Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~ Sepuluh ~

= Selamat Membaca =
_________________________











-Tak perlu kamu mengucapkan banyak kalimat manis, karena hanya dengan melihat senyum mu saja, tingkat kegesrekan ku meningkat drastis-














Hati seorang Shania Gracia di buat kalang kabut saat beberapa kali ia melihat Shani tanpa berkedip dalam jarak sedekat ini, gemas saat ia memperhatikan bagaimana cara gadis itu memasukkan sendok berisi makanan ke mulut nya, mengunyah dengan perlahan lalu menelan nya.

Semua nya tertata, seolah sudah ada aturan nya.

Bahkan saking pelan nya, makanan Shani baru habis setengah porsi, sementara Gracia sudah menghabiskan makanan nya sejak beberapa menit yang lalu.

Shani menoleh ke samping, dimana Gracia berada. Sedikit terkejut lalu terkekeh saat melihat Gracia menatap nya tanpa berkedip. Entah sejak kapan gadis itu menopang kepala nya di atas meja, memperhatikan Shani dengan intens nya, seolah jika ia berkedip sekali saja, maka Shani akan hilang dari pandangan mata.

"Kamu kenapa liatin aku kaya gitu?" Tanya Shani heran.

Gracia tersenyum manis sebelum berkata "Karena kamu terlalu menarik untuk di lewatkan"

Shani memalingkan wajahnya ke arah lain, tepat nya ke arah Veranda dan Naomi yang tengah sibuk mengambil potret mereka di hp Naomi.

Untung saja mereka sedang tidak fokus pada Shani, jika saja mereka melihat wajah Shani yang memerah ditambah dengan Shani yang salah tingkah, sudah pasti shani akan jadi korban ejekan lagi.

"Gombal terus ih" ucap Shani lalu meraih gelas minum nya, meneguk isi nya dua kali dan kembali menyimpan nya.

"Aku serius Shani" ucap Gracia "loh udahan? Abisin makan nya itu" titah Gracia saat melihat Shani menyimpan sendok Garpu nya, mengambil tissu lalu membersihkan bibir nya.

Shani menoleh lalu menggeleng "kenyang Gee..."

Gracia mengulum senyum nya saat mendengar kata 'Gee' yang Shani ucap kan barusan. Satu kata yang terdengar bernada ketika menyapu indra pendengaran nya, satu kata bernada yang sukses membuat hati nya meronta, luar biasa.

Bagaimana bisa hati Gracia membuncah hanya karena kata 'Gee' yang keluar dari mulut Shani barusan?

Bagaimana hati nya bisa menghangat hanya karena kata bernada dari bibir seorang Shani Indira?

Ini Gilaaa....

Gracia berusaha mengendalikan diri, terlihat biasa saja di hadapan Shani "Yaudah, abis ini mau ikut ke Apartemen Naomi?" Tanya Gracia Kembali.

Shani berfikir sejenak lalu menoleh ke arah Veranda.

"Kak..." panggil Shani.

Veranda menoleh pada Shani "Pergi aja, kamu berangkat duluan sama Gre. Kakak sama Naomi mau beli cemilan dulu" ucap Veranda seolah bisa membaca isi fikiran Shani.

Mata Shani seketika berbinar, sungguh rasanya ia ingin sekali memeluk kakak nya itu sekarang juga.

"Tapi aku bawa motor gapapa?" Tanya Gracia, takut jika pujaan hati nya ini tak nyaman.

"Gak papa Gee, Asal sama kamu, jalan kaki aja aku mau" ucap Shani namu  hanya dalam hati, ia tak seberani itu mengatakan kalimat barusan. Bisa di ledek habis-habisan dia oleh Veranda jika mengatakan kalimat menggelikan itu.

"Gak papa Gee, santai aja" jawab Shani membuat Gracia mengangguk semangat.

__



Shani dan Gracia sudah tiba di parkiran.

Sejenak Shani tertegun sambil menatap tak percaya jika motor Gracia adalah motor besar dan bukan motor bebek atau matic seperti yang ia bayangkan.

Shani jadi berfikir, bagaimana tubuh mungil ini bisa membawa motor sebesar itu?

Dan masalah nya, Shani belum pernah naik motor sama sekali selama hidup nya.

"Kok ngelamun sih? Kesambet setan parkiran loh ntar" goda Gracia

Shani terkekeh saat mendengar kalimat Gracia barusan.

"Nunduk dikit dong cantik" titah Gracia membuat Shani menaikkan sebelah alis nya, melirik ke arah tangan Gracia yang memegang helm.

Shani tertawa pelan lalu menunduk, membuat Gracia langsung memakaikan  helm di kepala Shani dengan hati-hati.
"Maaf ya, calon masa depan mu ini emang minus di tinggi badan, tapi kamu tenang aja, kalo soal mencintai kamu, aku pasti gak ada lawan"

Aaaaa gemassss....

Shani mengulum senyum nya, tak berniat merespon kalimat Gracia barusan. Ia sibuk meredam debaran jantung nya agar tidak terdengar oleh Gracia, namun rasanya percuma.

Shani kini memperhatikan bagaimana Gracia memasang helm milik nya, Naik ke atas motor lalu menoleh ke arah nya.

"Ayo naik" ucap nya membuat Shani diam sejenak. Sedikit takut karena ini baru pertama kali bagi Shani "Jangan takut, kan ada aku" lanjut Gracia membuat Shani dengan perlahan melangkah, lalu naik ke motor Gracia di bantu oleh gadis bergigi gingsul itu.

Shani mencoba mencari posisi duduk yang nyaman, sedikit mundur memberi ruang pada Gracia, agar gadis itu tidak duduk terlalu depan.

Shani memejamkan kedua mata saat mesin motor di nyalakan, suara keras yang biasa nya Shani dengar di jalan raya, dan itu dari pengemudi lain nya, kini bisa Shani rasakan sensasi nya.

"Shan.. pegangan!!" titah Gracia membuat Shani sedikit mencondongkan tubuh nya sambil berteriak "Hah!! APA!??"

"PEGANGAN SAYANG!!!"
teriak Gracia membuat Shani mengulum senyum nya lalu kembali berteriak.

"AKU GAK DENGER, KAMU BILANG APA?"

Gracia tidak menjawab, namun ia meraih kedua tangan Shani, menarik nya perlahan lalu melingkarkan nya di pinggang Gracia.

"PEGANGAN SAYANG, KAYA GINI!"'

Shani kembali mengulum senyum nya, ia sebenarnya mendengar teriakan Gracia tadi, hanya saja ia senang mendengar Gracia memanggil nya dengan sebutan sayang.

Jantung Shani mulai berulah semenjak Shani memeluk Gracia, rasanya nyaman sekali bisa memeluk gadis mungil ini.

Jika seperti ini, Shani rela telinga nya setiap hari mendengar suara keras dari motor Gracia, asal bisa memeluk Gracia seperti ini terus.

Memeluk seseorang yang dengan berani mencuri hati Shani, padahal ia tau bahwa ada seseorang yang masih memiliki ikatan dengan Shani.

Sungguh gadis ini sangat berani.

__


"Raa....."

"Raa..."

"Araaa...."

Sosok yang di panggil terkekeh lalu menyimpan hp yang sejak tadi di pegang nya, menatap ke arah gadis yang sedang merajuk di samping nya.

Gadis yang sekarang mulai menerima Ara kembali, mulai bisa menerima semua perasaan Ara tanpa harus ada yang di tutupi.

Namun, tetap saja tak ada balas untuk cinta nya, tak ada respon untuk perasaannya, karena Chika meminta Ara untuk melupakan semua rasa yang ia punya untuk Chika.

Sulit memang, tapi harus Ara usahakan. Karena Ara hanya ingin tetap berada di samping gadis ini, menjaga nya dalam setiap kondisi, menemani nya dalam menjalani fase kehidupan, dan terus menjadi seseorang yang bisa menjadi sandaran untuk Chika.

Selama Chika masih ada dalam dekapan nya, semua akan baik-baik saja bagi Ara. Semoga Ara kuat menjalani nya. 

"Kenapa Chika?" Tanya Ara lembut, membuat Chika menggeleng pelan, sedetik kemudian menatap Ara penuh harap.

"Jalan yuk" ajak nya membuat Ara mencubit pelan pipi Chika, gemas.

"Mau kemana ?"

"Kemana aja, nonton juga boleh" ucap Chika

"Yaudah Yuk!, siap-siap gih aku tunggu"

Chika mengangguk semangat, segera ia berdiri lalu mengganti baju. Sementara Ara memang tidak begitu pusing soal penampilan, baginya yang penting bawa duit, penampilan mah belakangan.

Selesai dengan kegiatan nya, Chika kembali menghampiri Ara yang sejak tadi malah merebahkan diri di kasur Chika.

"Ayo Ra... malah tiduran ih!"

Ara menoleh, menatap kagum pada kecantikan Yessica Tamara yang kini sedang merapikan rambut nya ke belakang.

Gadis itu selau mempesona di mata Ara, apapun yang ia kenakan selalu cantik dan istimewa.

Aahh Ara terlalu memuja gadis ini, Ara terlalu jatuh pada sosok yang kini meraih tas kecil nya di atas meja, dan mungkin Ara terlalu berharap bahwa suatu saat Chika akan bisa membalas peraaan nya.

Semoga

"Araaa... ih!! Ngelamun aja kamu" rengek Chika membuat Ara mengerjap.

"Iya ayo, Gak sabaran pisan ih!" ucap Ara lalu menyusul Chika yang sudah keluar lebih dulu dari kamar nya.

Perjalanan cukup memakan waktu, mobil yang di tumpangi Ara dan Chika kini berhenti di lampu merah.

Mata Ara memicing saat ia melihat ke sebelah kanan, tepatnya pada sebuah motor besar yang sangat ia kenali.

Warna nya, model nya, bahkan Plat nomor nya, tidak begitu asing bagi Ara.

"Si Gre sama siapa?" Tanya Ara dalam hati. Meneliti sejenak gadis yang sedang memeluk Gracia dengan erat, bahkan Ara bisa melihat tangan kiri Gracia kini mengusap tangan orang di belakang yang memeluk nya.

"Ra...udah Ijo!!" ucap chika membuat Ara terlonjak kaget. Ditambah suara klakson dari beberapa pengendara membuat Ara langsung menginjak gas nya "Kamu ngelamunin apa sih?"

"Eh i-iyaa Chik Sory" ucap Ara "Gak papa kok" lanjutnya lalu Sekilas menatap Chika yang kembali menatap ke jalan raya.

Fikiran Ara berkelana, penasaran siapa sosok yang di bonceng Gracia barusan.

__


Gracia mematikan mesin motor nya di parkiran khusus, segera ia melepas helm nya lalu melirik ke arah Shani yang masih erat memeluk nya.

Gracia terkekeh pelan sebelum menyentuh tangan Shani yang masih melingkar di perut nya.

"Shan...udah nyampe"

Shani mengerjap, sejenak ia diam mengumpulkan nyawa nya yang masih berceceran, sedetik kemudian ia merutuki kebodohan nya kenapa ia bisa ketiduran.

"Eh udah nyampe ya.. maaf" ucap Shani lalu perlahan turun dari motor Gracia.

"Kamu kok malah ketiduran, untung gak jatuh di jalan loh" ucap Gracia sambil menurunkan standar motor nya. Lalu turun dan berdiri di depan Shani, membantu melepas helm Shani "Kalo jatuh kan bahaya" lanjut nya membuat Shani menggigit bibir bawah nya seraya berkata..

"Maaf..."

Gracia tersenyum, menyimpan helm yang di gunakan Shani di atas motor. Tangan kanan nya bergerak merapikan poni Shani yang berantakan, membuat si gadis sempurna memejamkan mata untuk sejenak, merasakan desiran aneh di tubuh nya hanya karena sentuhan Gracia.

Poni Shani sudah rapi, tapi sekarang hati nya yang malah berantakan. Gadis ini terlalu hebat membuat perasaan Shani tak karuan.

"Ayo..!" Ajak Gracia membuat Shani membuka mata, tersenyum manis saat Shani melihat Gracia mengulurkan tangan nya, yang langsung di sambut oleh Shani.

Kedua nya berjalan bergandengan tangan. Tak lepas walau sedetik, membuat Shani sesekali melirik ke arah tangan nya yang di genggam erat, membuat nya mengulum senyum sambil menahan debaran yang kini mulai terdengar kencang.

Kedua nya tiba di depan pintu apartemen Naomi, Shani menaikkan sebelah alisnya saat melihat Gracia memasukkan beberapa Angka sebagai password nya.

"Kamu kok tau password nya?" Tanya Shani heran "Sering kesini ya?" Tebak Shani membuat Gracia menggeleng.

"Enggak, tadi di kasih tau Naomi. Takut nya dia agak lama sama kak Ve. Sekalian mau belanja bulanan katanya" ucap Gracia sambil mendorong pintu, mempersilahkan Shani masuk.

Gracia tertawa dalam hati, seperti nya ia harus berterimakasih pada Naomi karena telah memberi waktu bagi Gracia untuk berduaan dengan sang pujaan hati.

Gracia masih ingat dengan jelas ultimatum Naomi saat Gracia meminta nya untuk membawa Veranda pergi cukup lama.

'Gue kasih waktu satu jam, gak ada ya loe apa-apain Shani, apalagi sampe naena di apartemen gue. Kalo sampe Shani lecet dikit aja, loe gue gantung di monas'

Gracia berusaha untuk tidak tertawa saat mengingat kalimat naomi tadi.

"Ini kita gak papa di tempat Naomi? Kan gak enak sama yang punya" ucap Shani.

"Kata Naomi gak papa, lagian yang dateng kan adek ipar nya" ucap Gracia lalu mengajak Shani untuk duduk di sofa.

Gracia meraih remot di atas meja kecil, lalu menyalakan tv. Sengaja agar ada suara-suara yang menyamarkan suara debaran Gracia.

"Ini tangan aku gak ada niat di lepas ?" Goda Shani sambil melirik ke arah tangan nya. Gracia hanya tertawa sambil menggeleng. Dengan santai nya Gracia membawa genggaman tangan Shani ke atas paha nya, setelah menggeser pelan tubuh nya menjadi semakin menempel dengan tubuh Shani.

"Aku akan terus genggam tangan kamu, agar kamu tau, bahwa Aku akan selalu ada untuk kamu, memberi kamu kekuatan ketika kamu lemah dan menarik kamu ketika kamu jatuh"

Shani tak lagi bisa menyembunyikan senyum nya, debaran di dada nya semakin menjadi saat mendengar kalimat Gracia barusan.

Dengan berani, Shani menyimpan kepala nya di pundak Gracia, mencari posisi nyaman. Sang gadis pemilik gigi gingsul itu mengulum senyum nya, beberapa kali mengusap punggung tangan Shani dengan ibu jari. Kegiatan sederhana yang sukses membuat hati kedua nya berbunga.

"Shani...."

Shani bergumam sebagai jawaban, kedua mata indah nya tertutup. Sesekali menghirup nafas panjang, menikmati aroma parfum Gracia yang mulai saat ini akan menjadi salah satu aroma Favorit nya.

"Maafin aku"

Kedua mata Shani sontak terbuka, tubuh nya menegak sempurna, menatap penuh tanya pada Gracia yang kini terkekeh sambil menatap nya.

"Kok langsung kaget?" Tanya Gracia "Aku gak ngapa-ngapain padahal"

"Maaf kenapa?" Tanya Shani penuh tuntutan, takut-takut jika kalimat yang di teruskan Gracia akan menghancurkan perasaan nya.

Gracia merubah posisi, menghadap Shani lalu melepas genggaman nya. Tangan nya beralih mengusap pipi Shani dengan perlahan, membuat Shani menutup mata sejenak menikmati perlakuan.

"Maaf karena aku telah lancang jatuh cinta sama kamu, maaf jika rasa cinta aku malah bikin kamu dilema setiap hari nya"

Gracia menjeda kalimat nya, sambil tetap mengusap pipi Shani. Kedua mata indah Shani kini menatap Gracia sambil tersenyum menenangkan.

"Aku tidak akan membuat kamu menyandang predikat tukang selingkuh, karena kamu gak pantas dapetin itu. Aku akan berjuang dan akan selalu menunggu kamu, sampai kamu sendiri yang menghentikan perjuangan aku"

Kehangatan kembali menjalar di hati Shani, mengalahkan dinginnya mesin pendingin ruangan yang menyala sejak tadi.

Shani mengambil tangan Gracia yang sejak tadi mengusap pipi nya, menggenggam dengan kedua tangan nya.

"Aku tidak tau apa aku bisa di bilang berkhianat atau tidak, karena setau ku, aku tidak pernah merasakan apa itu nyaman bahkan cinta saat bersama Vino. Bahkan sudah tiga tahun berlalu, rasanya masih tetap sama.... Aku hampa...."

Shani menunduk sejenak menahan sesak yang tiba-tiba saja menyeruak. Jika saja bukan karena sang papa, Shani tidak akan mau hidup bersama bayang-bayang Vino. Shani ingin bebas menjalani kehidupan nya, menjalani hari nya, sebagai seseorang yang Shani mau. Bukan yang Vino atur selama ini.

"Jangan nunduk sayang, cantik nya gak keliatan" ucap Gracia sambil menarik dagu Shani, agar kembali menatap nya.

"Aku cape Gee.." lirih Shani "Aku cape sama semua kepura-puraan ini, aku cape selalu berusaha baik-baik saja atas perjodohan ini. Aku cuma ingin bebas menentukan pilihan ku"

Gracia menarik Shani ke dalam pelukan, mendekap erat seraya mengusap bahu Shani dengan lembut dan perlahan.

"Tapi semenjak ketemu kamu, rasanya hidup aku berubah Gee.. aku bisa merasakan bagaimana perasaan yang membuncah, merasakan senyum yang teramat tulus, merasakan desiran hebat. Apalagi saat kamu meluk aku kaya sekarang"

Terjadi keheningan untuk beberapa saat, kedua nya mencerna apa yang terjadi. Sambil menikmati degupan jantung yang bersautan, dari dua manusia yang terlena dalam pelukan.

"Katakan padaku apa yang kamu pilih, agar aku bisa mentukan pilihan. Melanjutkan, atau mundur dengan perlahan"

Shani menutup mata seraya mengeratkan pelukan pada Gracia, mencari jawaban untuk pertanyaan Gracia barusan.

Belum sempat Shani mendapat jawaban, Gracia melonggarkan pelukan.

Ditatap nya Shani dengan penuh cinta sambil kembali mengusap pipi gadis yang sempurna di hadapan nya. Merasakan bagaimana halus nya kulit Shani, yang tentunya membuat candu ingin mengusap lagi.

Kedua nya saling berpandang mesra, sebelum akhir nya sama-sama mengunci tatapan sambil mengikis jarak agar lebih berdekatan.

Hembusan nafas kedua nya menerpa wajah masing-masing, kompak memejamkan mata saat kedua bibir itu menempel sempurna.

Hanya menempel untuk beberapa saat.

Desiran hebat kembali melanda, pada dua insan yang kini mulai memagut mesra, saling mengecap rasa, menikmati perasaan yang baru pertama kali mereka rasakan.

Shani maupun Gracia sama - sama tenggelam dalam gelora, sama-sama membuncah kala ciuman semakin dalam, semakin intens hingga akhirnya harus terlepas karena paru-paru yang butuh asupan.

Kedua nya diam sambil menetralkan nafas nya, menghirup sebanyak-banyak nya udara, sambil menyimpulkan semua rasa yang mereka punya.

Hati gadis bergigi gingsul tiba-tiba saja membuncah semakin luar biasa, rasanya seperti terbang ke angkasa, lalu menari disana, saat indra pendengaran nya menangkap suara lembut dari bibir Shani indira yang berkata......






"Perjuangkan aku Gracia...."








= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro