~ Sebelas ~
= Selamat Membaca =
__________________________
Malam datang menjelang, semilir angin berhembus kencang.
Gadis bernama Ara berhenti di depan pintu kamar sahabat nya, Gracia. beberapa kali ia hendak mengetuk pintu namun ia urungkan. Rasanya tidak enak jika harus perang dingin seperti ini, apalagi dengan sahabat sendiri.
Harusnya Ara bisa bersikap seperti Gracia, selalu ada, selalu siap mendukung Ara bagaimanapun kondisinya, bukan malah jadi pengecut seperti ini.
Ara harus minta maaf sekarang juga pada Gracia.
Dengan keyakinan yang penuh, tangan Ara mulai bergerak terangkat, mengetuk pintu dua kali sebelum meraih handle dan memutarnya.
"Kenapa Ra..?" tanya Gracia saat melihat Ara di ambang pintu, sementara dirinya sedang berbalas pesan dengan Shani dengan posisi berbaring di kasur.
"gue mau ngomong" ucap Ara lalu melangkah masuk, menutup pintu dan menghampiri Gracia.
Gracia mengangguk, merubah posisi menjadi duduk lalu menyimpan Handphone nya setelah mengirim ucapan selamat malam untuk sang pujaan hati, Shani Indira.
"Ada apa..tumben?" tanya Gracia setelah Ara duduk di hadapan Gracia.
Ara menarik nafas dalam lalu menghembuskannya "Gue liat loe boncengan sama Cewek tadi" ucap Ara membuka percakapan membuat Gracia menaikkan sebelah alisnya sambil bertanya..."terus?"
"Gue yakin itu Shani"
Gracia mengangguk meng-iyakan. lalu kembali bertanya "Lalu?"
Ara mengusap tengkuknya pelan, tidak biasanya ia secanggung ini, tidak biasanya Ara kesulitan mencari kalimat saat berbicara dengan Gracia.
"Gue mau minta maaf buat sikap gue selama ini, gue harus nya dukung apapun yang bikin loe bahagia. Bukan malah menentangnya"
Gracia mendengar dengan seksama apa yang dikatakan sahabatnya ini, tersenyum tipis saat menyadari bahwa Ara tak lagi menentang dirinya yang sedang mendekati Shani.
"Gue seneng kalo loe seneng, Gue dukung apapun yang loe mau. Dan gue bakal tetep ada buat loe, apapun yang terjadi nanti"
Gracia tidak menjawab, ia malah terkekeh lalu melempar bantal ke wajah Ara.
"Jelek banget muka loe haha"
Ara mendengus sambil mengembalikan bantal yang di lempar Gracia, tentunya dengan lemparan juga.
"Sopan pisan maneh" Ucap Ara
"Gue selalu maafin loe, gue tau loe kawatir. Tapi loe tenang aja, gue bakal baik-baik aja selama loe masih jadi sahabat gue. Gue tau perjuangin Shani itu gak mudah, dan gue pasti butuh bantuan loe nanti nya"
Ara mengangguk semangat, tersenyum sambil merasakan perasaan lega karena Gracia tak marah padanya.
"Maafin gue juga kalo gue orang nya keras kepala" lanjut Gracia
"emang batu sih !" canda Ara membuat keduanya tertawa
"jadi.. kemaren loe liat gue dimana?" tanya Gracia berusaha mengalihkan topik dan mencairkan suasana.
"Di lampu merah, gue sama Chika mau nonton kemaren"
"Cieee ngedate" ledek Gracia "gitu dong perjuangin, pelan-pelan aja gak usah langsung di gas. Batu yang keras aja lama-lama ancur kok kalo kena tetesan air terus-menerus"
Ara menoyor pelan kepala Gracia "Loe kira Chika batu maling kundang"
Keduanya tertawa lalu melajutkan percakapan random mereka hingga menjelang tengah malam.
__
Seorang Gadis Cantik nyaris Sempurna bernama Shani Indira baru saja turun dari pintu penumpang mobil yang di tumpangi nya, namun ia tidak sendiri karena dari pintu pengemudi kini turun Gadis tak kalah sempurna yaitu Jessica Veranda.
Ada yang berbeda hari ini dari Shani, wajah gadis itu kini terlihat lebih berseri dibanding biasa nya. Perubahan ekstrim tersebut tentunya mengundang ledekan dari sang kakak.
"Iyaa tau yang di tinggal dinas dua minggu, bahagia betul"
Jika boleh jangan dua minggu, biarkan selamanya Vino pergi agar Shani bisa bernafas lega.
Shani terkekeh mendengar kalimat Veranda, ia hanya menggeleng pelan tak ingin menanggapi dengan kalimat lagi.
Ada sesuatu yang lebih penting dari pada meladeni ledekan Veranda, yaitu bertemu Gracia.
Shani dan Gracia sudah sepakat bahwa pagi ini mereka akan bertemu di kantin.
"Kakak ikut ke kantin?" Tanya Shani yang heran karena melihat Veranda masih berada di samping nya.
"Iyaa kan Naomi juga di kantin sama kang gombal"
Shani kembali terkekeh, kekehan ringan yang membuat Veranda ikut tersenyum dalam hati. Jarang sekali Shani bisa se ekspresif ini, biasa nya ia akan cuek atau datar-datar saja dalam menanggapi apapun.
Aahh Shania Gracia, apa sih yang dia punya hingga bisa membuat Shani se aneh ini.
"Selamat pagi masa depan nya Shania Gracia"
Shani terlonjak saat tiba-tiba mendengar suara yang berasal dari belakang, Segera Shani menoleh lalu menatap kesal.
"Gee...
Untuk sekejap Gracia terlena, candu dengan panggilan Shani yang membuat hati nya kalang kabut setengah mati.
"...rese tau gak.. kaget aku" kesal Shani membuat Gracia terkekeh.
Bukan nya menjawab, Gracia malah meraih tangan Shani lalu menautkan jemari kedua nya. Menarik Shani perlahan menuju sebuah kursi kosong di meja pojok kantin.
"Gak ada ahlak... gue malah di tinggal" gerutu Veranda lalu berjalan menghampiri kedua nya.
"Udah sarapan Cantik?" Tanya Gracia sambil meneliti wajah Shani yang entah kenapa terlihat 1000kali lipat lebih cantik dari biasanya.
"Udah!" Jawab Shani ketus sementara Gracia terkekeh.
"Galak betul! Mau aku pesenin sesuatu sayang?"
"Soyang sayang palalu peang" Ucap Naomi yang baru saja datang dan kini menarik kursi di samping Veranda.
"Maen terabas aja loe gak ada salam-salam nya" gerutu Gracia.
"Lagian adek gue loe baperin, di seriusin kagak!" Ledek Naomi.
"Heh! Gue udah serius banget ini, kalo Shani mau besok gue ajak ke KUA"
Veranda dan Naomi tertawa sementara Shani hanya mengulum senyum nya, apalagi saat Shani merasakan tangan Gracia menggenggam tangan Shani di bawah meja.
"Aku beliin minum yaa" tawar Gracia pada Shani sementara Shani malah menggeleng.
"Kamu diem aja, duduk anteng aja kenapa si.." Ucap Shani gemas sambil menahan tangan Gracia. "aku tuh cuma mau deket dan berduaan sama kamu aja gak mau yang lain" lanjut Shani dalam hati
"kayanya kita mending pindah deh sayang" ucap Naomi pada Veranda "Disini aroma bucin nya lagi kuat banget, gak kuat aku takut mual" lanjutnya
"ayo deh" ucap Veranda lalu berdiri "Adek gue jangan sampe lecet" ancam nya pada Gracia membuat Shani tertawa pelan.
"posesip amat kak, aman kalo sama aku mah" jawab Gracia sebelum Naomi dan Veranda berlalu.
"Kamu ada kelas jam berapa?"tanya Gracia pada Shani
"satu jam lagi" jawab Shani sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Sama dong kalo gitu" Ucap Gracia "gimana udah diterima?" Lanjut Gracia bertanya.
Shani menaikkan sebelah alis nya heran "nerima apa?" Tanya nya.
"Nerima aku jadi satu-satu nya di hati kamu"
Pipi Shani merona tanpa di minta, segera ia memukul pelan bahu Gracia sementara yang di pukul malah terkekeh.
"Gombal aja terus" Cibir Shani "lama-lama aku kenyang kamu gombalin"
Gracia terkekeh pelan "mending kamu mah, aku tiap hari liat senyum kamu udah kenyang kok"
Shani tak bisa lagi berkata, bisa-bisa Gracia selalu mengatakan kalimat-kalimat gombal nya, seolah semua kalimat itu tak pernah habis di fikiran nya.
"Ka-
"Haii Gre..."
Shani membuang pandangan ke segala arah saat seorang gadis datang tiba-tiba dan memanggil nama Gracia, semakin dibuat tak suka ketika gadis itu menjatuhkan kecupan singkat di pipi Gracia.
Sukses menyalakan api di hati Shani yang kini mulai membara membakar jiwa.
"Kamu kok gak angkat tlp aku, gak bales Chat aku??" Ucap nya membuat Gracia langsung mengusap pipi beberapa kali, berusaha membersihkan bekas lipstik yang sudah pasti menempel di pipi nya.
"Hehe gue sibuk Kathrina sorry ya" Ucap Gracia
"Sibuk apa sih?" Lanjut nya.
"Nih menggenggam masa depan"
Gracia mengangkat dan menunjukkan genggaman tangan nya yang sejak tadi menggenggam Shani. Membuat gadis yang bernama Kathrina itu mendengus, menghentakkan kedua kaki nya kesal, lalu pergi.
Shani melepas genggaman tangan nya, masih menatap ke arah samping.
"Shan.." Panggil Gracia "aku disini loh, masa liat nya kesana, liat aku aja" Lanjut Gracia
"Ngapain? Liatin kamu di cium cewe barusan?" Lanjut nya ketus "atau sama cewe-cewe lain lagi?" Lanjutnya semakin tak suka.
Sementara Gracia malah mengulum senyum nya, perubahan ekstrim yang terjadi pada Shani malah membuat hati nya membuncah luar biasa.
Shani berdiri sekali Gerakan.
Hati Gracia semakin berdebar hebat, saat ia menyadari ketidaksukaan Shani, apalagi saat Shani berkata...
"Padahal ada aku, mau aja di cium yang lain, gimana kalo gak ada aku"
Ahhh Shani cemburu......
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro