~empat~
= Selamat Membaca =
**************************
-Usaha pertama ku, meminta mu pada sang pencipta. Setelahnya, nikmati saja bagaimana proses nya-
Gracia berjalan menyusuri jalan raya, sesekali kaki nya menendang kerikil kecil yang ia temui di jalan yang dilaluinya.
"Punya temen kaga ada Ahlak nya, mobil dibawa, tas, dompet juga di mobil kebawa sama dia, hp mati karena lupa charger, Modar aja apa ya gue" gerutu Gracia. Tangan nya lagi-lagi terulur membenarkan letak snapback kesayangan nya, kebiasaan yang sering ia lakukan sejak kecil.
Mata Gracia memicing, menatap pada sebuah mobil yang berhenti dipinggir jalan. Tiba-tiba saja Senyum Gracia mengembang sempurna saat melihat seorang perempuan tengah berdiri disamping mobil, sambil mengipas-ngipas wajahnya.
Gracia langsung melupakan kekesalan nya, berjalan dengan semangat menuju ke arah perempuan yang ia yakini adalah bidadari pujaan hatinya, Shani.
"Pucuk di cinta, Shani pun tiba" gumam nya.
Gracia merapikan kemeja nya, menepuk bagian-bagian tertentu karena takut ada debu yang menempel dan malah mengurangi kekerenan nya dihadapan Shani. Sekali lagi ia membenarkan letak snapback nya.
"Keren banget loe Gre" gumam nya pada diri sendiri "mari kita buat Shani terpesona" lanjutnya sambil berjalan menghampiri Shani.
"Mm Haii" sapa Gracia.
Shani menoleh dengan gerakan pelan, membuat Gracia terpaku di tempat nya. Jantung Gracia kembali berulah saat Shani membalas sapaan nya dengan ramah. Tak lupa senyum manis shani berikan, membuat Gracia hampir lupa cara nya bernafas.
"Haii juga"
Suara Shani mengalun lembut di telinga Gracia, demi apapun suara Shani adalah suara paling indah yang pernah ia dengar. Gracia tenggelam dalam tatapan teduh Shani, terlena dengan alunan lembut yang Shani lontarkan, lewat dua kata 'haii juga'.
Tak ingin lama terbuai dan malah terlihat bodoh di depan Shani, Tatapan Gracia langsung beralih pada sang supir yang sedang jongkok di samping Shani "ada yang bisa dibantu pak?" Ucap Gracia sambil mengelus tengkuk nya, dia gugup setengah mati berada sedekat ini dengan Shani.
Sang sopir menoleh "Ban mobilnya bocor, saya supir baru dan belum belajar ganti ban" ucap nya lalu berdiri menghadap Gracia "mana non Shani buru-buru lagi" lanjutnya dengan nada cemas.
"Bawa ban cadangan gak pak?" Tanya Gracia
"Ada di belakang non"
Gracia mengangguk, dirinya berjalan ke arah pintu belakang lalu membuka nya, Gracia tersenyum manis ke arah Shani yang sejak tadi hanya diam "Kamu tunggu di dalem aja, kasian matahari salah tingkah kalo liat kamu" Kalimat Gracia membuat Shani tersenyum tipis sambil menutup mulutnya. Anggun sekali, fikir Gracia. hal itu sontak membuat jantung Gracia kembali berulah.
"Makasih" ucap Shani lalu masuk ke mobilnya, namun Shani sempat kaget saat Gracia menahan puncak kepala Shani dengan tangan Gracia agar tidak terkatuk atap mobil. Satu hal kecil yang sukses membuat Shani merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.
"Tunggu bentar ya"
Gracia menutup pintu dengan perlahan, lalu menghampiri sang supir. Meminta nya mengambil peralatan, untuk mengganti ban depan yang bocor. Gak sia-sia Gracia punya bengkel di dekat rumah nya dan sering merusuh anak buah papa nya jika sedang di bengkel.
Beberapa menit berlalu Gracia telah selesai mengganti ban mobil milik Shani, bulir-bulir keringat mulai menetes di kening nya, akibat cuaca yang sangat panas, ditambah senyuman Shani yang selalu malintas di otak nya. Membuat sistem kerja jantung dan hatinya menjadi lebih ekstra.
Gracia mengetuk kaca mobil membuat Shani langsung membuka pintu dan keluar dari mobil nya.
"Sudah selesai" ucap Gracia dengan senyum khasnya.
"Makasih" ucap Shani tulus
"Sama-sama, gih katanya buru-buru"
Shani mengangguk, namun sebelum itu ia menunduk mengambil tissue didalam mobil nya. Tangan Shani terulur hendak melepas snapback dikepala Gracia, namun Gracia mundur karena kaget dengan gerakan shani yang tiba-tiba.
"Eh maaf, aku gak maksud apa-apa. abis nya kamu keringetan" ucap Shani merasa tak enak.
"Eh gak apa, jangan minta maaf karena kamu gak salah" Gracia kembali maju selangkah "biar aku aja yang lap" ucapnya lalu mengambil tissue dari tangan Shani. Celaka jika benar Shani yang mengusap keringat nya, Gracia tak mau jantung nya berhenti tiba-tiba.
"Aku harus makasih dengan cara apa? Karena kalo materi seperti nya kamu tidak membutuhkan nya" kalimat Shani membuat Gracia kembali tersenyum.
"Gak usah, cukup kamu pulang dengan selamat aku udah seneng"
Kalimat Gracia membuat semburat merah di wajah Shani muncul, hal itu membuat Gracia terkekeh, menyadari bahwa lawan bicara nya sedang malu-malu.
"Gih jalan, kalo kamu kelamaan disini jantung aku gak sehat"
Shani kembali menutup mulutnya sambil terkekeh "Gombal terus kamu, ah iya aku Shani" tangan Shani terulur namun tidak disambut oleh Gracia.
"Tangan aku kotor, nanti tangan kamu ikut kotor. aku gak rela kuman-kuman ditangan aku nempel di tangan kamu. Nama Aku Shania Gracia panggil apapun senyaman nya kamu"
Shani menggeleng pelan mendengar kalimat gombal dari mulut Gracia, rasanya baru pertama kali dalam hidupnya, Shani bisa dengan mudah akrab dengan orang lain, selain pacar dan keluarga nya.
"Ah boleh minta sesuatu?" Tanya Gracia membuat Shani menatap intens.
"Apa?"
"Aku tunggu besok di kantin, selesai mata kuliah terakhir kamu. Bisa?" Tanya Gracia membuat shani mengangguk.
"Boleh"
"Makasih bidadari" ucap Gracia tulus "pak hati-hati ya, bawa bidadari nih" Gracia sedikit berteriak pada sang supir, membuatnya menoleh lalu mengangguk.
"Makasih ya Non"
"Iya pak santuy aja"
"Sekali lagi makasih Gracia, aku duluan ya"
Shani pamit, lalu masuk ke mobilnya. Menutup pintu lalu menyuruh supirnya melajukan mobil meniggalkan Gracia yang mematung di tempat nya.
"Kamu di ciptain dari tanah apa sih Shan? Kok bisa Sempurna banget" gumam Gracia sambil menyimpan tangan nya di dada, merasakan jantung nya yang berdetak tak biasa "Jantung gue aja gak kuat kalo liat loe Shani" lanjutnya. Namun sedetik kemudian Gracia berfikir keras.
"Loe bego Gracia, kenapa gak nanya dia kelar kuliah jam berapa. Haish ngerepotin aja" gumam nya.
___
Chika langsung keluar dari mobil milik Ara setelah mesin mobil di matikan, ia berlari menuju kamar nya tanpa menghiraukan panggilan Ara.
Brakk
Chika menutup pintu dengan kencang, lalu mengunci nya, untung saja Ara reflek mundur satu langkah, jika tidak sudah dipastikan hidung nya akan berdarah karena terhantam pintu.
"Buset idung gue" gumam nya.
"Chik, dengerin aku dulu Chik"
Brak
Brakk
Ara berusaha menggedor pintu kamar Chika, memanggilnya beberapa kali.
"Chik, aku jelasin dulu Chik"
"Please jangan gini Chik, dengerin aku!!"
Ara menarik nafas dalam, harus nya dia tau bahwa Chika tidak akan bisa di ajak bicara sampai di benar-benar tenang, tapi jika seperti ini maka Ara yang tidak bisa tenang.
Ara harus bisa menekan ego nya, berusaha untuk lebih tenang menghadapi sahabat nya itu.
"Aku balik dulu, kamu jangan lupa makan"
Ara berbalik, langkahnya gontai meninggalkan kamar Chika, meninggalkan sahabatnya yang sudah pasti sedang menangis tanpa ada seorang pun yang bisa menenangkan nya.
Ara mengemudikan mobil nya dengan lambat, sesekali tangan nya memukul stir mobil, meluapkan kekesalan nya. Ara mematikan mesin mobil di halaman rumah, namun belum sempat ia turun ia teringat sesuatu.
"Si gendut balik belum ya?" Gumam nya "bodo amat lah" lanjutnya lalu turun dari mobil menuju kamarnya.
Sore menjelang, Gracia sudah tiba dirumah dengan selamat, untung nya ada teman satu kelas nya yang dengan senang hati mau mengantar nya pulang. Kini ia keluar dari kamar nya menuju ke kamar Ara.
Tok
Tok
Ceklek
Gracia menaikkan sebelah alisnya setelah membuka pintu kamar Ara. Sahabatnya itu sedang duduk di pojokan kamar sambil memeluk kedua lututnya, dan menelungkupkan kepala nya. Segera ia menghampiri sahabatnya yang terlihat sangat kacau.
"Lah balon ijo loe meletus?" Tanya Gracia membuat Ara mendongak "Kacau banget loe" lanjutnya lalu terkekeh.
"Diem!" Kesal Ara yang kembali ke posisi semula.
Gracia berjongkok di depan Ara "bilang sama gue apa yang terjadi sampe loe semenyedihkan ini"
Ara mendongak kembali, menatap Gracia dengan malas "Chika gak mau ketemu gue, no hp nya gak aktif"
Gracia terkekeh "neng Ara yang kadang cakep kadang enggak, tapi sering nya enggak. Rumah dia cuma sekedipan mata, samperin lah bukan malah nangis di pojokan"
"Dia susah banget kalo di bujuk gre, loe gak ngerti"
"Justru karena loe yang paling ngerti dia Raa, usaha itu gak menghianati. Samperin, minta maaf sampe dia bosen denger nya. Kalo perlu kita kemping depan rumah nya buat minta maaf"
Ara dibuat tercengang oleh kalimat Gracia, entah lah ini ide bagus atau ide konyol. Yang jelas Ara harus mengakui totalitas usaha dari Gracia.
"Gue beli tenda sekarang kalo loe mau" lanjut Gracia membuat Ara terkekeh.
"Gue mau usaha sendiri dulu, thanks ya Gre. Loe emang sohib gue"
Gracia menepuk bahu Ara "loe tau kalo gue gak bakal ninggalin loe, dan gue bakal bantu loe terus" ucap Gracia sambil tersenyum menunjukkan gigi gingsul nya "dah bangun buru, jan di pojokan mulu. Malu gue liatnya, berasa ternistakan banget gue sebagai sahabat"
Ara terkekeh lalu berdiri dari duduk nya "gue mau ke rumah Chika"
Gracia mengangguk membuat Ara langsung melangkah, namun langkah nya tiba-tiba berhenti karena Gracia menarik kerah bajunya.
"Mandi dulu bego, loe ancur banget tau gak"
"Aish lupa!"
__
Ara berjalan dengan tergesa menuju rumah Chika, ia sudah bertekad bahwa ia akan minta maaf apapun caranya.
Tok
Tok
Ara mengetuk pintu cukup lama.
Ceklek
"Eh nak Ara, masuk nak" sapa mama Chika.
"Malam tante, iya makasih"
"Kamu mau ke kamar Chika kan? Sekalian bilangin suruh makan malam dulu. Dia gak keluar kamar semenjak pulang tadi" ucap mama Chika dengan kawatir.
Ara mengangguk, rasa kawatir mulai merasuki hati nya. "Ara pamit dulu ya tan, nanti Ara suruh Chika makan"
"Makasih nak Ara"
"Iya tan"
Setelah pamit Ara segera menuju kamar Chika. Beberapa Doa ia lafalkan agar usaha nya bisa lancar.
Tok
Tok
"Chik!!" Panggil Ara "Chika buka pintu nya Chik"
Tok
Tok
"CHIK!!!" suara Ara semakin keras. Namun belum juga ada tanggapan. Jika saja di rumah ini tidak ada orang tua Chika, mungkin Ara akan nekat mendobrak pintu kamar Chika.
"Mama bilang kamu belum makan"
Tok
Tok
"Chika!!!"
Ceklek.
Akhirnya perjuangan Ara membuahkan hasil. Namun ia sedikit terkejut saat melihat kondisi Chika yang berantakan. Bahkan baju yang dikenakan tadi pagi masih menempel di tubuhnya.
"Chik" panggil Ara pelan
"Pergi!!" Bentak Chika dengan suara pelan "aku gak mau ketemu kamu" lanjutnya membuat hati Ara nyeri.
"Tapi Chik dengerin penjelasan aku dulu"
"Gak ada yang harus di jelasin Raa"
"Tapi Chik-
"PERGI!!!"
Ara memejamkan matanya, mencoba meredam rasa sakit akibat pengusiran Chika. Tak ada yang bisa Ara lakukan saat ini, selain membiarkan Chika tenang. Namun Ara tak akan menyerah untuk mendapat maaf dari Chika.
"Okee aku Pergi, tapi satu hal Chik. Kamu boleh benci sama aku, tapi tolong jangan buat keluarga kamu kawatir. Mereka nunggu kamu buat makan malam"
Rentetan kalimat Ara membuat Chika diam, Chika baru sadar jika orang tuanya sudah kembali dan tidak mungkin ia menampakkan dirinya yang sedang kacau seperti ini. Chika tidak mau orang tuanya kawatir.
"Aku pulang dulu, aku sayang kamu"
Ara mengusap sekilas kepala Chika, lalu pergi meninggalkan Chika yang kini menutup pintu dari dalam. Tangis nya kembali pecah seiring luruh nya tubuh Chika ke lantai.
"Kenapa harus gini Raa hikssss"
__
Gracia merebahkan diri di kasurnya, sejak tadi tangan nya sibuk mengotak atik sosial media milik dirinya yang sengaja ia buat khusus untuk stalking pujaan hatinya, siapa lagi kalo bukan Shani Indira.
Semua hal tentang Shani ia tulis di ingatan nya, dari mulai jurusan yang shani ambil, warna kesukaan shani, makanan favorit shani, bahkan sampai barang yang wajib Shani bawa kemanapun ia pergi.
Sesekali Gracia tersenyum manis, tak jarang ia terkekeh, bahkan sering ia memegang dada sebelah kirinya, merasakan detak jantung nya yang tidak normal akibat kegesrekan yang tercitpa saat ia melihat foto-foto Shani di Instagram nya.
"Shan, shan. Kenapa sih bikin Ambyar terus. Cantik nya kurangin dikit aja. Gak sehat jantung gue lama-lama" ucap nya sambil mengelus layar hp nya, dimana ada foto Shani di sana. "Gue gak tau kenapa gue bisa langsung suka sama loe"
"Sorry ya kalo gue mulai jatuh cinta sama loe, abis loe sempurna sih. Gue bakal minta izin sama Tuhan buat deketin loe, jadi jangan kaget kalo tiba-tiba gue nikung lewat do'a dan Usaha" lanjutnya sambil mendekatkan layar hp ke wajahnya, hendak mencium foto shani, namun..
Ceklek
"GRE!!"
Bukk
"Awsss" Gracia meringis, saat hp nya malah jatuh mengenai wajahnya, akibat terkejut karena pintu tiba-tiba terbuka.
"Gue kacau!!" Ucap sang pelaku yaitu Ara
"Kening gue sakit bgt!!" Ucap nya sambil mengusap kening nya yang sakit "apa sih loe, ganggu aja"
"Chika belum maafin gue, malah ngusir gue"
"Coba lagi besok bawa bunga" ucap Gracia lalu duduk menatap Ara yang berkacak pinggang di hadapan nya.
"Kalo gak di terima?"
Gracia mendengus kasar "Besok nya lagi bawa coklat"
"Kalo masih belum?"
"Bawain saham ind*sat" kesal Gracia sambil meremas bantal dengan tangan nya.
"Kalo masih belum?"
Gracia membuang nafas kasar nya "Bawa seserahan aja anjir!!! Ganggu banget tau gak"
Bukk
Gracia melempar bantal ke wajah Ara, namun Ara dapat menghindar, sehingga bantal yang malang terhempas ke lantai.
"Ck!! Loe gak guna, dahlah mau tidur"
"Pegi aja sono lo!!" Usir Gracia
"Ck! Bego nya emang gak ketulungan si Ara"
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro