~ Empat Belas ~
-Aku tidak tau apa
yang kamu lihat dari diri ini,
Hanya saja semua rasa yang kamu beri,
Sukses membuatku jatuh hati.
Aku mencintaimu,
Diantara ribuan orang yang
mengagumi mu-
= Selamat Membaca =
_______________________
Sabarlah lagi, sebentar saja,
Tunggu kita siap menerjang badai berdua.
Seorang pemuda tampan sedang duduk di sofa sambil menunduk, sesekali ia menghembuskan nafas kasar dari mulutnya. Kepala nya kembali mendongak saat merasakan kehadiran seseorang yang kini duduk di samping nya.
"Kamu ada masalah sayang?"
Sang pemuda bernama Vino tersenyum tipis lalu menggeleng "Enggak ada ma, Vino cuma lagi cape aja" jawabnya lembut membuat sang mama tersenyum sambil mengelus bahu Vino.
"Mama itu yang lahirin kamu, jadi kamu jangan bohong sama mama"
Vino terkekeh pelan, sekilas memeluk sang mama sebelum kembali ke posisi semula
"Vino cuma lagi kangen sama Shani maa" jawab Vino.
"Baru seminggu gak ketemu loh" ledek sang mama "lagian kamu bisa telpon dia, jam segini dia udah pulang kuliah kan?"
Vino mengangguk lemah "Sudah ma, tapi Nomor Hp Shani gak aktif dari pagi. Vino jadi kawatir"
Sang mama mengangguk "Udah coba telpon Veranda?" tanya sang mama
Vino diam sejenak, ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia tidak terlalu dekat dengan Veranda, calon kakak Iparnya. bahkan interaksi mereka selama ini hanya seperlunya saja "belum ma, takut lagi sibuk dia, Vino gak enak kalo mau ganggu"
"mungkin Shani lupa ngecas hp nya, makanya gak aktif. kamu gak usah khawatir gini, kan Shani bisa jaga diri. Toh kalo ada apa-apa Om Rey pasti ngabarin kamu kan"
Vino tersenyum menanggapi "Iya ma, mungkin Vino aja yang khawatirnya berlebihan"
Vino mengalihkan pandangan nya dari sang mama ke arah lain, berusaha untuk menyembunyikan rasa cemas nya dari sang mama.
"Mama rasa masalah nya bukan karena kangen Shani yaa" selidik sang mama
Vino menoleh, menatap tanya pada sang mama "Maksud mama?"
"Gimana perkembangan hubungan kamu sama Shani?"
Vino diam tak langsung menjawab, berusaha mencari jawaban atas pertanyaan sang mama. Sang mama benar, ini bukan hanya tentang Shani yang tak ada kabar, tapi tentang ketakutan Vino yang semakin hari semakin menjadi, takut akan kehilangan Shani, takut jika Shani tak bisa lagi Vino miliki.
"Vino bingung ma" jawab Vino lalu menunduk, sementara sang mama kembali mengelus pundak putra bungsu nya ini "Vino ngerasa hubungan Vino sama Shani gak ada perkembangan sama sekali. Rasanya hampa, kosong, kaya gak ada tujuan, padahal Shani tau kalo Vino cinta banget sama Shani"
Vino mengusap wajah nya kasar, mencoba untuk tidak gusar "Vino ngerasa kalo Shani gak pernah buka hati buat Vino, gak belajar untuk mencintai Vino, bahkan Vino ngerasa kalo Shani emang gak menginginkan Vino sama sekali"
Sang mama diam mencerna, mencoba mencari jawaban atas rasa takut dan gelisah yang Vino rasakan.
"Kamu udah cari akar masalah nya apa?" Tanya sang mama.
Vino menatap penuh tuntutan "Maksud mama? Akar masalah gimana?"
"Mama yakin kalo Shani pernah belajar menerima kamu, buka hati buat kamu, karena mama yakin kalo Shani itu anak yang sangat baik dan gak mungkin ngecewain keluarga nya, termasuk keluarga kita"
Sesekali Vino mengangguk, mendengar dengan seksama kalimat sang mama.
"Mungkin ada sikap kamu yang bikin dia berhenti belajar, berhenti memahami kamu, dan berhenti untuk membuka hati buat kamu. Coba kamu fikir ulang sikap kamu selama ini sama Shani gimana"
"Tapi kan sikap Vino selama ini itu karena Vino cinta sama Shani"
"Sikap yang mana sayang?" Tanya Sang mama "Berlebihan? Posesif? Terlalu mengekang?"
Sang mama tersenyum melihat anak nya diam tak menjawab "Kalo kamu masih bersikap seperti itu, gak akan ada orang yang nyaman sama kamu, gak akan ada yang tahan berada di samping kamu. Shani itu manusia, dan dia punya hak untuk bebas, Status kamu itu baru tunangan Shani, dan jika nanti kamu sudah menjadi suami Shani pun, kamu juga tidak berhak mengekang Shani"
"Tapi kan ini demi kebaikan Shani ma" Vino menyela
"Kebaikan seperti apa yang kamu maksud?" tanya sang mama, namun tak menunggu jawaban Vino "Kasih Shani kepercayaan, biarkan Shani melakukan apapun tanpa harus kamu kekang, cukup kamu mengawasi dan meyakinkan Shani bahwa kamu mampu membuat Shani nyaman berada di samping kamu"
Vino menunduk, tiba-tiba saja hati nya menjadi sesak. Vino sadar jika selama ini ia terlalu mengekang Shani, merasa memiliki Shani sepenuh nya dan bahkan tidak memberikan Shani kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri.
"Vino tau Vino salah ma, tapi gimana caranya biar Shani yakin sama Vino? Gimana caranya supaya Shani bisa mencintai Vino?"
"Pelan-pelan rubah sikap kamu, beri Shani ruang untuk bernafas dengan tenang. Kamu masih mau berjuang merebut hati Shani kan?"
Vino mengangguk semangat "Mau maa.. tapi--
"Tapi apa?"
"Shani kayanya lagi deket sama seseorang ma, bahkan kayanya Shani tertarik sama orang itu dan semenjak ada dia Shani mulai berubah"
"Kamu cari tau apa yang orang itu miliki hingga Shani bisa tertarik sama dia, mungkin saja dia punya sesuatu yang bikin Shani nyaman sama dia. Saran mama cuma satu, rubah sikap berlebihan kamu pada Shani, gak ada orang yang mau dan suka jika di kekang berlebihan, termasuk Shani"
"Tapi kalo Shani jatuh cinta sama dia dan ninggalin Vino gimana ma?" Tanya Vino frustasi.
"Kamu masih punya peluang besar sayang, status Shani masih tunangan kamu. Rebut pelan-pelan perhatian Shani, mama yakin kamu bisa kok"
Vino mengangguk lemah "iyaa ma, Vino akan cobaa"
"Bagus, itu baru anak mama"
__
Seorang gadis bernama Ara sedang merapikan diri nya di depan cermin, tersenyum bahagia saat melihat penampilan nya sudah sempurna.
"Kemane loe?"
"Astgfirulloh!" Ara terlonjak, menatap tajam Gracia yang berada di ambang pintu "kaget aing" gumam nya.
"Gue mau jalan sama Chika" jawab Ara ketus "Malam mingguan dong" lanjut nya bangga.
"Gaya betul ngapel mulu, jadian kagak!" Ledek Gracia.
"Berkaca lah pada kaca spion wahai mahluk darat. Masih mending gue, dari pada loe tiap hari sayang-sayangan jadian kagak!"
"Mulut jahanam!" Umpat Gracia "Yaudeh sih, nasib kita sama kan"
"Makanya gak usah ngeledek" cibir Ara lalu meraih kunci mobil nya "Eh loe mau jalan sama Shani kan?" tanya Ara
"Yoaa, bentar lagi gue jemput di Apartement si Nomnom. Ngapa emang?"
"Tukeran dong, gue bawa motor loe" ucap Ara sambil menaik turunkan alisnya.
"Si anjir pasti mau modus" ledek Gracia "muka-muka jahanam kek elu udah ketebak niat jelek nya.. E--Tapi karena gue baik, yaudah nih!" Gracia melempar kunci motor yang ditangkap dengan sempurna oleh Ara.
"Bae-bae bawa mobil aing, awas aja lecet" giliran Ara melempar kunci mobil nya
Pada Gracia.
"Tolong berkaca yaa Neng Zahra, motor gue lebih mahal dari mobil butut loe" ucap Gracia.
"Cih! Pamer"
"Loe yang mancing ya" ucap Gracia tak terima "Dahlah gue mau berangkat, lama soalnya kalo bawa mobil"
"Eh helm nya mana woy?" Teriak Ara saat Gracia menjauh dari daun pintu yang tak ia tutup lagi.
"BELI DI MATRIAL!!!" teriak Gracia.
__
Mobil yang di kendarai oleh Gracia berhenti di parkiran khusus, segera ia mematikan mesin mobil, merapikan penampilan nya lalu keluar dari mobil.
Langkah nya mantap tanpa ragu, berjalan menuju unit Apartement Naomi.
Gracia segera memasukkan beberapa angka sebagai sandi lalu membuka pintu.
"Haii.. " sapa Gracia saat melihat Shani yang sedang duduk. Pandangan Gracia tak lepas dari sosok Shani yang terlihat cantik sekali malam ini. Padahal tiap detik juga cantik.
"Cantik banget masa depan" puji nya membuat Shani tersipu "Mana kak Ve?" Tanya Gracia lalu duduk di samping Shani, mengambil sebelah tangan Shani lalu mengecup lembut punggung tangan si gadis sempurna, membuat pipi nya seketika merona.
"Dikamar kak Naomi, gak tau ngapain" jawab Shani singkat.
"Yaudah, mau jalan sekarang?" Tanya Gracia membuat Shani mengangguk.
"Pamit dulu sama kak Ve yaa" ucap Shani
"Biar aku aja yaa, kamu duduk manis aja" ucap Gracia lalu berdiri sekali gerakan, berjalan menuju kamar di sudut kanan.
Tok...tok...
Gracia mengetuk pintu beberapa kali, namun tak ada tanggapan.
Brak...brak...
Gracia mencoba menggedor lebih keras. Tersenyum tipis saat pintu dibuka dari dalam.
Gracia menaikkan alisnya saat melihat kepala Naomi menyembul dari balik pintu.
"Apaaa saiton?" Kesal Naomi "rusuh banget kaya tawuran"
"Anjir loe ngapain ?" Tanya Gracia so histeris "Hickey loe berantakan banget kaya hidup mantan gue" lanjut Gracia meledek saat melihat beberapa tanda yang kontras di leher Naomi.
"Sialan!" Umpat Naomi "mau apa sih loe hah? Buruan!" Kesal Naomi "Gue lagi kentang nih" lanjutnya dalam hati.
"Bilang kak Ve gue ajak Shani jalan sekarang, jam 10 gue balikin utuh"
"Iye.. pergi sono loe jauh-jauh!"
Gracia terkekeh melihat kekesalan Naomi. "Yaudah monggo dilanjut kegiatan nya, gue pergi. Babay"
Gracia segera berjalan ke arah Shani, tertawa dalam hati saat sadar betapa teganya Veranda dan Naomi meninggalkan Shani di sofa sementara mereka malah ena-ena.
Sepertinya Veranda adalah definisi bidadari yang Minus Ahlak.
"Ayo sayang" ajak Gracia sambil mengulurkan tangan nya.
"Udah pamit nya?" Tanya Shani "Kak Ve sama kak Nomnom gak ikut jalan?" Lanjut Shani heran.
"Enggak, mereka lagi sibuk!" Ucap Gracia cepat
"Ngapain?"
"Baku hantam kayanya di kasur" jawab Gracia membuat Shani berfikir sejenak "Ayo ah kemaleman nanti"
Tanpa ingin memikirkan jawaban Gracia barusan, Shani lebih memilih mengangguk lalu meraih uluran tangan Gracia, mereka berdua berjalan bergandengan tangan menuju parkiran.
"Loh gak pake motor Gee..?" Tanya Shani heran saat Gracia membuka pintu mobil untuk Shani.
"Dituker Ara, mau jalan sama Chika katanya"
Shani mengangguk, lalu masuk ke mobil. Gracia berjalan memutar ke depan menuju kursi pengemudi setelah menutup pintu penumpang tadi.
"Udah siap?" Tanya Gracia lalu menatap Shani.
Shani mengangguk semangat "iya ayo" jawab nya namun Gracia masih diam.
"Kamu kenapa liatin aku kaya gitu?" Tanya Shani heran.
"Enggak sayang, kamu cantik banget malam ini, aku sampe gak bisa berpaling dari kamu"
Hih! Gombal.
Shani memukul pelan bahu Gracia "udah ah jalan cepetan, jangan gombal terus" ucap Shani sambil berusaha menahan debaran di hati.
"Mm.. Shan.." panggil Gracia pelan.
"Kenapa Gee..?"
Gracia diam sejenak, berusaha mengumpulkan niat nya untuk bertanya sesuatu yang sudah ia fikirkan sejak lama. Gracia menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan.
"Kamu tau kan aku sayang dan cinta sama kamu?" Tanya Gracia penuh keyakinan.
Shani mengangguk sebagai jawaban.
"Shan..Kalo aku minta kamu langsung ke papa kamu, kira-kira respon papa kamu bakal gimana?"
Tiba-tiba saja jantung Shani bergemuruh, kaget dengan kalimat Gracia yang tiba-tiba. Shani tidak menyangka jika gadis pakgirl ini bisa menanyakan hal demikian sekarang.
Shani tak siap, Shani tak punya jawaban. Shani membeku, seolah semua kata lenyap begitu saja.
Pertanyaan ini terlalu tiba-tiba.
Shani belum bisa menerka, atau membayangkan bagaimana murka nya sang papa jika hal ini terjadi.
Shani belum siap kehilangan Gracia, tidak akan pernah siap. Dan Shani juga belum punya cara bagaimana melepaskan Vino dan meyakinkan sang papa, bahwa Shani mencintai Gracia.
Tangan Shani bergerak melepas sabuk pengaman yang ia kenakan. Tubuh nya bergeser mendekat ke arah Gracia.
Shani mengikis jarak hingga hembusan nafas nya menerpa wajah Gracia, sangat dekat.
Mata indah keduanya beradu.
"Aku belum bisa menjawab pertanyaan itu, bahkan menerka saja aku belum bisa. Kumohon bersabarlah dulu, kita cari jalan keluar nya sama-sama" ucap Shani pelan, membuat Gracia tak jarang menutup mata. Menikmati desiran di tubuh nya saat nafas hangat Shani menerpa wajah nya.
"Aku juga sayang sama kamu, dan aku juga mau selalu ada di samping kamu. Kumohon bersabarlah sebentar lagi"
Tak ada jawaban dari Gracia, karena kini bibirnya sudah di bungkam oleh bibir Shani, menempel cukup lama sebelum Gracia memulai menggerakan nya. Sama-sama saling mengulum lembut, mengecap rasa. Menikmati sensasi candu yang kini semakin menuntut.
Tangan Shani mulai menahan tengkuk Gracia, memperdalam ciuman mereka. Sementara tangan Gracia menarik pinggang Shani, agar semakin menempel pada tubuh nya.
Shani Mengerang tertahan saat Gracia semakin gencar mencumbu bibir nya, sesekali mengelus punggunya nya menambah desiran hebat di tubuh Shani, apalagi saat Gracia menggigit pelan bibir bawah nya, meminta akses masuk untuk memanjakan rongga mulut nya.
"Mmhhhh"
Desahan tertahan menggema di dalam mobil yang kini suhu nya terasa semakin panas.
Shani mendorong sedikit tubuh Gracia, meminta waktu untuk melepas cumbu, guna mengisi paru-paru.
Ditatap nya Gracia penuh cinta, sebelum menenggelamkan wajah malu-malu di ceruk leher gadis bergigi gingsul yang kini menarik Shani ke dalam pelukan.
Berterimakasihlah pada kaca mobil Ara yang mendukung acara kissu-kissu dua insan yang kini masih berpelukan, menikmati debaran saling bersautan, tanpa takut ada manusia lain yang melihat atau merekam adegan.
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro