~Satu~
= Selamat datang kembali di lapak ini =
Judul Cerita : Let the Love Choose
Penulis cerita : -Nubivagant-
Di publish ulang : Mei 2021
PERHATIAN :
Keseluruhan Cerita ini hanya Fiksi, tidak di perkenankan untuk membawa cerita ini ke dunia nyata apalagi ke tokoh ybs. Tidak di perkenankan untuk Copas, menulis ulang, atau menyebarkan tanpa seizin penulis asli.
Cerita ini bergenre GxG, bagi yang tidak berkenan dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Harap bijak dalam menanggapi segala sesuatu nya.
Ada beberapa penggantian nama tokoh karena satu dan dua hal, semoga tidak mengurangi kenyamanan saat membaca.
Terimakasih.
= Selamat Membaca =
***************************
-Aku tidak menemukan diriku lagi,
Di malam-malam sunyi penuh imaji,
Aku bersembunyi
Dibalik kata 'sahabat' yang perlahan membuat kewarasan ku hilang kendali-
Tetesan lembut air hujan membasahi bumi sejak kemarin sore hingga pagi menjelang, hembusan angin menerpa pepohonan membuat beberapa helai daun berjatuhan.
Seorang gadis merapatkan jaket yang membalut tubuhnya, gadis itu sesekali menggosok kedua tangan nya saat merasakan hawa dingin menyerbu tubuhnya. Kaki nya terus berjalan menembus rintik hujan, tanpa peduli rambut dan tubuh nya yang mungkin akan basah akibat tetesan air hujan yang menemaninya sepanjang jalan.
Bukan tanpa alasan gadis itu rela menembus hujan pagi-pagi begini, jika bukan karena seseorang yang berharga dalam hidupnya tidak memintanya datang kerumah nya dengan segera, mungkin sang gadis masih tertidur pulas dibawah selimut hangat nya. Untung saja rumah mereka hanya terhalang beberapa rumah saja.
Gadis itu biasa di panggil Ara.
Langkah Ara berhenti di depan pintu rumah berwarna coklat, segera ia membuka pintu, karena sang pemilik sudah berpesan bahwa pintu rumah nya tidak di kunci. Ara menutup pintu dari dalam, dengan segera ia berjalan menuju kamar di mana seseorang yang ia tuju berada saat ini.
Ceklek
Rahang Ara langsung mengeras, tangan nya kini mengepal dengan erat, menahan emosi yang selalu saja harus ia pendam sendirian. Hati Ara ikut sesak, sakit rasanya melihat seseorang yang ia sayangi, ah tidak, mungkin tepat nya ia cintai harus mengalami hal seperti ini untuk kesekian kalinya.
Ara menatap nanar pada sosok yang kini memeluk kedua lututnya, menenggelamkan kepalanya di sana dengan bahu yang bergetar. Gadis itu menangis.
"Chika" panggil Ara dengan lembut. Sukses membuat sang gadis yang menangis itu menoleh menatap Ara. Seutas senyum dipaksakan terbit di wajah Chika.
"Raa hikss"
Ara bergegas menghampiri Chika, segera merengkuh tubuh ringkih Chika dalam pelukannya, mendekap erat gadis yang ia cintai dalam diam sejak beberapa tahun yang lalu ini. Jangan ditanya bagaimana rasanya mencintai, namun cinta itu tidak diketahui oleh sang pemilik rasa. Sakit bukan?
pasti sakit sekali rasanya ketika kita hanya bisa memendam semua rasa cinta itu sendirian, namun tidak ada pilihan lain selain bertahan. Ara kuat kok.
Mata Ara kini ikut terpejam, ikut merasakan rasa sakit yang di rasakan gadis dalam dekapan nya ini. Tangis Chika pecah seiring semakin erat nya dekapan Ara pada tubuh nya.
Ara dengan lembut mengelus kepala Chika, memberi ketenangan pada gadis yang sudah mewarnai hari-hari Ara dengan segala tingkah lucu nya, membuat Ara jatuh dan selalu jatuh pada pesona nya.
Keheningan tercipta untuk beberapa saat hingga Chika mulai tenang namun masih sesenggukan di pelukan Ara. Setelah merasa Chika sudah lebih baik Ara melonggarkan pelukan nya, menatap dalam gadis kesayangan yang ia cintai dalam diam ini.
Hati Ara kembali nyeri, kala ia melihat sebuah luka baru di sudut bibir Chika yang masih terdapat setetes darah kering, menunjukkan bahwa luka itu belum lama tercipta. Dengan Perlahan dan hati-hati tangan Ara terulur menangkup sebelah pipi Chika yang tidak terluka, mengelus nya dengan lembut membuat mata Chika terpejam sejenak, menikmati kenyamanan yang selalu bisa Ara berikan untuk dirinya.
"Kamu diapain lagi sama dia hmm"? Tanya Ara dengan lirih.
Chika tersenyum berusaha terlihat baik-baik saja "aku gak papa, Vian cuma lagi khilaf aja, karena dia lagi banyak masalah"
Bodoh!!!!
Ara menggeram dalam hati, selalu saja jawaban bodoh itu yang ia dengar dari mulut Chika. Entah apa yang Chika lihat dari laki-laki yang berstatus pacar Chika itu. Laki-laki yang selalu saja meninggalkan hadiah berupa luka lebam di wajah cantik Chika berulang kali.
Ara muak ketika Chika selalu saja membela laki-laki itu, selalu berusaha menunjukkan bahwa dia memang pantas untuk Chika, menunjukkan seolah sikap laki-laki itu selalu baik. Namun Ara tidak bisa melakukan apapun karena Chika selalu saja mencegahnya.
Beberapa kali Ara ingin memberi peringatan dan pelajaran pada laki-laki itu, namun Chika selalu menahan nya, selalu melindungi laki-laki itu. Membuat Ara lagi-lagi harus bersabar dan menelan mentah-mentah semua amarah nya.
Tangan Ara bergerak merapikan helaian rambut Chika, menyelipkan nya ke belakang telinga "Berapa kali aku bilang, tinggalin dia. Dia gak baik buat kamu Chik" mohon nya dengan nada yang lirih.
Chika menggeleng pelan "gak bisa Raa, aku cinta sama dia. Aku gak bisa ninggalin dia" lirih nya membuat Ara memejamkan matanya sejenak.
Katakan pada Ara, Cinta macam apa yang Chika maksud?
"Tapi dia gak cinta sama kamu Chik, buktinya dia sering nyakitin kamu. Lukain fisik kamu, gak cuma sekali Chik, berkali-kali. Ini sudah keterlaluan Chik" Ara mulai Frustasi.
"Dia cuma lagi Khilaf Raa, aku yakin itu"
"Khilaf lagi? Basi tau gak Chik" Ara membuang pandangan nya dari Chika, muak rasanya ketika alasan tersebut kembali keluar dari mulut Chika "dia cuma manfaatin kamu doang Chik, kapan kamu mau sadar?"
"Kamu gak tau apa-apa tentang dia"
"Aku emang gak tau!! Yang aku tau dia cuma bisa nyakitin kamu, dan kamu gak pantes mencintai lak-laki seperti dia Chik" intonasi Ara mulai meninggi, tangan nya terkepal erat, menahan diri nya untuk tidak menghancurkan apapun di sekitarnya.
"Kamu gak tau apa-apa tentang Vian, jadi stop bilang kalo dia gak baik buat aku" suara Chika ikut meninggi, kini tatapan tajam ia layangkan pada sosok dihadapan nya, sosok yang bertahun- tahun sudah menemaninya, sosok yang selalu ada untuk nya, sosok yang ia anggap sebagai sahabat dan satu-satu nya orang yang ia percaya. "Kamu gak tau apa-apa Raa!" Bentak Chika membuat darah Ara mendidih.
"Buktinya dia gak baik buat loe Chik!" Suara Ara terdengar membentak, membuat emosi Chika semakin terpancing. "Loe bego apa gimana sih? Puluhan kali dia nyakitin loe, dan loe cuma bilang dia khilaf?" Ara menjeda kalimat nya, menghembuskan nafas kasar nya sebelum kembali berucap "Gue gak ngerti sama jalan fikiran loe Chik, loe bego!" Ara tak lagi bisa menahan dirinya, terbukti dari panggilannya pada Chika yang berubah bukan lagi aku kamu seperti biasa.
"Sampai kapan loe kaya gini Chik? Sampai kapan loe bakal sadar kalo hubungan loe sama dia itu gak sehat. Vian itu gabaik buat loe, dia cuma cowo brengsek yang manfaatin loe buat kesenangan dirinya sendiri" Ara mengeluarkan semua unek-unek nya, sudah terlambat untuk menarik semua kalimat yang ia lontarkan, sekalian saja fikirnya. Toh Chika juga sudah terlanjur marah.
Chika tidak terima dengan ucapan sahabatnya itu "berhenti jelek-jelekin Vian di depan gue Raa, loe gak tau apa-apa tentang dia" Chika mendorong bahu Ara dengan telunjuk nya.
"Terserah!!!" Teriak Ara Frustasi "gue cape ngadepin loe, lakuin apapun yang loe mau. Dan jangan cari gue kalo cowok brengsek itu nyakitin loe lagi" Ara berdiri lalu berjalan meninggalkan Chika yang kini kembali memeluk lututnya. Tangis Chika kembali pecah saat Ara menutup pintu kamar dari luar dengan cukup kencang.
"hiksss lu bohong sama gue Raa hikss, katanya loe gak bakal ninggalin gue. Loe bohong Raa hiksss" Chika memeluk lutut nya dengan erat. Sakit hatinya belum sembuh akibat tamparan sang pacar yang emosi ketika Chika tak meminjamkan nya sejumlah uang, kini ditambah dengan sahabat nya yang pergi membiarkan nya menangis sendirian "hiksss.. loe bohong sama gue Ara hiksss"
Ara menutup pintu rumah Chika cukup kencang, untung saja kedua orang tua Chika sedang ke luar kota, sehingga suara yang Ara timbulkan tidak mengganggu siapapun.
Ara berjalan dengan tergesa tanpa mempedulikan gerimis yang masih membasahi bumi. Ini pertama kali Ara semarah ini, semuak ini, bahkan pertama kalinya Ara meninggalkan Chika di saat kondisinya terpuruk seperti ini.
Chika semakin menangis pilu, hatinya semakin sakit saat ia menyadari bahwa ia kehilangan sahabatnya. Ara yang biasanya selalu sabar menghadapi semua tingkah nya, selalu menenangkan Chika dengan kalimat-kalimat lembutnya, selalu membuat Chika merasa lebih baik dengan pelukannya. Kini tak bisa lagi Chika rasakan, Ara nya pergi, meninggalkan dirinya sendiri dengan sejuta luka yang ia telan sendiri.
Chika tidak tau harus berbuat apa, Chika hanya terlalu mencintai Vian. Laki-laki yang entah kenapa akhir-akhir ini berubah, laki-laki yang dulu hangat, romantis, penuh kasih sayang. Kini berubah menjadi laki-laki yang kasar, suka main tangan, dan sering membentak dirinya. Namun tetap saja Chika selalu memaafkan Vian dengan alasan cinta.
Apakah Chika memang bodoh seperti yang Ara katakan ?
Langkah Ara tiba-tiba saja berhenti. Seolah sesuatu tak kasat mata menampar dirinya dengan keras, mengembalikan dirinya pada kenyataan bahwa dia telah meninggalkan Chika.
"Maneh goblok Raa" Umpat Ara pada dirinya sendiri "loe bilang loe cinta sama dia, tapi loe ninggalin dia sendirian. Apa bedanya loe sama cowok berengsek itu?" Maki Ara pada dirinya sendiri.
Ara bergegas memutar balik tubuh nya, kembali menuju rumah Chika dengan sedikit berlari membuat nafas nya sedikit terengah.
Ceklek
Chika mendongak, menatap dengan nanar sosok Ara di ambang pintu, membawa satu buah baskom berisi air hangat di tangan kanan nya. Hati Chika kembali lega, tak bisa ia pungkiri ada perasaan bahagia di hatinya, saat melihat Ara tidak benar-benar meninggalkan nya.
Ara segera menghampiri Chika, menyimpan baskom nya di meja, lalu kembali mendekap erat sosok paling berharga dalam hidup nya itu. Berkali-kali Ara menggumamkan kata maaf, membuat Chika menyunggingkan senyum nya, membalas pelukan Ara tak kalah erat, membuat hati Ara menghangat seketika.
Nyaman. Itulah yang Chika rasakan setiap kali ia berada dalam dekapan Ara, namun lagi-lagi hatinya selalu meyakini, bahwa ini hanya perasaan biasa, perasaan pada seorang sahabat, tanpa pernah ia gali lebih dalam lagi apa arti dari semua perhatian dan sikap peduli Ara padanya.
Perasaan Ara membuncah luar biasa, saat Chika mengucapkan kalimat "Aku sayang kamu Raa, makasih karena gak ninggalin aku" Chika menjeda kalimatnya, membiarkan Ara menikmati rasa yang menjalar di tubuh nya, rasa bahagia yang diakibatkan oleh kesalahannya sendiri saat menafsirkan rasa sayang yang di ucapkan Chika kepadanya.
Namun tak lama berselang hati Ara kembali tersayat, rasanya begitu nyeri saat indra pendengaran nya menangkap sebuah kalimat yang di ucapkan Chika di sela-sela pelukan mereka.
" kamu emang sahabat terbaik aku Raa"
Ara tersenyum getir, kedua mata nya memanas menahan tangis, dada nya kembali sesak saat kenyataan lagi-lagi menampar dirinya. Mengembalikan nya pada Kenyataan pahit yang harus ia telan ketika gadis yang ia cintai sepenuh hati hanya menganggap nya sebagai sahabat. Tidak lebih.
"Sahabat yaa? Sampai kapan??"
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro