Prolog - Ace
Ini bukan kali pertama gue diragukan sebagai anak orang tua gue, tiap kali gue nyebutin nama orang tua gue, mereka selalu bertanya sebanyak dua kali lagi untuk make sure gue enggak lagi berbohong. Belum lagi tatapan dari atas kepala sampai kaki, seolah menilai kelayakan gue sebagai anak orang tua gue. Ternyata muka gue yang mirip banget Ayah kurang meyakinkan mereka bahwa gue anak dari pasangan tersebut.
Kesal? Enggak sih, kadang risih aja harus ditanya dua kali.
Alasan utama gue diragukan bukan dari wajah, tapi dari kelakuan. Gue yang cenderung punya temen di setiap jurusan dan angkatan dianggap berlawanan dengan sifat kedua orang tua gue. Padahal, penyusun gen itu enggak sesederhana kepribadian ayah ditambah kepribadian ibu sama dengan kepribadian anak, masih ada silsilah kakek dan nenek dan buyut sebagai penentu.
Kalau mereka lupa, kakek dan nenek gue adalah orang yang senang bergaul.
"Dan terjadi lagi ... tuduhan anak pungut terulang kembali," Nea bersenandung setelah menandaskan minumannya siang ini.
"Tapi muka lo tuh, muka bapak lo banget, masa sih diraguin sama Prof. Fahmi?" timpal Amu yang baru aja memesan gelas ketiga jus semangka.
Bener, berbeda dari wajah Amu yang perpaduan seimbang wajah kedua orang tuanya ataupun Nea yang berwajah ayah 70% dan ibu 30%, gue adalah duplikat wajah Ayah 100% mulai dari bentuk bibir yang penuh, kelopak mata yang jomlo alias enggak ada lipatannya, sampai letak tahi lalatnya pun diturunkan ke gue, harusnya mereka bisa melihat kesamaan di wajah alih-alih melihat kepribadian gue.
"Lo kalo pesan jus semangka sekali duduk bisa tiga gelas sendirian," Nea mrnunjuk gelas jus semangka yang isinya sudah hilang setengah.
"Amu tersusun atas, 20% mikirin cewek, 20% sel-sel tulang lunak, dan 60% jus semangka," sahut gue.
Kadang gue berpikir apa harus gue ubah sikap lebih tenang, enggak suka kumpul, dan bertulang lunak juga agar enggak perlu ditanya dua kali apakah gue benar keturunan orang tua gue, tapi ... kayaknya tampang gue yang—kata Bunda—tengil, enggak bakal cocok.
Anyway, meskipun sering diragukan lantaran gue kelihatan sembrono, rupanya kalau udah ngomongin skill enggak ada yang berani mempertanyakan, jelas sebagai anak bontot gue enggak mempermalukan nama keluarga gue.
Oh, iya ... kenalan dulu, nama gue Musa Avempace Mahawira atau sering dipanggil Ace, kecuali keluarga yang tetap manggil gue dengan sebutan Musa.
🍁🍁🍁
Bisakah kalian melihat kemiripannya? Hahahahahaha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro