Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~ Tujuh Belas ~







= Hallo Mahluk Bumi :) =












= Selamat Membaca =
_______________________

||


Terimakasih sudah bertahan dalam dilema,
Sudah kuat menghadapi masalah yang ada,
Genggam tanganku selalu, jangan menyerah,
Karena jalan di depan kita semakin sulit setiap hari nya.

Aku mencintaimu, sangat.




||





Gracia sejak tadi gelisah di tempat nya. Semenjak ia pulang makan malam bersama Shani, ia merasa tak enak hati.

Bukan, bukan Shani penyebab nya. Tetapi Ara.

Sahabat nya itu sampai detik ini belum juga pulang ke rumah. Gracia bukan kawatir Ara akan kenapa-kenapa. Tapi Gracia kesal karena kejadian Chika tadi. Apalagi tadi Chika sempat mengirim Gracia pesan singkat, bertanya Ara sudah pulang atau belum. Karena ponsel nya masih saja belum aktif.

Dengan sekali gerakan Gracia bangkit dari tidur nya, berjalan keluar dari kamar hendak menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Langkahnya terhenti disusul kedua mata nya memicing saat melihat sosok yang ia tunggu hendak meraih handle pintu kamar nya.

"JANGAN BERGERAK!!"

Ara langsung menoleh sambil mengangkat ke dua tangan nya. Kedua nya kini terlihat seperti seorang polisi yang hendak menangkap seorang penjahat.

"Kaget anying!!" Kesal Ara lalu menurunkan kedua tangan nya "Kenapa sih loe?"

Gracia mendengus lalu mengikis jarak. Tangan kanan nya terangkat lalu menoyor kening Ara hingga Ara mundur dua langkah.
"Darimana maneh?" Tanya Gracia.

"Lah kan tadi gue udah bilang mau jalan" jawab Ara kesal.

Gracia mengerjap lalu mengangguk "Oke ganti pertanyaan" ucap nya lalu mendorong tubuh Ara, menyuruhnya untuk masuk ke kamar. "Masuk buruan gue mau introgasi!"

Sekalipun masih bingung dengan apa yang terjadi dengan Gracia, Ara tetap menuruti apa mau gadis bergigi gingsul ini.

"Loe kesambet apaan sih?" Kesal Ara lalu duduk di sisi tempat tidur sementara Gracia berdiri di hadapan nya dengan berkacak pinggang.

"Loe pergi sama siapa?" Tanya Gracia penuh intimidasi.

Ara mendadak gugup "emm.. itu.. guee..."

"Sama siapa Anjir?!" Kesal Gracia "Setidaknya kalo loe mau pergi sama orang lain selain Chika, loe breefing gue dulu. Biar gue punya jawaban kalo Chika nanyain loe"

"Loe ketemu Chika?"

"Iye, dia dateng pas gue mau pergi. Gue jawab aja loe pergi sama adek loe"

"Hehe pinter maneh"

"Emang!!" Kesal Gracia "jadi, loe pergi sama siapa?"

"Mira.. hehe"

"Astaga!!!" Gracia menatap tak percaya "Sejak kapan loe deket sama dia?"

Gracia beranjak duduk di samping Ara, mencoba menggali lebih banyak informasi dari sahabat nya ini.

"Belom lama sih, lagian cuma makan doang kok" ucap Ara

"Kok loe gak cerita sama gue?" Tanya Gracia

"Kan loe sibuk sama Shani, kapan loe punya waktu buat gue?"

Gracia diam tak berkutik, mendadak ia kesulitan mengeluarkan kata. Ara benar, ia selama ini sibuk bersama Shani, bahkan beberapa kali Gracia meluangkan waktu bersama Ara pun hanya membahas  bagaimana cara menyatakan perasaan nya pada Shani.

"Mm.. sorry"

Ara terkekeh pelan. Sebelah tangan nya terangkat, menoyor kening Gracia.

"Biasa aja tuh muka. Jelek banget" ledek Ara "Gue gak papa. Gue tau loe lagi berjuang buat Shani, dan gue sebagai sohib yang baik pasti dukung loe" ucap Ara "Gue bukan gak mau cerita, cuma ya karena emang belom penting juga buat di ceritain"

"Tapi loe sama Mira...?"

"Kita cuma temenan, dan gak salah dong kalo gue jalan sama temen gue?" Tanya Ara namun tak memberi Gracia kesempatan bicara "Masalah Chika, nanti gue jelasin pelan-pelan. Karena loe tau kan kalo selama ini dia gak pernah izinin gue buat pergi sama siapa pun kecuali dia. Dan gue gak mau dia malah jadi marah-marah gak jelas sama Mira, kalo sampe dia tau gue jalan sama Mira tadi"

Gracia mengangguk paham, cukup rumit juga masalah sahabat nya ini.
"Oke.. penjelasan di terima. Tapi gue mohon, ceritain apapun masalah loe sama gue, dan gue pasti bakal luangin waktu buat loe"

"Siap!" Ucap Ara semangat "sono loe balik, gue mau mandi"

"Halah biasa juga gak mandi"

"Gak usah buka kartu anjir!!"

__

Mobil milik Vino berhenti di parkiran kampus. Segera ia mematikan mesin mobil lalu menatap ke arah Shani yang duduk di samping nya.

"Aku mau ngajak kamu liburan tapi yang deket aja, kapan kamu ada waktu?"

Shani yang baru saja melepas sabuk pengaman, kini ikut menatap Vino "Belum tau kak, aku lagi sibuk ngerjain tugas-tugas aku"

Vino mengangguk lemah sambil tersenyum miris, lagi-lagi ia menerima penolakan dengan alasan yang sama.

"Yaudah, gimana kalo sekedar makan malam? Kayanya kita udah lama gak makan berdua"

Shani diam sejenak, menarik nafas dalam sebelum berkata "Cari waktu yang pas ya kak, aku lagi cape banget akhir-akhir ini"

Pasrah. Vino tak lagi bisa berkata apa-apa. Sepertinya Ia butuh berjuang lebih keras lagi untuk menaklukan hati Shani. Jika dulu saingan Vino adalah diri nya sendiri, maka sekarang ada Gracia yang sudah Vino jadikan rival abadi. Vino tak akan menyerah untuk merebut hati Shani, dan Vino akan berusaha mempertahankan hubungan nya dengan Shani. Apapun tantangan atau resiko nya.

"Aku turun ya" ucap Shani membuat Vino mengerjap lalu menahan tangan Shani dan berkata...

"Tunggu Shan..

Vino mengikis jarak lalu menjatuhkan ciuman di kening Shani tapi tak lama, karena Shani langsung memundurkan kepala nya lalu membuang tatapan nya keluar.

Tubuh Shani terlonjak saat melihat sosok yang sedang berdiri menatap kearah mobil yang di tumpangi Shani. Celaka, Gracia pasti melihat saat Vino mencium Shani tadi.

"Duluan ya kak, makasih" ucap Shani cepat lalu turun dari mobil Vino. Berjalan cepat ke arah Gracia yang kini tersenyum hangat ke arah nya.

"Sayang" ucap Shani saat berhenti di depan Gracia "K-kamu udah nunggu lama?" Lanjutnya sedikit gugup. Takut-takut jika Gracia akan marah karena adegan tadi

"Belum sayang. Kok kaya panik gini sih kenapa?" Tanya Gracia lembut sambil mengusap kening Shani yang terdapat bulir keringat.

"Mm a-aku..."

"Gapapa sayang. Aku gak liat kok pas dia cium kamu" kekeh Gracia diakhir kalimat nya.

Shani menatap tak percaya dengan apa yang Gracia katakan, bisa-bisa nya ia malah bercanda dan terkekeh. Padahal Shani tau  jika kekehan itu hanya kamuflase untuk menutupi rasa cemburu nya.

"Maaf" ucap Shani pelan.

Tangan Gracia bergerak mengusap kening Shani yang di kecup Vino tadi "Aku usap aja dulu yaa buat ilangin bekas nya. Soalnya kalo mau cium kan gak enak juga di parkiran gini" ucap Gracia "Gak bisa nambah nanti"

Shani malah mendengus lalu memukul pelan bahu Gracia "Rese kamu ih"

"Kalo gak rese, bukan pacar kamu sayang" ucap Gracia lalu meraih tangan Shani dan menggenggam nya "Ayo ke kelas, nanti bidadari aku telat"

Shani dan Gracia berjalan meninggalkan parkiran, sekaligus meninggalkan Vino yang masih diam di tempat nya tadi. Tak berniat turun atau beranjak, hanya fokus menikmati adegan yang membuat hati nya sesak.

____



Tak terasa musim penghujan tiba. 
Hujan mengguyur bumi sejak semalam hingga pagi. Sepertinya tak akan memberi kesempatan pada mentari untuk menunjukkan eksistensi.

Seorang gadis titisan bidadari dari surga menarik selimut nya sebatas dada, hendak kembali memejamkan mata karena hari ini tidak ada kegiatan yang akan di lakukan nya.

Kesadaran nya nyaris hilang sepenuh nya sebelum mengerjap karena suara ponsel yang mengganggu ketentraman telinga.

Mau tidak mau ia membuka mata, mengulurkan tangan untuk meraih ponsel di atas meja.

Senyum nya merekah indah, saat sebuah nama paling ia suka muncul di layar ponsel nya.

My Gee❤  Calling.....

Segera ia menggeser icon hijau lalu menempelkan ponsel nya di telinga.

"Selamat pagi pacar nya Shania Gracia yang paling sempurna" 

Belum sempat Shani menyapa, suara indah milik sang kekasih sudah mengalun lembut di telinga. Membuat nya tak kuasa menahan  diri untuk tidak gesrek pagi ini. Tubuh nya yang tadi terasa dingin, seketika menghangat hanya karena sebuah kalimat.

Selalu, kekasih nya itu bisa membuat Shani rindu padahal baru kemarin mereka bertemu.

"Selamat pagi sayang"

Shani menjawab sama lembut nya, sukses membuat gadis bergigi gingsul disebrang sana mengulum senyum nya.

"Baru bangun ya sayang? tumben banget"

Shani membenarkan posisi nya menjadi duduk bersandar pada kepala kasur.

"Iyaa baru bangun. Gak tau kenapa lagi males banget. Lagian gak ngampus juga hari ini"

Terdengar kekehan pelan dari sang kekasih sebelum berkata...
"Bidadari bisa males juga ternyata"

Shani ikut terkekeh pelan.
"Sesekali aku pengen ngerasain jadi manusia males kaya kamu Gee..."

Gracia kembali tertawa saat mendengar kalimat ledekan dari kekasih nya 
"Aku anggap itu sebuah pujian sayang" ucap Gracia membuat Shani kembali tertawa pelan "mm sayang... aku mau ajak makan diluar malam ini. Bisa gak?"

Shani diam sejenak, mengingat apakah dia ada rencana atau tidak. Tak masalah jika hanya janji dengan Veranda, karena kakak nya itu pasti tak akan marah jika Shani membatalkan janji nya.

Tapi jika dengan Vino lain cerita.

Namun seperti nya Shani tidak mendapat kabar atau pesan apapun dari laki-laki itu, bahkan akhir-akhir ini Vino jarang sekali menghubungi nya.

Jarang bertanya Shani dimana dan bersama siapa. Jarang melarang ini itu, bahkan jarang sekali protes atau marah jika Shani sedang bersama Gracia.

Sebuah kemajuan yang bagus. Tapi tetap saja terasa aneh untuk Shani. Bagaimana Shani bisa memutuskan Vino dalam waktu dekat jika sikap Vino malah berubah 180 derajat?

Jika dulu Shani bisa memberi alasan bahwa Vino terlalu posesif, selalu mengekang Shani, tidak memberi Shani ruang untuk sendiri bahkan bersama orang lain. Lalu sekarang Shani harus memberi alasan apa?

Tak mungkin juga Shani memberi alasan 'kamu terlalu baik untuk aku'.  Bisa-bisa Shani di suruh pacaran sama begal nanti.

Rasanya semakin membingungkan saja. 

"Sayang...."

Shani mengerjap, merutuki kebodohan nya karena berfikir terlalu lama.

"Sama Kak Ve kan?" Tanya Shani memastikan. Karena jika hanya Shani yang pergi, sang papa tak akan mengizinkan.

"Iya dong, nanti aku jemput Naomi sekalian" 

"Boleh sayang, jam 7 ya kaya biasa" ucap Shani yakin.

"Siap sayang, aku jemput ke rumah atau..."

"Kita ketemu di tempat biasa aja gimana? Papa udah pulang soal nya" ucap Shani tak enak "gak papa kan sayang?" 

"Gak papa kok, santuy. Yaudah kamu mending mandi terus sarapan"

"Iyaa sayaang"

"Sampai ketemu nanti malam cantik"

Belum sempat Shani menjawab, Gracia sudah memutus sambungan telpon nya.

Shani menatap layar lalu mendengus kesal. Ia masih ingin berlama-lama berbincang dengan Gracia. Tapi mungkin Gracia ada kegiatan lain dan Shani harus mengerti itu.

Tak ingin menghiraukan apapun, Shani kembali menyimpan ponsel nya di atas meja lalu beranjak untuk merapikan tempat tidur nya, setelah selesai segera ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

___





Malam yang ditunggu tiba, Shani dan Veranda sudah bersiap untuk makan malam bersama Gracia.

"Tumben kamu cantik banget malam ini?" tanya Veranda pada Shani yang terlihat jauh lebih sempurna dari biasanya.

"ih aku tiap hari cantik ya kak, gak cuma malam ini doang"

Veranda memutar bola matanya malas, tumben sekali adik nya ini kepedean seperti ini. Biasanya dia hanya akan menanggapi dengan senyuman atau tidak menjawab sama sekali.

Pasti ketularan Gracia.

"iya deh yang cantik tiap hari" ledek Veranda "ayo turun, Naomi sama Gracia udah di jalan katanya"

"lah kok cepet banget?" tanya Shani heran "kan janjian nya setengah jam lagi"

"kata Naomi, pacar kamu udah nangkring di Apartment dari jam 5 sore. Katanya udah gak sabar mau ketemu kamu, makanya gak mau sampe telat"

Shani terkekeh pelan. Sudah pasti Naomi merasa terganggu dengan Gracia karena kekasihnya itu sudah pasti merusuh di Apartement nya. 

"yaudah ayo" ucap Shani.

Shani dan Veranda berjalan meuju tangga untuk turun, keduanya kompak menghentikan langkah saat melihat sang papa sedang berdiri dan menatap ke arah mereka.

"Kalian udah siap?" Tanya Sang papa, Reynan Tanumihardja.

"Siap kemana pah?" Tanya Shani heran. Begitu juga dengan Veranda. Hanya saja sang kakak memilih diam karena merasa pertanyaan nya sudah di wakili oleh Shani.

"Loh, Makan malam sama keluarga Vino kan? Katanya Vino udah ngabarin kalian"

Shani dan Veranda kompak saling melempar tatap tanya. Kedua nya segera merogoh tas masing-masing, membuka aplikasi Chat dan memastikan apa yang di ucapkan sang papa benar atau tidak.

Pupil mata kakak adik ini kompak melebar saat melihat pesan di layar ponsel mereka.  Kompak saling menatap saat melihat adanya pesan singkat dari Vino yang memberitahu tentang acara makan malam bersama keluarga Vino malam ini.

"Bego. Kan Gue bisuin selalu. Ya mana gue tau dia Chat" ucap Veranda dalam hati.

"Kok bisa kecolongan sih? Tau gini pesan nya gak aku arsip" ucap Shani dalam hati.

"Kok kalian malah tatap-tatapan. Ayo berangkat nanti kita telat"

Tanpa menunggu jawaban kedua putri nya, Reynan segera berjalan menuju pintu keluar.

"Kak gimana ini?" Tanya Shani resah

"Ya gimana lagi. Gak ada pilihan lain selain ikutin mau nya papa"

Shani mengangguk lemah. Dilema besar melanda hati nya. Bagaimana cara ia memberitahu Gracia jika ia tak jadi datang malam ini? Gracia pasti sangat kecewa, apalagi mendengar kata Veranda tadi, Shani tau seberapa besar antusiasme kekasih nya itu untuk bertemu Shani. Shani juga sama, sangat ingin bertemu Gracia, hanya saja ia tak bisa menolak perintah sang papa.

"Ayo dek. Kita kabarin di jalan aja. Keburu papa marah kalo kita lama"

Shani kembali mengangguk pasrah, berjalan dengan langkah gontai bersama Veranda.

__

Gracia dan Naomi baru saja tiba di restoran yang sudah mereka sepakati sebelum nya. Terlihat senyum tak jarang mengembang dari gadis bergigi gingsul yang sejak tadi sudah tak sabar ingin bertemu sang pujaan hati.

"Sabaar anjir!" Kesal Naomi saat Gracia berjalan cepat di belakang diri nya hingga menubruk punggung nya "Rusuh banget mau makan doang" lanjut  Naomi lalu berhenti di sebuah meja yang sudah di pesan sebelum nya.

"Hehe" cengir Gracia "kalo gak rusuh ya bukan gue namanya" ucap Gracia lalu menarik kursi di hadapan Naomi.

"Sabaaar elah! Kek gak ketemu tiga taun aja. Perasaan kemaren kalian balik bareng deh"

"Hehe yaa gimana ya Mi. Selain cantik, Shani juga ngangenin"

"Bucheeenn" ledek Naomi

"Ngaca! Kaya loe kagak aja" ucap Gracia lalu mengeluarkan ponsel nya.

Naomi juga sama mengeluarkan ponsel nya, sama-sama menyimpan di atas meja.

"Loe sekalian pesen makan kan?" Tanya Naomi

"Iyaa. Lagian Shani sama Kak Ve kalo makan gak pernah aneh-aneh kan. Selalu menu yang sama"

"Hooh. Kadang gue gak ngerti, kenapa duo titisan bidadari itu gak suka aneh-aneh. Pernah gue ajak kak Ve makan kerak telor di ujung jalan aja dia gak mau. Katanya gak higienis, kena debu sama segala macem lah pokok nya"

"Lah sama. Shani gue ajak makan pentol aja gak mau. Katanya takut itu bahan-bahan nya gak sehat, pake daging tikus atau bahan nya bukan kualitas terbaik" ucap Gracia lalu terkekeh "Padahal selama bertahun-tahun gue makan pentol, cakep-cakep aja ampe sekarang"

Naomi mendengus "kagak ada cakep-cakep nya loe mah. Rusuh yang ada" kesal Naomi saat ingatan nya kembali pada saat Gracia datang ke Apartment nya sore tadi.

Kesal saat Gracia mengacak-acak isi kulkas nya, atau saat Gracia mengeluarkan seluruh isi lemari baju Naomi karena Naomi berkata tak memiliki baju malam ini.

Padahal setiap wanita juga akan berkata demikian jika hendak bepergian.

"Kalo gue gak rusuh, Shani gak mungkin mau sama gue" ucap Gracia

"Lah kenapa?"

"Ya kan gue spesialis rusuhin hati nya. Semakin gue rusuhin dia, dia akan semakin cinta sama gue"

Gracia tertawa di akhir kalimat nya, sementara Naomi memutar bola mata nya malas.

"Tapi--

Belum sempat Naomi melanjutkan kalimat nya, perhatian nya teralih pada ponsel nya yang menyala dan berbunyi menandakan adanya notifikasi masuk. Gracia juga demikian. Kedua nya kini kompak melihat pesan masuk dari kekasih masing-masing.

Gracia dan Naomi sama-sama menurunkan ponsel nya, saling menatap kecewa lalu kompak berkata..

"Veranda gak jadi dateng"
"Shani gak jadi dateng"

__


Shani dan Veranda berusaha untuk menjaga sikap sebaik mungkin. Sesekali tersenyum, mengangguk atau menjawab beberapa tanya yang terlontar dari mama maupun papa Vino.

Sekalipun tak nyaman dengan suasana nya, Veranda dan Shani berusaha menahan diri untuk tidak kabur dari tempat ini.

"Sebentar lagi Vino lulus kuliah. Kalian mau langsung nikah atau nunggu Shani lulus?"

Kalimat tanya penuh harap baru saja terucap dari mama Vino. Sukses membuat jantung Shani bergemuruh. Dilema hendak menjawab apa. Karena selama ini tak ada yang Shani fikirkan selain bagaimana cara putus dengan Vino.

"Vino sih gimana Shani aja ma" Jawab Vino sambil tersenyum. Lalu menatap ke Arah Shani "Shani gimana?"

Shani tak siap menjawab apapun, sekilas menoleh ke arah Veranda yang kini sedang menatap nya juga. Seolah meminta pertolongan lewat tatap mata, Veranda hanya mengangguk. Veranda yakin bahwa Shani akan mengulur waktu, mengingat mereka belum punya cara untuk memutuskan hubungan Shani dan Vino.

"Shani mau nunggu lulus dulu tante" jawab Shani akhir nya.

Vino sudah menduga jika Shani akan menjawab demikian, ia hanya bisa pasrah sambil tetap mempertahankan senyum nya.

"Gak kelamaan Shan?" Tanya mama Vino seolah tak puas dengan jawaban Shani.

"Enggak tante. Lagian Shani mau nunggu kakak nikah duluan"

Veranda menelan kasar saliva nya, ia lupa jika ia adalah seorang kakak. Dan betul apa yang Shani katakan, bahwa Shani akan menikah setelah Veranda.

Setelah ini sepertinya Veranda harus siap menemui orang tua Naomi untuk meminta restu secara resmi. Bukan ingin buru-buru menikah, hanya saja untuk antisipasi jika Shani ingin menikah lebih cepat nanti atau malah berniat kawin lari.

Mengingat Shani sudah bucin setengah mati pada Gracia.

"Veranda sudah punya pilihan?" Tanya mama Vino "Kalau belum, biar tante carikan nanti"

"Sudah tante sudah. Kebetulan satu kampus juga" ucap Veranda cepat.

"Syukurlah. Semoga secepatnya kalian menikah ya. Biar Shani dan Vino bisa secepatnya menikah juga"

Veranda hanya mengangguk.

Beruntung tak ada lagi percakapan hingga acara makan selesai.

Vino meneguk air putih beberapa kali, sebelum menyimpan kembali gelas di atas meja lalu menatap ke arah Shani.

"Shan, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Vino membuat Shani mengangguk.

"Di belakang aja ya" ucap Vino lalu berjalan menuju halaman belakang di susul oleh Shani.

Shani dan Vino duduk di sebuah bangku yang tersedia, sama-sama menatap ke arah depan. Sesekali Shani mendongak menatap langit luas, tersenyum saat mengingat hari dimana Gracia dan Shani saling berjanji untuk selalu bersama memperjuangkan cinta mereka.

Tak ada percakapan untuk beberapa saat, kedua nya terperangkap dalam fikiran masing-masing. Vino sibuk mencari kalimat yang tepat untuk membuka percakapan, sementara Shani kini sibuk menerka apa yang akan Vino katakan.

Hembusan angin menerpa tubuh kedua nya, membuat Shani menutup mata sekejap saja.

Vino masih diam menikmati momen yang tercipta, rasanya sudah lama mereka tidak duduk berdua. Interaksi mereka selama ini sering nya hanya antar jemput ke kampus saja.

Tak pernah kedua nya terlibat percakapan serius, sering nya berdebat atau mempermasalahkan hal yang tak begitu penting bagi Shani.

Tak ada komunikasi yang berarti, hanya ada hal-hal monoton yang membosan kan bagi Shani. Semua nya selalu sama, bosan, sepi, menyebalkan, tak jarang memuakkan.

Hingga akhirnya seorang gadis bergigi gingsul datang memporakporandakan hati Shani, hingga hidup Shani bisa berwarna lagi.

Sempat tenang dengan hanya menikmati semilir angin malam, jantung Shani tiba-tiba saja berdegup kencang saat ia mendengar sebuah kalimat yang Vino lontarkan....

"Aku udah tau kalo sebenarnya kamu pacaran sama Gracia"

Sukses membuat Shani menegang di tempatnya.










=Tbc=

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro