Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~delapan~







= Selamat Membaca =

**************************




-ketika kamu menikmati proses nya, maka perlahan kamu akan merasakan betapa luar biasanya rasa yang kuberikan-





Waktu berjalan dengan cepat, kini Shani dan Gracia semakin sering berbalas pesan, melakukan panggilan telpon bahkan Video Call.

Tanpa Shani sadari kini perasaan nya semakin sering tak karuan, ia menjadi lebih sering mengingat Gracia, merindukan Gracia, bahkan hati kecil nya kini berteriak bahwa ia ingin selalu berada dekat dengan Gracia.

Apalagi saat Gracia dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia mencintai Shani. Padahal Gracia tau dengan pasti, bahwa ada Vino di hidup Shani.

Hal itu membuat Shani bungkam seketika.

Entah apa maksud sang waktu hingga mempertemukan Shani dan Gracia di muka bumi ini, padahal Shani bukan seseorang yg terlalu peduli akan sekitarnya. Dan entah apa tujuan takdir atas ini semua, karena dari sekian miliar manusia kenapa Shani harus bertemu dengan Gracia?

Gadis dengan predikat pakgirl itu kini menjadi salah satu orang yang selalu berputar di fikiran Shani. Shani seolah hampir gila, bahkan hanya dengan membayangkan nya saja.

Tidak ingin menyalahkan siapapun atau apapun itu, hanya saja Shani mencoba menikmati setiap tetes darah kenyamanan yang ada dan yang sedang berlangsung.

Dulu Shani pernah meminta kepada Tuhan agar memberikan Shani salah satu makhlukNya untuk menemani dalam relung sepi yang memang sudah ada sejak Shani dilahirkan. Shani sangat berterima kasih karena Gracia telah hadir sebagai permintaan Shani kepada Tuhan.

Tuhan tau apa yang Shani rasakan dan Shani sendiri tidak akan pernah bisa Menebak jalan fikiran Tuhan, namun setiap detik kebersamaan yg terjalin, setiap pesan yang terkirim, Shani menikmati kesalahan termanis yang di alaminya saat ini.

Mungkin Shani hanya manusia tak bermoral yang tidak tau apa itu rasa bersyukur, yang selalu menginginkan lebih akan segalanya. Namun kembali lagi, Shani hanya manusia biasa, dan bisa kapan saja berubah perasaan nya.

Biarlah seperti ini, cukup seperti ini, jalanin saja seperti biasanya, kalimat biasa yang selalu Gracia ucapkan sebagai penenang hati. Kalimat pamungkas yang selalu membuat Shani merasa baik-baik saja saat bersama Gracia. Kalimat-kalimat yang seolah bisa membuat Shani dengan tenang menerima semua sikap, perhatian, dan perlakuan Gracia padanya.

Tapi sampai kapan obat itu akan bertahan? Sampai kapan obat itu akan bekerja dengan baik? Apa efek yang akan di timbulkan jika Shani terus-menerus menggunakan obat tersebut? Apakah lebih baik atau malah sebalik nya?

Shani bahkan tidak mengetahuinya.

Bukankah semakin lama Shani dan Gracia seperti ini malah akan membuat semakin kuat perasaan yang ada?

Bukankah Shani terlalu munafik? Mulut tak pernah berucap Cinta, jari sangat jarang mengetik tentang rasa, tapi tindakan, sikap, dan perhatian yang diberikan mencerminkan itu semua. Apalah daya Shani hanya manusia yang kadang merasakan tidak pernah cukup dengan keadaan.

Shani ingatkan sekali lagi bahwa ada Vino di hidup Shani, laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya sejak 3 tahun lalu. Tapi mengapa seolah Gracia tidak pernah keberatan akan hal itu? Sikap Gracia mencerminkan seolah-olah tidak ada Vino di hidup Shani.

Gadis itu terlalu santai dan memandang mudah segala sesuatu nya.

Lupakan sejenak dilema besar Shani.

Shani suka mendengar setiap cerita keseharian Gracia, cerita tentang betapa banyaknya penilai kehidupan seseorang disekitar yang bahkan sampai hal kecil saja bisa jadi sangat panjang detail kejadian dengan bumbu-bumbu pemanis yang selalu Gracia tambahkan saat mulutnya terbuka mengucap sesuatu.

Shani banyak belajar dari cerita Gracia, bahwa mereka yg tau menilai kehidupan seseorang adalah sosok yg masih buta akan dirinya sendiri.

Oh satu lagi, Shani sangat suka kehadiran Gracia di layar hp Shani, menemani melewati rotasi bagian gelap bumi yang di sebut malam.

Ada kala saat Gracia bercerita tanpa henti Shani tidak fokus ke cerita Gracia, hanya fokus bagaimana Gracia yang begitu ekspresif dalam bercerita. Memperhatikan gestur Gracia, sekaligus menikmati wajah cantik Gracia yang tak jarang membuat Shani terlena.

Ada kalanya juga Shani sampai ketiduran karena tidak di berikan kesempatan untuk menanggapi cerita Gracia. Gila nya lagi, Gracia kadang sengaja tidak mematikan sambungan Video Call mereka hingga pagi, hingga saat Shani membuka kedua mata nya, yang ia lihat adalah Gracia yang masih tidur dengan wajah polos nya.

Shani sering kali terkekeh saat memperhatikan wajah lucu Gracia ketika tidur, tak jarang juga jemari lentik Shani mengusap layar hp nya seolah sedang mengusap pipi dan hidung Gracia.

Sungguh shani ingin sekali hal itu menjadi kenyataan, shani ingin bisa melihat Gracia dengan nyata di depan mata nya, ingin mengelus pipi serta hidung mancung nya dengan jemari nya, bodoh nya Shani juga ingin sekali mengecup bibir ranum menggemaskan milik Gracia. Tak lupa Shani ingin menghadiahi ucapan selamat pagi sekaligus senyuman khas milik Shani.

Tapi apakah semua itu bisa jadi kenyataan?

Kadang kala Shani takut, bila sang waktu mulai muak menyaksikan setiap kenyamanan yang terjalin diantara mereka, takut ketika sang waktu mulai merenggut Shani atau malah merenggut Gracia dari semua ini. Atau sang takdir mulai menyadari kalau ini semua seharusnya tidak begini dan takdir mulai mengambil bagiannya dalam hidup Gracia dan Shani masing masing. Shani dengan takdirnya yang saat ini bersama seorang Vino dan Gracia dengan takdirnya sendiri, entah dengan siapa.

Sadar atau tidak, Gracia mulai memiliki tempat tersendiri di hati Shani, sebelum Shani mengenal Gracia, ia hanya seorang gadis yang memiliki predikat sempurna, yang selalu di agungkan, dipuja dengan berlebihan, hingga tak jarang membuat Shani merasa risih hingga lebih senang mengasingkan diri.

Tapi semenjak mengenal Gracia, Shani merasa lebih bebas dan lebih menikmati hidupnya, tak peduli dengan semua puja dan keagungan yang selalu mereka gaungkan. Gracia mengajarkan Shani tentang kebebasan dalam hidup, serta bagaimana cara menikmati hidup, dan Shani bahagia dengan semua hal itu.

sebesar itu kah efek Gracia bagi Shani ? Sosok asing yang selalu Vino ributkan kehadiran nya, sosok yang akhir-akhir ini sering dijadikan alasan oleh Vino ketika mereka bertengkar, sosok yang selalu di pandang sebelah mata oleh Vino, kini semua hal itu mulai mengikis otak Shani. Doktrin yg Vino katakan mulai melenceng dari semua perkiraannya, dan bodohnya Shani mulai membandingkan Gracia dengan vino.

Wajarkah ini?

Wajarkah jika Shani merasa bahwa Gracia jauh lebih baik di banding Vino?

Tak jarang juga, Ada rasa iri di hati Shani kala melihat orang-orang diluar sana yang bebas berinteraksi dengan Gracia. Bahkan dengan bebas nya mereka mendaratkan ciuman di pipi atau di kening Gracia, dan manusia menyebalkan yang bernama Gracia itu malah senang-senang saja. Tidak tau kah jika hal itu membuat shani merasa kesal setengah mati?

Tapi apa boleh buat, jangan kan untuk berinteraksi seperti itu, Untuk bertemu dengan Gracia saja ia harus sembunyi-sembunyi. Berusaha sekuat tenaga supaya pertemuan mereka tidak di ketahui oleh Vino.

Bukan, Shani bukan cemburu pada mereka. Hanya saja ada perasaan tidak suka menyelinap di hati Shani saat melihat Gracia berinteraksi berlebihan dengan banyak orang. Perasaan kesal, sebal, muak dan marah bercampur jadi satu jika mereka terlalu dekat dengan Gracia.

Itu hanya perasaan kesal saja, bukan cemburu.. bukan!.

"Dek.. kamu kok ngelamun?"

Suara lembut penuh perhatian, mengembalikan Shani pada kenyataan "kamu sakit hmm?" Lanjut Veranda lalu duduk di tepi kasur.

"Gak kok kak, Shani baik-baik aja" ucap Shani dengan senyum khas nya

Mata veranda tiba-tiba saja memicing, membuat Shani mengerutkan alis nya "Kamu lagi mikirin Gracia ya?" Tebak Veranda.

Mata Shani membulat, ia dibuat sedikit gelagapan oleh pertanyaan kakak nya ini "enggak kok, ngaco kaka ih"

Veranda terkekeh melihat Shani salah tingkah "kaka beberapa kali liat kamu senyum-senyum liat hp, dan gak mungkin itu sama Vino. terus kata Naomi dia pernah pergokin kamu ketemuan sama Gracia di perpustakaan kampus"

Shani diam, mencari jawaban atas pernyataan sang kaka "mmm..

"Bener kan??" Goda Veranda sambil menarik turunkan kedua alisnya

"Kakak gak usah rese ah, sana sana"

Veranda tertawa melihat wajah adiknya mulai memerah " cieeee yang mikirin Gracia cieee" lanjutnya membuat Shani mengambil guling nya hendak memukul Veranda.

"Kaka diem atau Shani lempar pake guling" ancam shani yang malah membuat Veranda tertawa kembali.

"Kamu suka Gracia hmm??" Tanya Veranda setelah tawa nya reda "kamu sayang dia?" Lanjutnya membuat Shani diam.

Helaan nafas kasar lolos dari bibir Shani, menatap Veranda dengan lekat sebelum berkata "Shani tau ini salah kak, tapi Shani gak bisa bohongin hati Shani" ucap nya lalu menunduk "kaka tau kan kalo aku belum bisa mencintai Vino?" Tanya nya membuat Veranda mengangguk.

"Shani sudah mencoba kak, tiga tahun itu bukan waktu yang singkat. Tapi nyata nya Shani gagal kak, Shani gak bisa. Sedikit pun rasa ini bukan untuk Vino, bukan tentang Vino, dan tidak kepada Vino"

Veranda mengangguk paham, sebelah tangan nya terulur mengusap rambut Shani

"Dan Shani gak tau apa yang Gracia miliki kak, gadis itu sukses membuat hati Shani jungkir balik hanya dengan hitungan hari. Semua sikap nya, perhatian nya, perlakuan nya, selalu membuat Shani merasa nyaman. Shani gak tau harus berbuat apa kak"

Veranda menarik tubuh Shani dalam pelukan nya, mengelus dengan lembut punggung adik nya ini. Otak cerdas Veranda berusaha mencerna apa yang terjadi, sekaligus mencari jalan yang harus ia ambil nanti nya. Karena jika Shani memilih bersikap egois untuk bersama Gracia, sudah pasti Papa nya lah orang pertama yang harus ia hadapi nanti nya.

"Kakak disini sama kamu, selalu dukung kamu, apapun yang terbaik untuk kamu. Kaji kembali apa yang kamu rasakan pada Gracia, jangan buru-buru ambil sikap, karena mungkin saja itu hanya perasaan kagum biasa. Yang kita hadapi bukan hanya Vino, tapi juga papa. Dan kamu tau kan papa bisa melakukan apapun, keselamatan Gracia harus kita fikirkan juga"

Shani mengangguk paham, kedua tangan nya kini membalas pelukan Veranda

"jika memang perasaan kamu sama Gracia adalah benar-benar Cinta, maka kakak sendiri yang akan memastikan bahwa Gracia memang layak untuk kamu"

"Makasih kak makasih"

__




Mobil Veranda berhenti di parkiran sebuah Cafe yang terletak di pinggiran kota. Segera ia mematikan mesin mobil, membuka sabuk pengaman lalu meraih tas selempang nya. Dengan sekali gerakan ia membuka pintu, menutup nya dengan kencang lalu menekan tombol kunci mobil nya.

Kedua mata Veranda mengedar ke segala penjuru, mencari keberadaan seseorang yang hendak ia tuju. Sudut bibir nya sedikit terangkat saat melihat seorang gadis tengah memainkan hp nya sambil sesekali membenarkan letak Snapback nya.

"Sorry, udah lama?" Sapa Veranda membuat Gadis itu menoleh seketika. Sebuah senyuman terbit di wajahnya, kian melebar hingga memperlihatkan gigi gingsul nya.

"Belum kok kak, 10 menit ada lah" Jawab nya ramah membuat Veranda mengangguk lalu menarik kursi dan duduk bersebrangan dengan gadis itu.

"Langsung aja ya Gracia" ucap Veranda membuat Gracia langsung menyela

"Bentar kak, aku pesenin minum dulu ya" ucap nya "kaka mau apa?" Tanya dengan senyum diakhir kata.

Veranda tersenyum tipis, point penting pertama yang ia dapat adalah sikap Gracia yang memang ramah dan manis, wajar banyak orang yang terpesona pada dirinya, termasuk Shani, adik bungsu nya.

"Jus Strawberry aja" jawab veranda singkat

Gracia mengangguk, lalu mengangkat tangan memanggil seorang Waiter.

Setelah memesan, ia kembali memusatkan perhatian nya pada Veranda.

"Jadi kenapa kaka Cantik mengajak aku yang biasa aja ini bertemu?" Tanya Gracia, hampir membuat Veranda terkekeh.

"Beda ya kalo ngobrol sama pakgirl, gombal terus "

Gracia terkekeh "kakak jangan kemakan sama asumsi jelek tentang aku dong, aku gini-gini penganut aliran setia"

"Iyaa setiap tikungan ada" cibir Veranda

"Haha.. tau aja si kaka"

"Jadi loe suka sama Shani?" Tanya Veranda "suka, kagum, atau cuma penasaran?" Lanjutnya dengan nada intimidasi.

Gracia dengan santai menyeruput minuman nya, sebelum kembali berkata "awalnya kagum, lalu naik level jadi suka, nambah lagi jadi sayang, dan bermetamorfosis jadi Cinta lalu terakhir jadi sayang dan cinta banget"

Veranda mengetuk ujung jari nya di atas meja, mencerna jawaban Gracia, yang sungguh ia tak menyangka akan keluar dari mulutnya.

"Apa yang loe yakini tentang perasaan loe sama Shani? Bahkan kalian cuma ketemu beberapa kali dan dalam hitungan hari?"

Gracia tersenyum tenang "Cinta itu ngeselin kak, lebih ngeselin dari aku malah" jawab Gracia santai membuat Veranda menaikkan sebelah alis nya "Cinta itu semau dia, mau kapan dateng nya, mau gimana caranya, mau sama siapa berlabuh nya, terserah Cinta. Ada juga yang jatuh cinta bahkan belum ngeliat wajah sama sekali, bahkan yang awal nya benci, bisa jadi cinta kan?"

Veranda mengangguk menyetujui

"Alasan sederhana yang aku punya adalah, Hati aku milih Shani kak, dan aku gak pernah merasa seyakin ini atas perasaan aku. Walaupun aku tau aku salah karena Shani punya pasangan, tapi aku tetep yakin bahwa aku masih punya kesempatan sebelum Shani benar-benar memiliki ikatan"

"Loe yakin mau memperjuangkan Shani apapun resiko nya?"

Gracia mengangguk mantap "yakin kak, apapun itu"

Tangan Veranda meraih gelas yang berisi jus Strawberry yang di pesan nya, menyeruputnya beberapa kali guna membasahi tenggorokan nya yang mendadak kering sekali.

"Aku tau ini gak akan mudah kak, tapi aku yakin aku bisa memperjuangkan Shani. Sampai aku benar-benar gak mampu bertahan lagi" lanjut Gracia.

Veranda menghela nafas dalam lalu menghembuskan nya "gini Gracia, gue bukan mau nakutin loe. Gue cuma mau loe antisipasi dengan semua hal yang mungkin akan terjadi di masa depan. Gue bilang kaya gini bukan karena gue udah kasih loe lampu hijau buat deketin Shani, karena gue belum tau seberapa serius loe dan segimana perjuangan loe buat Shani"
Ucap Veranda menjelaskan sambil menatap dalam mata Gracia "Tapi gue mohon, apapun yang terjadi ke depan nya tetap waspada, dan inget satu hal, kalo loe berani nyakitin Shani, gue orang pertama yang akan ngasih pelajaran sama loe" lanjut Veranda membuat Gracia diam sejenak untuk mencerna.

"Kakak tenang aja, aku yakin bisa jaga diri aku dan Shani tentunya. Aku janji gak akan nyakitin Shani, dan makasih karena secara gak langsung kakak udah kasih izin buat aku deketin Shani"

Veranda mengangguk "gue kasih tau satu hal lagi sama loe Gracia" ucap Veranda membuat Gracia menaikkan sebelah alis nya seraya bertanya "Apa kak?"

"Saingan terberat loe bukan Vino, karena ada seseorang yang akan menjadi orang pertama yang bakal ngelarang loe deketin Shani" ucap Veranda.

"Siapa kak?" Tanya Gracia

"Papa!!"





= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro