Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[12] Why Do You Have to Worry About Me? / 왜 나를 걱정해야 돼요?

Pagi-pagi sekali, bahkan matahari belum terbit, jalan pun masih gelap dan sepi, tapi Seong Joon sudah berada di depan rumah Eun Hyo. Pagar yang tertutup rapat itu sudah menjadi pemandangannya sejak setidaknya satu jam yang lalu. Tidak ada suara apa pun yang terdengar dari dalam rumah, mungkin Eun Hyo masih tertidur. Tapi Seong Joon bahkan tidak yakin gadis itu bisa tidur setelah kejadian kemarin.

Sebenarnya Seong Joon tidak yakin Eun Hyo akan keluar rumah hari ini. Walau akan pergi, mungkin tidak sepagi ini. Namun, berdiam diri saja di rumah setelah bangun membuatnya resah. Tadi malam saja dia susah tidur karena pikirannya hanya terfokus pada Eun Hyo, dan begitu membuka mata, kekhawatiran di hatinya langsung meledak-ledak, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk memacu langkah cepat-cepat ke sini.

Dia hanya harus tahu Eun Hyo baik-baik saja. Dia hanya harus melihat rumah gadis itu dan sekitarnya aman, tidak didatangi orang-orang yang mungkin akan mengganggu Eun Hyo. Dia hanya harus mendengar ketenangan dari dalam rumah gadis itu, tanpa ada tangisan atau tindakan-tindakan yang bisa membahayakan diri sendiri.

Sampai beberapa jam setelahnya, rumah itu masih tertutup rapat. Tapi baru saja terdengar derit pagar dan Eun Hyo muncul dari dalamnya sambil menenteng tas yang biasa dibawa. Gadis itu terlihat rapi, sama seperti bagaimana dia akan pergi ke tempat kerjanya biasa.

"Kau mau ke mana?" tanya Seong Joon sambil mengadang Eun Hyo.

Kening Eun Hyo berkerut karena baru menyadari keberadaan Seong Joon. "Sepagi ini?"

Nada bicaranya terdengar terkejut sekaligus tidak peduli dalam waktu bersamaan, membuat Seong Joon kebingungan. Namun ketika Eun Hyo langsung melangkah tanpa menunggu jawabannya, Seong Joon sadar kalau maksud pertanyaan tadi mungkin semacam sindiran.

Seong Joon mengikuti Eun Hyo dari belakang tanpa bersuara, takut merusak suasana hati gadis itu. Walau sebenarnya dia ingin sekali bertanya apa perasaannya sudah membaik, apa tidurnya nyenyak atau setidaknya cukup, apa yang mengisi pikirannya saat ini. Dia harap bukan keinginan-keinginan buruk.

Sepanjang perjalanan, kejadian seperti kemarin masih terus terulang. Rasanya hampir semua orang yang dilalui Eun Hyo akan menatapnya terang-terangan lalu berbisik soal berita palsu itu. Reaksi gadis itu pun tetap sama, dia bahkan seolah tidak mendengar dan melihat apa pun di sekitarnya. Langkahnya masih mantap dan tegap. Wajahnya yang selalu datar dan dingin pun tidak berubah.

Namun Seong Joon tidak tahan melihatnya. Dia semakin geram dengan orang-orang yang hanya bisa mengatai padahal tidak tahu apa-apa. Punya hak apa mereka sampai bisa mengomentari Eun Hyo sedemikian rupa? Akhirnya dia mempercepat langkah dan kini menyamakan posisi dengan gadis itu.

Seperti dugaan, Eun Hyo tidak menoleh, juga tidak bereaksi. Namun orang-orang yang berlalu-lalang yang mulai berbisik-bisik dan melihat dengan tatapan aneh, seolah mereka pemandangan langka. Seong Joon tidak mengerti, tapi berusaha mengikuti Eun Hyo. Tidak peduli, atau sekarang pura-pura tidak peduli.

Bukankah dia baru saja digosipkan dengan bos agensi? Dan sekarang berjalan bersama pria lain? Luar biasa.

Pria setampan itu kenapa mau berjalan bersama gadis penggoda?

Dia bahkan tidak malu mempertegas bahwa dirinya penggoda di depan umum. Apa dipikirnya punya banyak lelaki itu prestasi?

Seleranya cukup beragam, yang satu tua tapi yang ini muda.

Jelas sekali, yang satu untuk menambah saldo tabungan, sedangkan yang ini untuk kepuasan jiwa.

Baru setelah mendengar ucapan-ucapan itu, Seong Joon mengerti arti tatapan aneh yang mulai diberikan orang-orang. Tapi bagaimana orang-orang bisa begitu kejam? Mereka tidak tahu apa pun, demi Tuhan! Mereka bahkan tidak tahu bagaimana Eun Hyo selalu tidak peduli walau dia berulang kali berusaha mendekatinya.

Tangan Seong Joon mengepal di samping tubuh. Biasanya dia bisa menahan emosi dengan baik, tapi tidak kali ini. Dia tidak terima orang-orang asing itu menilai Eun Hyo sembarangan dan terus menyakiti gadis itu, padahal tidak ada seorang pun yang bersamanya di malam hari yang panjang dan sepi.

Seong Joon maju mengadang dua gadis yang membisikkan komentar terakhir. "Bagaimana kalian bisa menilai sembarangan padahal tidak mengenalnya sama sekali? Tidakkah kalian mengerti kalau ucapan bisa menyakiti seseorang lebih dalam?"

Kedua gadis itu saling memandang, terheran dengan reaksi Seong Joon yang tiba-tiba. Bahkan tanpa mengenal pun, orang-orang bisa melihat betapa tenangnya kepribadian lelaki itu.

"Tidak kusangka lelaki tampan seperti itu bahkan akan membelanya." Salah satu dari gadis itu malah membisikkan sesuatu yang tak diduga Seong Joon.

Gadis satunya mengangguk setuju. "Entah dukun mana yang membuatnya begitu hebat."

Mendengar itu membuat Seong Joon semakin geram. Dia berniat membela Eun Hyo, tapi bagaimana bisa dua gadis itu malah jadi semakin merendahkannya? Pikiran manusia memang misteri. Kenapa mereka memilih yang buruk ketika mereka bisa membantu orang lain bahkan dengan hanya berdiam diri.

Seong Joon masih berniat membantah dan membela Eun Hyo, tapi gadis itu sudah berjalan tanpa peduli apa pun. Seolah dirinya tidak mendengar apa-apa dari tadi, padahal telinganya bebas dari earphone yang biasa menyumpal di sana.

Selama mengikuti Eun Hyo, Seong Joon terus menebak ke mana tujuan gadis itu. Ketika melihat jalur kereta yang dinaiki, akhirnya dia sadar. Sebelum terlalu jauh, Seong Joon berjalan cepat dan mengadang langkah Eun Hyo sehingga gadis itu terpaksa harus berhenti. Dia berusaha mencari jalan lain, tapi Seong Joon tak berhenti mengadang.

"Kau berniat ke sana lagi?" tanya Seong Joon, mengarah pada tempat kerja Eun Hyo. "Apa kau tidak dengar apa yang orang-orang bicarakan tadi? Mereka terus mengataimu tanpa tahu faktanya. Kalau ke sana lagi, kau hanya membuat bahan celaan mereka bertambah."

Eun Hyo tidak lagi mencari jalan. Sebagai gantinya, dia berdiri diam sambil bersedekap menatap Seong Joon tajam. Terkadang dia tidak mengerti dengan isi pikiran lelaki itu. Apa yang membuatnya begitu bersikeras mencampuri urusan Eun Hyo, padahal mereka sama sekali tidak punya hubungan.

"Bukan urusanmu." Eun Hyo menjawab sambil lalu, kembali mencari jalan untuk pergi.

Seong Joon menghela napas. Bicara dengan Eun Hyo rasanya sama seperti tidak punya pilihan selain mengalah. Tapi tidak kali ini, Seong Joon tidak akan membiarkan gadis itu memberi orang lain semakin banyak kesempatan untuk mencelanya.

"Aku mengkhawatirkanmu. Kumohon jangan ke sana," bisik Seong Joon lemah. Kata mohon yang dilontarkannya tidak terasa berlebihan untuk nada bicara seperti barusan.

"Bukankah caramu mengkhawatirkanku malah semakin memperkeruh suasana tadi? Terserah saja yang kuucapkan tadi malam bukan berarti kau bisa mengaturku semaumu. Kau bukan siapa-siapa, jadi diam saja."

Lalu dia pergi, meninggalkan Seong Joon yang terdiam menatap punggungnya yang makin mengecil ditelan dinding stasiun yang lebar.

***

"Demi Tuhan, Song Eun Hyo, kalau tidak ada berita skandal itu, aku pasti dengan senang hati melihatmu di kantorku. Tapi sekarang, semua orang mengincar cela untuk mendapatkan berita yang mereka karang sesukanya. Harusnya kau mengerti dan tidak ke sini untuk menyenangkan orang-orang sialan pembuat onar itu."

Yong Suk yang tadinya duduk bersandar langsung memajukan tubuh begitu melihat Eun Hyo memasuki ruangannya. Melihat gadis itu di kantornya adalah hal terakhir yang diinginkannya saat ini. Semua orang sedang mengincar mereka untuk membuat cerita palsu baru, tapi gadis itu malah memberinya kesempatan. Dia benar-benar tidak mengerti cara berpikir Eun Hyo.

Mungkin tipe seperti Eun Hyo memang tidak akan peduli dengan apa pun yang orang bicarakan tentangnya, tapi ini masalah besar bagi Yong Suk. Citra agensinya saat ini memburuk karena berita skandal kemarin dan dia harus mati-matian menjelaskan kepada para pemegang saham agar tidak terburu-buru menarik milik mereka. Kalau sekarang ada berita tambahan, maka tidak akan ada lagi yang percaya padanya. Dan Eun Hyo harus mengerti itu.

"Memecatku akan membuat mereka berpikir kalau memang ada sesuatu dan kau melakukan itu untuk menutupinya. Aku harus tetap di sini supaya mereka sadar kalau itu hanya gosip tak bersumber." Eun Hyo menegaskan isi pikirannya dengan lantang.

Yong Suk menghela napas. "Menurutmu mereka akan berpikir dengan cara yang sama? Mereka hanya akan bilang kau bisa tetap di sini karena punya hubungan denganku. Kumohon Eun Hyo, kita selesaikan kontrakmu baik-baik dan jangan kembali ke sini, setidaknya dalam waktu dekat."

"Biarkan aku tetap menulis lagu dan bayar aku sebagaimana mestinya. Kau tak usah mencantumkan namaku. Yang kuperlukan hanya uang untuk bertahan hidup."

Untuk apa? bisik Eun Hyo dalam hati.  Dari luar dia memang selalu terlihat yakin atas segalanya, padahal tidak begitu kenyataannya. Semalaman dia memikirkan masalah itu beserta jalan keluarnya, tapi hasilnya hanya itu. Hatinya menyuruhnya bertahan hidup, walau otaknya mempertanyakan alasannya.

"Biar kupikirkan dulu. Selama itu, kumohon jangan datang ke sini," putus Yong Suk, berusaha menenangkan Eun Hyo.

Akhirnya Eun Hyo menyerah. Dia hanya mengangguk untuk mengucapkan salam dan keluar dari ruangan. Langkahnya kecil-kecil saat menyusuri lorong panjang yang memajang foto artis-artis yang berada di bawah naungan agensi ini. Tidak disangka, dia sudah terbiasa berada di tempat sejenis ini, sehingga kalau harus memikirkan berhenti dari pekerjaannya, rasanya akan aneh.

Eun Hyo tiba di luar dalam sekejap. Dalam hati dia menghela napas lega. Walau ada beberapa orang yang memalingkan wajah ke arahnya saat dia berjalan tadi, tapi mereka tidak berkata apa-apa. Tatapan mereka memang mengintimidasi, tapi Eun Hyo merasa bukan bagiannya untuk memikirkan hal semacam itu. Selama mereka tidak menyerang dengan berlebihan, dia masih tetap bisa hidup tenang.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dari seberang terdengar teriakan lantang. Seorang gadis muda berlari ke arah Eun Hyo dengan kecepatan tinggi. Pandangannya lurus dan tajam. Wajahnya merah padam seperti binatang buas yang sedang mengincar mangsanya.

"Wanita jalang, berani-beraninya kau menggoda ayahku!" teriak gadis muda itu sambil melemparkan telur yang disimpan di sakunya.

Telur itu melaju dalam kecepatan tinggi sampai Eun Hyo tidak sempat menghindar. Dia hanya memejam erat-erat, bersiap menerima sakitnya ketika kulit telur yang keras itu menghantam kepalanya nanti. Suara telur pecah terdengar, tapi kepalanya masih terasa baik-baik saja.

Eun Hyo membuka matanya perlahan. Di hadapannya, Seong Joon menunduk dengan jarak cukup dekat dari wajahnya. Tangannya merentang, seperti induk ayam yang melindungi anaknya. Saat ini juga Seong Joon sedang melindunginya, dari buasnya anak Yong Suk yang mau menerkamnya tadi.

"Kalau tidak membiarkanku mengkhawatirkanmu, seharusnya juga jangan biarkan mereka memperlakukanmu seperti ini," bisik Seong Joon dengan mata sayu dan redup. Setetes telur meluncur dari kepala Seong Joon menuruni dahinya. Anehnya, serangan itu tidak berhenti, walau sudah jelas bukan Eun Hyo yang menerimanya.

Di belakang Seong Joon, Eun Hyo terdiam, melihat bagaimana lelaki itu terus menahan serangan untuknya. Ada sesuatu yang terasa aneh di hatinya. Suatu rasa yang menjalar tanpa bisa dicegah, membuatnya kehabisan kata-kata.

Matanya mengerjap pelan sambil mengucap lirih, "Kenapa kau harus mengkhawatirkanku?"

****

Wuhuuu akhirnya update lagi hihihi
Baru kali ini ngetik full di hp karena sekarang aku lagi liburan. Ngetiknya juga nyuri2 waktu hehehe
Tapi entah karena liburan jadi otak seger atau emang lagi ada aja idenya, akhirnya bisa ngetik bagian ini. Semoga aja selanjutnya juga bisa terus ya 😄

Gimana rasanya kalau kalian jadi Eun Hyo? Bakal ngelakuin apa?

Kosa kata Korea:

왜: wae artinya kenapa

나를: na-rel artinya aku (rel: partikel penanda objek)

걱정해야 돼요: geog-jeong-hae-ya dwae-yo artinya harus mengkhawatirkan
Kata dasar dari 걱정하다 ditambah grammar 해야 하다/돼다 yang artinya harus

Sampai ketemu di updatean selanjutnya
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro