3
Hallo pembaca setia LUBH sebelum membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Happy reading..
Ziro memasuki rumahnya yang sepi, ia melihat seorang wanita dewasa yang sibuk berkutat di dapur, ia tersenyum melihat wanita itu lalu berjalan dengan cepat dan menghampiri wanita itu.
"Serius amat masaknya," ucap Ziro menyederkan tubuhnya dikulkas matanya melirik wanita itu tak lupa dengan memberikan senyum manisnya.
"Jangan gangguin wanita gue," kata seorang pria dewasa yang keluar dari kamar mandi dapur membuat Ziro menatapnya datar.
"Dih emang kak Kenzia, udah nerima Lo?" tanya Ziro melipat tangannya didepan dada.
Pria itu tersenyum lebar lalu memeluk Kenzia dari belakang, melihat tangan pria itu berada diatas perutnya membuat Kenzia langsung mencubitnya dengan kuat.
"Aww sakit sayang," ringis pria itu melepaskan pelukannya.
"Najis geli banget gue liatnya," ucap Ziro malas melihat tingkah alay Kakak iparnya.
"Inget ya Shaka kita bukan anak umur tujuh belas tahun lagi," omel Kenzia menunjuk Shaka dengan spatula ditangannya, membuat Shaka hanya tersenyum lebar.
Yah 6 tahun lalu Kenzia menerima lamaran Shaka menjadi suaminya.
PS: yang baca because ily pasti tau kisah Shaka dan Kenzia.
"Mommy ...Daddy... aku laper!" teriak anak laki-laki berlari dari pintu luar menuju dapur.
"Kevin jangan teriak!" teriak Kenzia membuat Shaka dan Ziro memutarkan bola matanya malas.
Yah saat putra pertama mereka lahir, Shaka dan Kenzia bersepakat memberi nama putra mereka Kevin.
"Udin... berisik!" omel Ziro melihat ponakannya yang penuh keringat ditubuhnya.
"Om jelek nama aku Kevin bukan Udin," ucap Kevin menginjak kaki Ziro dengan kuat, berharap pria itu mengaduh kesakitan.
"Iya dia jelek pantesan jomblo," sambung Shaka menggendong Kevin, anak kecil itupun mengangguk setuju dengan ucapan ayahnya.
Ziro membulatkan matanya mendengar ucapan kakak iparnya itu sedangkan Kevin memeletkan lidahnya membuat Ziro mendengus kesal.
"Awas ye udin kalau ada apa-apa jangan cari om, kita musuhan pokoknya," ujar Ziro membuat Kevin tertawa
...
"Aku gak mau tau kamu harus cari uang! Aku mau beli kalung terbaru!" teriak seorang wanita paruh baya menunjuk suaminya.
"Kamu gak liat? Usaha kita lagi turun!" jawab sang suami dengan nada tinggi.
Beezya yang mendengar itu hanya menarik nafasnya panjang, keluarganya sungguh sangat aneh, terkadang mereka bisa menjadi keluarga yang harmonis hingga membuat orang iri, terkadang keluarga mereka juga bisa menjadi keluarga yang tidak pernah Beezya inginkan, ia melihat kerah pintu,seorang pria masuk dengan muka kusutnya ia adalah adik Beezya.
"Tumben lu pulang?" tanya Beezya pada adik laki-lakinya.
"Emang kenapa?" tanyanya dengan nada tak suka.
"Ya engga kenapa-napa, cuma kalo lu disini siapa yang jagain Oma? Kak Vero kerja kan?"tanya Beezya membuat adiknya menatapnya tak suka.
"Lo aja sana."
"Apasi Van gue kan gak bisa jaga hari ini, lagian kan hari ini emang lu yang jagain Omah."
"Lo bacot anjing," umpat Alvan membuat Beezya melotot kaget.
"Lo yang anjing, brengsek banget mulut lo, gak ada sopan-sopannya sama orang yang lebih tua dari lo," maki Beezya tersulut emosi.
Alvan hanya diam ia pergi meninggalkan Beezya tanpa sepatah kata.
"Loh Alvan kamu kamu kemana?"tanya sang mamah saat berpaspasan dengan si Alvan, namun pria itu hanya mendiami sang ibu dan berlalu pergi meninggalkan rumah.
Mamahnya membulatkan matanya melihat Alvan ia meneriaki putra nya agar kembali kerumah, tapi teriakannya tidak dihiraukan oleh Alvan membuatnya kesal setengah mati.
Ia tau apa penyebab Alvan seperti itu, ia memasuki ruang keluarga menampar pipi Beezya dengan keras.
PLAK!
"Fuck" umpat Beezya dengan pelan ia memegang pipinya dengan menatap mamahnya.
"Apa yang kamu ucapkan pada Alvan?" tanya sang mamah dengan nafas yang tak teratur akibat emosi.
"Maksud mamah apa?"
"Gara-gara kamu Alvan pergi dari rumah bahkan mamah panggil pun dia gak mau jawab."
"Emang aku ngapain?"
"Kamu ngomong apa sama dia tadi!"
"Aku cuma nanya doang, kalo dia pulang siapa yang jaga omah."
"Kenapa harus nanya seperti itu! Beezya adik kamu itu keras kepala, sensitif--"
"Mah..aku cuma nanya gitu doang! asal mamah tau dia bahkan mengumpat aku,"Potong Beezya dengan cepat.
"Beezya adik kamu itu capek baru pulang dari rumah sakit, jagain omah kamu kalau dia ngomong kasar ke kamu sudah pasti kamu yang mulai duluan."
mendengar itu Beezya tertawa sumbang.
"Capek? terus gimana sama aku mah? setiap hari harus kerumah sakit, gak tau aku capek atau nggaknya tapi aku tetap di paksa kesana? dan lagi mamah selalu nuntut aku ini dan itu, hanya karena Alvan pergi mamah pukul aku?"
Plak!!
"Jangan memancing emosi Mamah Beezya! Cepat cari Alvan jika tidak ketemu jangan harap kamu bisa pulang kerumah ini!" ucap mamahnya meninggalkan Beezya dengan mata berkaca-kaca.
...
Berbeda tempat lain sepasang suami istri sedang menunggu kedatangan putra mereka, entah apa yang akan disampaikan tapi mimik wajah mereka sepertinya terjadi masalah serius, sang putra yang baru saja sampai sudah menyiapkan mentalnya karena ia sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang tuanya.
"Naka...Mamah sama Papa akan bercerai, papah harap kamu harus menentukan ingin tinggal dimana," ucap pria paruh baya saat berbapapasan dengan Naka yang baru pulang kerumah.
"Kenapa gak dari dulu aja cerai nya?" tanya Naka memegang tali tasnya ia melihat sang Mamah dibalik punggung Papahnya.
"Maksud kamu apa?" tanya sang Mamah tak mengerti.
"Kalian kira aku gak tau selama ini kalian cuma drama? Kelahiran aku cuma kesalahan kan?"
"Naka Mamah bisa jelasin."
"Ga usah di jelasin, aku gak akan ikut siapa pun, kalian bebas untuk memiliki pasangan dan menikmati hidup kalian kedepannya, anggap aja aku gak ada, jadi gak perlu repot-repot memperebutkan hak asuh, lagi pula kalian dari dulu emang gak pernah anggap aku ada, karena kalo kalian anggep aku ada gak mungkin kalian ninggalin aku sendirian sama bik Ijah selama ini," jelas Naka lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya.
Ia memasuki kamarnya lalu menutup pintu kamarnya dengan keras.
"Kalo ujung-ujungnya harus bercerai ngapain kalian harus drama selama ini, seharusnya kalian gak buat aku berharap memimpikan keluarga yang harmonis," lirih Naka melihat foto keluarga mereka 7 tahun lalu.
...
"Heh Lo ngikutin gue ya?"ucap Zoeya menunjuk Derlan yang berdiri didepannya dengan seorang gadis kecil disampingnya.
"Kok lu pede sih?" tanya Derlan menatap Zoeya dengan datar.
"Ih jangan-jangan Derlan mau jadi temen kita ya? Makanya ngikutin kita?" tanya Aistara membuat Derlan memutar bola matanya malas.
"Gue gak ngikutin kalian, gue kesini cuma mau nonton--"
"Kamu nonton Frozen juga?" potong Aistara dengan cepat membuat Derlan mengangguk.
"What the hell!!! Lo mau nonton Frozen juga?!" sambung Zoeya tak percaya.
"Emang kenapa sih?" tanya Deral menatap kedua gadis itu dengan bingung.
"Cogan kek lu seriusan nonton Frozen?"
"Lo mengakui gue cogan?" tanya Deral dengan menggoda Zoeya.
Zoeya menatap nya dengan jijik.
"Najis gue tarik ucapan gue tadi," kata Zoeya membuat Deral menatapnya datar.
Deral menarik nafasnya panjang ia memutar bola matanya malas lalu melirik ponakannya yang menatap mereka dengan Bingung.
"Gue kesini nemenin ponakan gue nonton Frozen, orang tua dia lagi pergi keluar kota," jelas Deral membuat Zoeya dan Aistara melihat kearah gadis kecil itu.
"Ihh gemoi banget," ucap Aistara menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Aistara tersenyum manis.
Gadis kecil itu bukannya menjawab ia malah bersembunyi dibalik kaki Deral.
"Dia takut kali Ci sama lo," ucap Zoeya melihat gadis kecil.
"Hai aku Aistara tapi Deral sama Zoeya manggil aku Poci kamu juga boleh manggil aku kak Poci," ucap Aistara dengan senang membuat gadis itu mengintip sedikit.
"Udah ga usah malu, biasanya kamu malu-maluin, mereka temen om, mereka baik kok, cuma yang didepan om ini galak,"ucap Deral melirik ponakanya , hal itu membuat Zoeya menatapnya dengan tajam, mendengar itu ponakannya keluar dari balik kaki Deral, ia tersenyum melihat Aistara lalu melirik Deral dengan tajam.
"Hai kak Poci aku Ica," ucap Ica dengan senyum lebar.
"Ica temennya Tapasya?"tanya Zoeya tak percaya.
"Demi Dewa," sambungya dengan nada khas nenek Tapasya.
"Bukan nama aku Aisya cuma dulu waktu aku kecil manggil nama sendiri itu Ica, jadi sampai sekarang jadi kebiasaan deh," jelas Ica alias Aisyah membuat Zoeya dan Aistara mengangguk paham.
...
"Mama gak mau tau pokok kamu harus bisa ngalahin Ziro," ucap wanita paruh baya melihat putrinya yang duduk didepannya.
Feli menarik napasnya panjang, menghembusnya dengan kasar, Ia terlalu dituntut untuk menjadi nomer satu dalam segala hal.
"Aku akan berusaha mah," jawab Feli membuat mamahnya mengangguk.
"Harus! Kamu harus berusaha mamah tidak mau lagi melihat kamu menjadi posisi yang kedua, jangan sampai kamu memalukan keluarga kita,"ucap sang mama membuat Feli menatap nya tak percaya.
"Mah posisi dua itu bukan hal yang Hina, aku udah berusaha semampu aku, dan aku selalu juara dalam segala hal, walaupun aku masih kalah sama Ziro."
Plak!!
"Anak bodoh! Keluarga kita selalu mendapatkan posisi satu dalam hal pelajaran, dan kamu jangan mencoreng nama baik keluarga ini, kalo kamu mau lihat papah kamu perhatian sama kamu, kamu harus bisa mengalahkan Ziro!" jelas mamah Feli lalu pergi meninggalkan Feli sendirian.
Feli mengacak rambutnya prustasi.
"Arghh...gue benci semuanya!" teriaknya dengan lirih.
.•
.•
.•
•TBC•
Jangan lupa vote dan komen ya kawan.
•See u next time guys•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro