Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~tiga~







= Selamat Membaca =

**************************








-Bahkan Akal sehat ku mendadak demam
Ketika aku mencintaimu-






Matahari mulai menunjukkan eksistensinya, memancarkan sinarnya dengan malu-malu.

Seorang gadis cantik membenarkan letak Snapback kesayangan nya, memastikan bahwa ia mengenakannya dengan tepat tanpa miring sedikitpun. Outfit yang ia pilih hari ini cukup membuat nya tersenyum puas. Dia memilih mengenakan tangtop warna hitam, dibalut kemeja kotak-kotak yang sengaja tidak ia kancing semua.

Jeans hitam robek-robek serta sepasang sneaker dengan warna yang senada dengan jeans nya, Menambah kesan simple pada penampilan nya. Namun sudah dipastikan banyak mata yang tidak bisa melewatkan pesonanya.

Gracia mengambil tas selempang nya, menyampirkan nya di bahu lalu segera turun untuk sarapan, dirinya tak mau terlambat di hari pertama kuliah.

"Loe godain cewek-cewek di kampus gue matiin ya" sambut Ara saat melihat penampilan Gracia "manusia kaya loe wajib banget di waspadai" lanjutnya.

"Loe suka gitu ah, tau aja gue mau cari yang cakep"

"Gue aduin om sama tante mampos loe"

"Selain jelek, sirikan, bucin, loe juga tukang ngadu ya" sindir Gracia

"Gandeng!!"

"Kalian masih ribut, mobil papa sita ya!"

Ancam pras pada keduanya. Sontak mereka diam dan langsung memamerkan cengirannya.

"Btw, si bocah otomotif kemana om?" Tanya Gracia karena sejak kemarin tidak bertemu dengan anak bungsu keluarga ini.

"Olla di rumah nenek nya, liburan"

"Pantes rumah sepi, kalo ada dia kan rusuh. Kaya ada hajatan 7 hari 7 malem"

"Biar tenang dulu ini rumah, tante pusing sama kelakuan bocah itu. Kalo gak bolak balik masuk BK, ya balapan di ujung jalan, balik-balik tangan nya patah" ucap sasya saat mengingat hal apa saja yang putri bungsu nya itu lakukan, tak jarang membuat nya stress setengah mati. "Giliran Anteng dirumah, maen game, main lego, main mobil-mobilan seharian. Lupa makan, lupa mandi, lupa minum, untung gak lupa nafas. Giliran disuruh mandi mesti dikasih duit dulu baru mau" lanjutnya membuat mereka semua tertawa mendengar keluh kesah sasya.

___




Ara mendengus, menatap jengah pada mahluk yang berjalan di samping nya. Ini salah satu alasan mengapa ia malas satu kampus dengan Gracia, manusia kunyuk ini hobinya tebar pesona.

Setiap orang yang dia anggap menarik tidak akan lepas dari pandangan nya, lebih parah lagi, mereka akan menjadi korban modus manusia yang kini melempar senyum manis pada sekumpulan ciwi-ciwi yang kebetulan berpapasan dengan nya.

Dengan kemampuan modus nya, mudah sekali bagi Gracia jika hanya sekedar meminta kontak mereka, tak terhitung berapa no hp yang sudah ia dapatkan padahal baru beberapa menit dia menginjakkan kaki dikampus ini.

Ara akui, dengan pesona yang luar biasa Gracia akan dengan mudah membuat gesrek para korban modusnya. Setiap orang yang terkena virus gombal nya, akan dengan senang hati merespon apapun yang dilakukan Gracia. Yang membuat Ara jengah adalah beberapa teknik modus yang sudah sangat bosan ia dengar dan lihat.

Contoh

Kamu punya gunting gak?

Kalo no hp punya dong.

Atau

Kamu hafal no telp Mekdi gak ?

No hp sendiri hafal dong

Atau yang lebih mainstream. Gracia akan berpura-pura kehilangan hpnya. Modusnya meminjam hp korban nya untuk misscall ke no hp nya sendiri. Setelah mendapat no nya, Gracia akan pura-pura lupa kalo ternyata hp nya berada di saku belakang jeansnya.

Jijik ya ampun!!

"Berenti tebar pesona gitu, jijik gue" kesal Ara mengundang kekehan dari Gracia

"Sirik aja, liat dong gue jadi pusat perhatian" bangga nya

Ara memutar bola matanya malas ketika Gracia kembali melancarkan aksi gombal pada beberapa orang yang dilewatinya.

Hai cantik, jangan lupa senyum ya.

Hai... manis bangetsi kamu, gulali aja sampe minder.

Kamu butuh sandaran gak? Kebetulan bahu aku sandarable banget loh

Bapak kamu pelawak ya ?

Pantes anaknya lucu banget.

Ya Tuhan Ara muak !!!!

Ara mempercepat langkahnya, namun tak lama Gracia sudah bisa menyusul langkah Ara dan kembali mensejajarkan langkahnya. Tanpa menghiraukan Gracia Ara sedikit berbelok di koridor namun tidak dengan Gracia yang Sejak tadi mata nya tidak lepas satu detik pun dari sosok yang berjalan dengan anggun di sebrang koridor. Mata nya berbinar, tak sekali pun ia berkedip seolah jika ia berkedip maka gadis itu akan lenyap dari pandangan nya.

Gracia terus berjalan tanpa melihat ke depan nya, tak menyadari bahwa Ara sudah berbelok menghindari tiang pembatas di hadapannya.

Dug !!

"Adawww sshhh" Gracia meringis sambil mengusap kening nya yang menabrak tiang, sontak mengundang tawa kencang dari Ara.

"Hahaha makanya kalo jalan liat nya jangan pake mata Kaki" ledek Ara "dipake jelalatan mulu sih matanya"

"Ni siapa sih yang naro tiang disini?" Teriak nya sambil mengusap kening nya. Bodohnya Snapback yang ia kenakan dikepala nya malah ia gunakan terbalik, sehingga kening nya menabrak tiang dengan sempurna "jidat gue sakit astaga! untung gak Amnesia"

"Hapunten pisan, dari emak gue kuliah disini tu tiang udah ada disitu. Makanya mata loe jangan kelayapan mulu. Loe liat apaan sih sebenernya?" Tanya Ara dengan kesal sekaligus heran. Dia ingin tau apa penyebab Gracia tidak fokus pada jalan di hadapan nya.

Gracia menghentikan langkahnya "loe liat cewe itu" tunjuk nya membuat Ara mengikuti arah telunjuk Gracia. "Yang pake tas gendong warna pink, rambutnya panjang. Dia manusia apa bidadari sih? Cantik banget padahal liat nya dari jauh, gemes gue liatnya" Gracia menangkup kedua pipinya, sambil menikmati kegesrekan yang tercipta akibat sosok yang ia lihat sejak tadi.

Ara menghela nafas nya "Mending loe cari yang lain deh, jangan nyari gara-gara sama dia" ucap Ara membuat Gracia menaikkan sebelah alisnya.

"Lah kenapa?" Tanya Gracia heran

"Pokonya gak usah macem-macem"

"Satu macem aja gue mah, yang penting bisa dapetin hatinya. Bahagia lahir batin gue"

Ara menghembuskan nafas kasar, selain pakgirl, pakboy, kang modus dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sahabatnya ini keras kepala, ngeyel, dan jangan lupa kan sikap cerobohnya juga.

"Sini gue bilangin"

Ara menyandarkan punggung nya di tembok, melipat tangan nya di depan dada.

"Dengerin gue baik-baik"

Gracia mengangguk lalu kembali menatap gadis yang tengah bercanda bersama teman nya, tersenyum dengan manis hingga senyuman nya menular pada Gracia.

"Dengerin gue astagfirulloh!!"

"Iyee ah, telinga gue gak kemana-mana, didepan loe ini"

"Yang maneh liatin sampe mata mau copot itu namanya Shani Indira, julukan nya bidadari Junior, karena bidadari senior nya itu sebelah nya namanya Jessica Veranda, dia kakak nya Shani. Mereka berasal dari keluarga Tanumiharja, loe kuper kalo sampe gatau tentang keluarga mereka. Gak sembarang orang bisa deket sama mereka, jadi gue harap loe mikir - mikir lagi kalo mau modusin dia" Jelas Ara namun tak begitu di hiraukan oleh Gracia.

Gracia malah diam sambil terus menatap intens Shani, kembali Gracia tersenyum saat melihat shani menyelipkan helaian rambut nya ke belakang telinga dengan gerakan slow motion, sukses membuat jantung Gracia berdetak dua kali lipat.

"Nah loe liat cowok yang jalan ke arahnya" tunjuk Ara membuat Gracia langsung melihat arah telunjuk Ara.

"Dia Vino Mahendra, pangeran kampus pemilik hati Shani indira. Gak ada satu pun yang berani deketin Shani, karena mereka gak mau memperpendek umur mereka dengan berurusan sama Vino"

Senyum Gracia luntur, belum juga ia melangkah dia sudah jatuh tertimpa nangka.

"Nah mereka itu udah sempurna dengan segala kesempurnaannya, sementara loe?" Ara menatap remeh ke arah Gracia.

"Berapa Harga Outfit loe??" tanya Ara meledek Gracia "Kaos loe paling harga gocapan, sepatu loe tiga ratus rebu, celana dua ratus rebu, kemeja paling cepe" lanjutnya membuat Gracia kesal dan langsung menginjak kaki kanan Ara dengan kuat.

"Snapback gue 5juta anjir!" teriak nya kesal lalu meninggalkan Ara yang kini mengaduh kesakitan.

"Kaki gue sakit banget astaga"

__

"Araaa"

Ara mendongak, menatap intens seseorang yang sedang berjalan ke arahnya. Senyum Ara langsung tercetak jelas di wajahnya

"Haii" sapa Ara hangat

Chika duduk dibangku kosong samping Ara, merangkul sebelah tangan Ara dan begelayut manja. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Chika jika sedang bersama Ara.

"Araaa..."

"Raaaa.."

"Apa hmm?"

"Gapapa, manggil aja"

"Udah makan siang?" Tanya Ara lembut sambil mengelus rambut Chika. Hal itu membuat Gracia mendengus, karena merasa menjadi nyamuk diantara mereka.

"Udah tadi, kamu udah makan?" Tanya Chika balik.

"Nanti aja masih kenyang"

"Ekehm" Gracia berdehem agak keras, menyadarkan dua manusia di depan nya. "Ada orang disini" sindir nya membuat Ara mendengus.

"o ya Chik dia Gracia, sepupu sekaligus sahabat aku, baru dateng kemarin"

Chika mengulurkan tangan nya lalu tersenyum "Hai, aku Chika" ucapnya

"Gracia, panggil aja sayang" ucap Gracia membuat Ara menatap nya tajam.

Chika terkekeh "kamu lucu banget si" pujinya membuat Ara tak terima.

"apa nya yang lucu, muakin gitu" cibir Ara

"ish lisan nya, gabaik tau" omel Chika

"iya iya maaf"

"cin bucin " gumam Gracia pelan.

"Pulang kuliah aku mau pergi sama Vian ya"

Kalimat Chika sukses membuat ekspresi Ara berubah.

"Tapi-

"Dia udah jelasin semua nya, dia udah minta maaf sama aku. Dia juga janji gak akan kasar lagi sama aku" Jelas Chika sambil menatap dalam mata Ara. Lalu memasang wajah memohon "Jangan marah" rengeknya membuat Ara menutup mata sejenak, lalu memaksakan senyumnya.

"Kamu hati-hati tapinya, kalo ada apa-apa hubungin aku"

Ara kembali mengelus rambut Chika, menikmati setiap helaian rambut yang selalu dirawat dengan baik oleh pemiliknya.

"Bucin mode on" batin Gracia

"Emang kamu mau kemana sih?" Tanya Ara lalu menarik pipi Chika dengan gemas.

"Sakit ih! Kebiasaan deh" rengek nya sambil menangkup kedua pipinya "Vian katanya mau ajak aku ke puncak"

Ara menatap dengan bingung "Nginep?" Tanya Ara

"Enggak tau, kata Vian sih kalo kemaleman kemungkinan nginep, karena udah sewa Villa juga disana"

"Acara apa?"

"Birthday party temen nya gitu"

Ara mengepalkan sebelah tangan nya dengan kuat, mencoba untuk tidak emosi "Yaudah, kabarin aku terus ya" ucapnya selembut mungkin.

"Kamu tuh kaya aku mau kemana aja, aku kan perginya sama Vian. Bukan sama orang lain"

"Justru karena kamu pergi sama cowok brengsek itu, makanya aku kawatir" batin Ara

"Iya aku yakin Vian pasti jagain kamu"

Gracia terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Bulshit banget si Ara" batin Gracia

"Yaudah aku balik ke kelas ya" pamit Chika

"Kamu jangan lupa makan"

Cup

Ara menegang di tempatnya, penyebabnya adalah sebuah kecupan singkat yang Chika berikan di pipi kirinya. Ara tersenyum sambil mengusap pelan pipinya, mata nya terus menatap punggung Chika yang semakin menjauh dari pandangan nya.

Tuk

"Awww" Ara mengaduh saat kepalanya di pukul oleh Gracia dengan sendok "apasih ente? ganggu aja hobinya" Kesal Ara.

"Udahan gesrek nya, loe makan dulu buru, karena ngikutin pujaan hati loe itu butuh energi" ucap Gracia santai lalu memasukkan bakso ke mulutnya.

"Maksud loe?"

"Gue bakal temenin loe ngikutin Chika ke puncak, dari semua cerita loe gue gak yakin kalo Vian cowok baik-baik"

Ara tersenyum lebar "maneh emang Terbaik Gracia"

"Emang, kemana aja loe?!!"

__


"Ayo bareng ke parkiran" ajak Ara yang sengaja menjemput Chika ke kelasnya.

"Ayo" jawab Chika sambil merangkul sebelah tangan Ara.

"Jam berapa berangkat?" Tanya Ara

"Jam 4 sore, di undur katanya"

"Yaudah jangan cemberut gitu, jelek banget" Ara mengacak rambut Chika, membuat Chika memukul pelan bahunya.

"Jangan diacak ihh Ara"

Ara terkekeh melihat kekesalan Chika, sementara Gracia di belakangnya sedang mengirim chat pada beberapa orang yang Nomor hp nya dia dapatkan tadi pagi

Buaya emang!!

Mereka bertiga tiba di parkiran, tiba-tiba saja Ara merasakan cengkraman erat di lengan nya. Langsung ia berhenti dan melihat apa penyebab Chika tiba-tiba saja bersikap demikian.

"Chik"

Panggil Ara ketika melihat Chika mulai meneteskan air mata, Ara segera mengikuti arah pandang Chika. Rahangnya langsung mengeras, disana Vian pacar Chika sedang memeluk perempuan lain. Tak hanya memeluk, terlihat Vian beberapa kali mendaratkan ciuman di bibir gadis tersebut, seolah lupa bahwa mereka masih berada di lingkungan Kampus.

Chika melepas rangkulan nya, berjalan dengan cepat dan segera di susul Ara di belakangnya.

"Woyy tungguin" teriak Gracia yang baru sadar bahwa dirinya ditinggalkan.

Chika menarik lengan Vian, membuat pelukan pada Gadis tersebut terlepas.

"Siapa dia Vian?" Teriak Chika dengan nada tinggi.

Vian menepis kasar tangan Chika "Apasih" kesal Vian karena terkejut dengan kedatangan Chika yang tiba-tiba.

"Sayang, dia siapa?" Tanya perempuan yang tadi di peluk Vian dengan lembut, membuat Chika dibuat tak percaya dengan apa yang di dengar nya.

Baru saja tadi pagi Vian datang meminta maaf sambil berlutut di hadapan Chika, kenapa Vian sudah bersikap seperti ini? Lalu bagaimana dengan ajakan Vian pada Chika nanti sore?

"Sayang? Dia bilang sayang Vian!. Bilang sama aku dia siapa"? Chika Frustasi, sementara Ara dan Gracia kini berada di belakang Chika dalam mode siaga.

"Berisik banget sih loe" Vian hendak pergi, namun lagi-lagi ditahan oleh Chika

"Dia Siapa Vian?" Teriak Chika membuat beberapa orang menatap ke Arahnya.

Vian menggeram kesal "Loe bikin gue malu tau gak, dia pacar gue kenapa?"

Kalimat Vian membuat Hati Chika mencelos, ini lebih sakit di banding semua tamparan yang pernah Chika terima di pipinya.

"Aku pacar kamu Vian, tega ya kamu lakuin ini sama aku? Kurang aku apa sama kamu Vian?" Tangis Chika pecah, hatinya terasa ditusuk ribuan pisau. Apa salah Chika selama ini? Bukan kah Chika selalu membVianan yang terbaik untuk Vian.

Ara semakin mengepal tangan nya, tangisan Chika menjadi sayatan perih untuk hatinya. Gadis yang ia cintai menangis di hadapan nya, menangisi laki-laki brengsek yang selalu saja menyakiti Chikanya.

Namun Ara berjanji, Ini yang terakhir.

"Gue bosen sama loe" Vian berucap dengan santai "kita putus" lanjutnya lalu berbalik. Namun Chika masih tetap menahan tangan Vian, membuat Vian terpancing emosi. Bukan tanpa alasan Vian berkata demikian, Pacar baru nya ini lebih menjanjikan dibanding Chika, Harta nya lebih banyak dan tentu saja akan membuat Vian tidak perlu susah-susah jika membutuhkan uang.

"LEPASIN TANGAN GUEE!!!" Teriak Vian membuat Chika terkesiap.

Vian menepis kasar tangan Chika, tangan nya kini terangkat hendak melayangkan Tamparan di pipi Chika, namun berhasil di cegah oleh Ara.

"Jauhin tangan kotor loe dari Chika" Ara menatap tajam Vian, menghempas kasar tangan Vian yang hendak menampar Chika. Sementara Chika masih menangis histeris, membuat Gracia langsung merangkul bahunya, menarik nya mundur dan membiarkan Ara menyelesaikan urusan nya.

"Loe gak usah ikut campur urusan gue"

"Gue gak bakal ikut campur kalo loe gak nyakitin sahabat gue" nada dingin dan datar Ara tak sedikitpun membuat Vian Gentar. Vian malah terkekeh seolah mengejek Ara.

"Cih! Sahabat? Yakin? Jangan fikir gue gak tau kalo loe suka sama Chika!!" Teriak Vian di akhir kalimat, membuat Ara menegang di tempatnya. Tak menyangka jika Vian tau mengenai perasaan yang selama ini ia tutupi rapat-rapat.

Tangis Chika mulai terhenti, dirinya kembali dibuat syok dengan apa yang di dengar nya barusan.

"Tau apa loe sama perasaan gue hah"? Ara berusaha mengendalikan dirinya.

"Gue tau semuanya, loe suka sama cewek bego itu" tunjuk nya pada Chika membuat Ara kembali mengeraskan Rahang nya

"Jaga ucapan loe bangsat!!"

Vian tertawa "Loe emang goblok Raa, pantes aja Chika gak pernah sadar sama perasaan loe, kasian banget hidup loe. Sekarang gue kasih dia buat loe, gue bosen sama cewek gak guna kaya dia. Loe tenang aja gue belom sempet cicipin dia kok, dia bukan selera gue" ucapnya diakhiri dengan senyum licik dan mengejek, membuat Ara naik pitam. Tak hanya Ara Gracia juga dibuat Jengah oleh kalimat yang keluar dari mulut Vian.

"AYO KASIH PAHAM RAA!!!" teriak Gracia membuat Vian langsung menoleh.

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Pukulan bertubi-tubi dilayangkan pada Vian, membuat laki-laki itu ambruk di tanah. Bukan, bukan Ara pelakunya, Tapi Gracia. Dia muak mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut laki-laki brengsek itu. Gracia menarik kerah kaos Vian, kembali melayangkan beberapa pukulan di wajah nya. Membuat Darah segar mengalir dari bibir serta hidungnya.

"Itu pelajaran buat cowok gak guna macem loe, cowok kagak ada otak. Cowok yang cuma bisa manfaatin tampang doang. Cowok yang suka nya main kekerasan"

Gracia mengatur nafas nya, energi nya lumayan terkuras untuk menghajar laki-laki tersebut. Vian tidak bisa berkutik, serangan Gracia terlalu tiba-tiba, selain itu semua pukulan Gracia begitu kuat hingga ia tak mampu mengelak.

"Gimana rasanya wajah loe kena tampol?" Ledek Gracia "sakit kan? Chika juga ngerasain gitu tolol"

Ara tersenyum puas melihat adegan di depan nya, sahabatnya ini memang tak pernah tanggung-tanggung dalam memberi pelajaran pada orang. Berguna juga kemampuan bela diri yang dia pelajari sejak kecil. Sementara Chika hanya menatap nanar, pandangan nya kosong. Semua hal yang terjadi terlalu menyakitkan untuk Chika, namun yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa selama ini Ara mencintai dirinya?.

sementara itu gadis yang menjadi pacar baru Vian hanya bisa mematung, menolong Vian pun sepertinya tidak mungkin karena Gracia terlihat sangat mengVianan saat ini.

"Satu lagi karena loe udah berani ngatain Ara Goblok"

Bugh..

Hidung Vian kembali mengeluarkan darah segar, gracia melepas cengkraman pada kerah Vian, lalu membiar kan Vian pergi dibantu perempuan yang di sebut nya pacar tadi. Berjalan tertatih sambil memegangi perutnya yang habis dihajar Gracia.

Gracia membenarkan letak snapback nya, merapikan kemeja nya yang kusut, lalu menatap Chika dan Ara.

Ara hendak merengkuh tubuh Chika, namun Chika menepis nya. Chika menegakkan kepalanya, menatap tajam Ara membuat Ara kesulitan menelan saliva nya.

"Bilang sama aku kalo yang Vian katakan itu semua nya gak bener" kalimat datar dari Chika membuat Ara diam tak berkutik.

"JAWAB AKU ARA !!" Teriak Chika penuh penekanan.

Ara masih diam tak bergeming, hatinya semakin nyeri kala tangan nya di tepis kembali saat ingin menyentuh Chika.

"Jawab Raa" lirih Chika

"Maaf " Ara menunduk, tak berani menatap mata gadis yang dicintainya. Ara tau bahwa Chika pasti kecewa dan marah padanya.

Plakk

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kanan Ara, membuat Ara meringis saat merasakan panas di pipi nya. Namun itu tak seberapa dibanding rasa sakit dihatinya saat ini.

"Aku kecewa sama kamu"

Satu Kalimat dari mulut Chika menjadi penutup sebelum Chika pergi meninggalkan Ara, berjalan dengan bahu bergetar sambil sesekali mengusap kasar air matanya.

Gracia yang melihat Ara hanya diam menatap kepergian Chika, segera menepuk pundak Ara "dia cuma kaget sama semuanya, bukan berarti beneran marah sama loe. Loe cuma kena tampar bukan kena tusuk, jadi mending BURUAN LOE KEJAR DIA BEGO!!!"

Teriakan terakhir Gracia menyadarkan Ara, segera ia berlari mengejar Chika yang mulai hilang di balik di tikungan jalan.

"Cinta emang suka bikin bego tiba-tiba"


Tbc.






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro