cepat), partikel menunjukan tempat
길: gil, artinya jalan
을: el, partikel untuk objek
잃다: il-tha, artinya hilang
Tapi kalau digabung, 길을 잃다 bisa diartikan tersesat.
Hangeul untuk percakapan Seong Joon:
오늘도 고마웠어, 지열아!
O-neul-do go-ma-woss-eo, ji-yeol-a!
Ditunggu komen dan votenya ya
junabei ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro