Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXVIII

Mata Randy menerawang jauh ke atas langit. Langit biru cerah tanpa awan sangat bertolak belakang dengan suasana hatinya yang sedang muram. Ia menoleh pada beberapa temannya yang sedang cekikikan. Kini, ia tengah berada di 'markas' kecil mereka di sekolah. Membolos merupakan kegiatan wajib yang mereka berlima lakukan saat kelas sore.

"Ran, pinjem korek," pinta salah seorang pemuda berambut jabrik dan bermata sipit.

Randy menatap temannya sejenak, lalu merogoh kantung celananya. Setelah mendapati apa yang dicarinya, dilemparnya benda berwarna emas berbentuk persegi itu.

Teman-temannya menggilir pemantik berwarna emas tersebut dengan heboh. Setelah selesai, pemantik tersebut dilemparkan lagi pada sang pemilik. "Nih, Bro!"

Tangan Randy sigap menangkap benda persegi tersebut. Di mainkannya pemantik itu beberapa kali sebelum dimasukkan lagi ke dalam saku.

"Ran, kamu gak ngerokok kenapa bawa-bawa korek, sih?" celutuk pemuda botak—yang duduk dengan sebelah kaki terangkat—di sebelah Randy.

Randy mengangkat bahunya tak acuh. "Entahlah. Karna cantik ...," bisiknya pelan. Ya, alasan awal ia membeli pemantik tersebut karena benda itu terlihat cantik di matanya. Setelah membelinya, ia selalu mengantongi benda tersebut ke mana pun ia pergi.

Setelah rokok keempat pemuda lainnya habis. Mereka berempat bangkit dari duduknya. "Yuk, cabut!" ajak si cepak seraya memukul pundak Randy pelan.

Randy menatap keempat temannya sejenak sebelum melarikan pandang ke arah langit kembali. "Ntaran aja. Lagi males aku," balasnya membuat keempat temannya kembali duduk. Mereka ikut menatap langit biru yang sangat jernih itu. Pikiran mereka lari ke mana-mana, termasuk Randy. Pemuda itu tanpa sadar merogoh saku celananya dan mengeluarkan pemantik berwarna emas tersebut, lalu memainkannya.

Suara besi yang saling beradu bagaikan senandung musik di telinga kelima pemuda tersebut. Selintas rasa penasaran menyambangi kepala Randy. "Kalau korek ini jatuh ke sini, kira-kira apa yang terjadi?" tanyanya seraya menyalakan pemantik tersebut.

Si cepak menoleh, lalu tertawa keras. "Ya, gudangnya kebakarlah! Terus markas kita ilang, deh!" selorohnya membuat ketiga kawannya tertawa, kecuali Randy.

Randy mengangguk sekali. Selama satu menit penuh, pandangan kosongnya terarah ke bawah. "Kalian pulang dulu aja," ujarnya membuat keempat temannya memandangnya heran. Namun, karena bukan sekali dua kali Randy bertingkah aneh, mereka berempat pun memutuskan untuk meninggalkan pemuda itu.

Esok paginya, Randy dipanggil ke ruang kepala sekolah dengan tuduhan telah membakar gudang. Keempat pemuda itu melotot kaget. "Gila si Randy!" seru keempatnya secara bersamaan. Rasa tak percaya menyelimuti keempay pemuda itu. Walau Randy aneh, mereka yakin Randy tak mungkin sengaja membakar gudang itu karena di sanalah markas mereka satu-satunya.

Sekembalinya Randy dari ruangan kepala sekolah. Keempat pemuda itu pun menarik Randy keluar kelas. Mereka berlima melarikan diri dari kelas menuju markas mereka yang sudah terbakar sebagian.

"Kenapa bisa kebakar gini, Ran?" cecar si cepak menatap mata Randy lurus.

Randy tersenyum kecil. "Semalam, aku gak mau pulang. Aku tiduran di sini. Terus aku nyalain korek. Karena gak ketemu lilin dan panas, koreknya jatuh. Dan beginilah hasilnya. Gak sempat kabur karena udah kepergok satpam yang lagi patroli dan ngeliat asap dari sini," jelasnya tenang. "Sorry udah ngebakar markas kita."

Keempat pemuda itu hanya mengangguk maklum. Sebuah tepukan pelan mendarat di bahu pemuda berlesung pipi itu membuatnya melebarkan senyum. "Markas bisa kita cari dan bikin. Yang penting kamu gak apa. Terus hukuman apa yang kamu terima?"

"DO lah!" kekeh pemuda berlesung pipi itu puas. "Mana ada orang yang udah hampir bakar gedung sekolahan disuruh bersih-bersih toilet sebagai hukumannya," lanjutnya lagi di sela-sela tawanya.

"Sinting!" ujar keempat pemuda itu kompak. Secara serentak, kepala mereka menggeleng akibat kelakukan gila temannya.

*******

"Yo, Ran! Aku dengar kamu dikeluarin, ya?" sapa manusia dari seberang sana begitu ponsel Randy menempel di telinga.

Randy terkekeh sejenak. Berita buruk memang sangat cepat tersebar. Kepalanya pun menggeleng tak percaya. "Iya, nih. Kenapa? Kamu mau nyekolahin aku, Na?" seloroh pemuda berkulit putih itu seraya merebahkan badannya ke atas kasur. Setelah dikeluarkan dari sekolah, hidupnya sangat santai.

Terdengar kekehan dari ujung sana. "Iya, nih. Bosan aku sendirian di sini. Aku kangen main bareng kamu," ujarnya dengan nada mengambang seolah tengah mengorek kembali memori lama.

Randy mengangguk menyetujui walau tahu lawan bicaranya tak bisa melihat. Ia juga rindu dengan sepupunya yang satu ini. Selama ini, hanya gadis itu yang berada di sisinya. Namun, karena saat ini gadis itu berada di tempat yang cukup jauh, mereka tak bisa sering-sering bertemu. Paling sekali setahun, itu juga tak pasti.

"Eh, Ran. Kalau kamu mau sekolah di sini. Aku bantuin bujuk Om sama Tante, deh. Tapi kita main, yuk. Udah lama 'kan gak main?" rayu gadis itu membuat Randy terdiam sejenak. Mengingat orang tuanya cukup sayang dengan sepupunya ini. Bisa jadi orang tuanya membiarkannya sekolah di luar kota. Dan ini juga bisa menjadi kesempatannya untuk lepas dari duo iblis yang menjelma sebagai kakaknya.

"Kalau kamu berhasil bujuk Papa Mama," putus pemuda itu sebelum mematikan teleponnya.

Seminggu setelah panggilan tersebut. Randy diminta untuk membereskan barang-barangnya karena akan dikirimkan ke kosannya. Ia tak tahu bagaimana caranya Kirana membujuk orang tuanya, tetapi yang jelas ia diijinkan untuk bersekolah di tempat yang sama dengan Kirana. Ia pun dengan hati riang membereskan barang-barangnya dan mengambil semua yang ia perlukan.

Semua dokumen perpindahan telah orang tuanya masukkan ke sekolah swasta tempat Kirana menunjang ilmu. Bahkan tempat kos pun sudah disediakan. Randy hanya perlu membawa badan serta barang keperluannya saja. Selebihnya, ia memilih untuk tak ambil pusing. Tanpa perlu menunda waktu lebih lama lagi, Randy segera berpindah menuju kosan, meninggalkan neraka yang selama ini berselimut dengan nama rumah.

*****

"Cara kamu bujuk Papa Mama gimana?" tanya Randy siang itu. Kini, keduanya tengah berada di sebuah food court di dalam salah satu mall.

Kirana memamerkan gigi putihnya seraya mengangkat bahu tak acuh. "Itu pinternya aku, dong. Terus gimana permainan yang aku bilang waktu itu. Kamu mau gak?" todong Kirana setelah puas menyeruput minumannya.

Randy memasukkan sepotong kentang goreng ke dalam mulutnya. "Permainan apa dulu, nih?" tanyanya sambil lalu.

"Jadi, di sekolah aku itu ada cewek, namanya Sheira. Dia itu anak yang cupu. Selalu di-bully gitu deh. Eumm ... aku yang bully, sih. Eh, tapi itu gak penting. Gimana kalau kita taruhan? Kita taruhan kalau misalnya kamu bisa pacarin dia setelah tiga bulan kamu sekolah, aku bakal jadi babu kamu selama satu bulan. Terus uang saku aku selama satu bulan, aku serahin ke kamu semua," tawar Kirana seraya tersenyum licik.

Alasan sebenarnya membuat taruhan ini karena ia sudah bosan dengan metode perundungan yang ia lakukan selama ini. Ia ingin sesuatu yang lebih untuk mendapatkan reaksi yang ia bayangkan. Sebab, selama ini, Sheira diam saja saat ia rundung.

"Tawaran yang bagus," gumam Randy mulai tertarik. "Kalau aku kalah?" tanyanya karena tak ingin menanggung rugi.

"Kalau kamu kalah, kamu cuma perlu jadi babuku selama sebulan penuh. Uang saku kamu tetap aman, kok. Aku gak setega itu sama kamu," jelas Kirana membuat Randy langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang lagi.

Taruhan itu lebih menguntungkan pemuda itu. Selain itu, jika ia kalah pun, ia tak rugi apa-apa. Ia tahu Kirana tak akan memeras keringatnya berlebihan. Berbeda dengannya, jika ia menang, ia kan memeras keringat Kirana hingga tetes terakhir. Ia akan membuat Kirana merasakan penderitaan seorang babu sejati. Lagi pula, gadis yang sering dirundung pasti akan jatuh ke dalam jebakan dengan mudah.

--------------
1174.28072021
Yuhu..
2 part lagi tamat nih.
Untuk dua part ke depan, kayaknya bakal panjang sih.
Mudah"an kalian gak mabuk, ya. Aku bakal sebisa mungkin pangkas juga sih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro