Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 13 | Malam yang Panjang

Jane termenung untuk beberapa saat. Wanita yang sebentar lagi berkepala tiga itu baru saja mendapatkan pesan yang membuatnya kehilangan kata-kata. Pesan terakhir dari pria yang menjadi bahan bualannya tiba-tiba saja mengajaknya untuk pacaran sungguhan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Jane berkata dalam hati, senyumnya mengembang.

Jane mengirimkan pesan kepada pria yang ia namakan sebagai Lemon water di kontak ponselnya.

Anda: [ Kenapa tiba-tiba ngajak pacaran? Kamu mabuk ya?]

Lemon water: [ Kalau kamu tertarik tawaranku, bisa kita bertemu?]

Anda: [ Kapan? Di mana?]

Kinara memerhatikan ekspresi wajah Jane yang terus berubah dari sedih, khawatir dan sekarang senang. Kinara yakin kalau Jane benar-benar butuh liburan. Wanita itu hanya menggeleng prihatin dengan temannya yang satu itu.

"Jadi, kamu mau bilang apa saat bertemu dengan Geni nanti?" tanya Kinara sembari memarkirkan mobil Jane.

"Oh, ah, bagaimana ya bilangnya?" Kali ini wajah Jane terlihat bingung.

Kinara menepuk jidatnya. "Bingung kenapa lagi sih, Jane?"

"Jadi gini, Ki ... Aku dan Arter, kami memang berpacaran."

"Arter siapa lagi sih, Jane?" Kali ini giliran Kinara yang terlihat bingung.

"Oh anu, maksudku si Zefran. Aku dan dia memang berpacaran," akunya sesumbar.

"Kamu serius, Jane? Sejak kapan? Bukannya Zeff pacaran dengan seorang model, ya?"

Mata Jane membulat, dia kesal mengetahui fakta baru tentang pacar palsunya.

Sial. Dia sudah punya pacar tapi mengajakku pacaran? Dasar buaya!

"Jane, jangan bilang kalau kamu nggak tahu Zeff sudah punya pacar?" tebak Kinara yang tepat sasaran.

Jane meringis. "Tapi kami memang pacaran kok, Ki."

"Kalau kami nggak pacaran memangnya bisa mesra seperti di foto itu, huh?" celetuk Jane, seraya berharap kalau kebohongannya diterima oleh Kinara.

Kinara termenung sejenak. Jane benar, setahu Kinara, Zefran si penyanyi solo yang tenar dengan lagu-lagu galaunya itu terkenal dengan sikapnya yang cenderung cuek kepada lawan jenis. Jadi kalau Jane bohong, foto mesra itu seharusnya tidak pernah ada.

"Kamu benar, Jane." Kinara mengakui.

Hah? Serius nih, Kina percaya kebohonganku?

"Jadi, kamu mau bilang yang sejujurnya kepada Geni?"

"Habisnya, kalau pun aku nggak bilang, dan kalau dia sampai tahu kabar ini dari orang lain, Geni pasti nggak akan maafin aku, Ki."

Kinara mengiakan dengan anggukan. "Kamu dan Zefran." Kinara mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut, dia tidak begitu peduli dengan hubungan asmara Jane. Dia hanya ikut senang karena akhirnya sahabatnya itu sudah mengakhiri masa jomblonya.

"Aku dukung apapun yang terbaik. Kalau nanti Geni marah, aku akan bantu bicara dengannya." Kinara menepuk pundak sahabatnya berusaha memberikan kekuatan kepadanya.

"Terima kasih, Ki." Jane memeluk tubuh Kinara sambil lalu. Sebelum mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kamar rawat Geni.

Hari itu Jane yang awalnya bermaksud untuk menjelaskan semua kebohongan yang ia ciptakan kepada keluarganya di Bandung kepada Geni dan Kinara, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kebohongannya hingga akhir.

Jane mengatakan kepada Geni kalau dirinya dan Zefran memutuskan pacaran belum lama ini. Jane mengaku kalau ia dan pria tampan berlesung pipi itu saling suka saat proyek menulis yang diselenggarakan oleh kantor mereka bulan lalu. Wanita berzodiak Taurus itu juga mengaku kalau hubungannya dengan Zefran sengaja dirahasiakan.

Entah kenapa alasan yang dilontarkan oleh Jane begitu realistis dengan betapa sulit dibujuknya Zefran alias Lemon water, tapi tiba-tiba saja pria dengan tinggi badan mencapai seratus delapan puluh lima centimeter itu menyetujui kerjasama dengan pihak penerbitan mereka.

Alih-alih curiga, Geni dan Kinara justru percaya. Bualan Jane ikut ditelan bulat-bulat oleh teman-temannya di kantor. Untung saja semua hal berjalan lancar sesuai dengan keinginan Jane.

Hari itu dia memutuskan untuk pergi bertemu dengan Zefran yang katanya kebetulan sedang berada di ibukota. Jane menemui kekasih palsunya di sebuah klub malam. Entah apa alasan Zefran memilih klub sebagai tempat mereka bertemu, padahal Jane sempat mengusulkan tempat makan tapi ditolak oleh Zefran. Tanpa pikir panjang lagi, Jane menyetujui untuk bertemu dengan pria tampan itu.

"Jadi, kenapa kamu pilih tempat ini?" Jane sangat penasaran dengan alasan Zefran.

Zefran terlihat begitu santai, sebelum menjawab pertanyaan wanita cantik berpipi chubby yang datang dengan balutan busana malam yang tidak seksi sama sekali itu, dia menenggak segelas minuman. Dia berencana untuk mabuk, dengan mabuk dia berharap bisa melupakan semua hal gila yang terjadi dalam hidupnya, termasuk melupakan Yuki, wanita yang sudah dua tahun terakhir bersama dengannya. Tapi malam ini, kenyataan berkata lain, bukan Yuki yang berada di sampingnya, menemani malamnya, tapi Jane Natalie.

"Aku berencana mabuk berat malam ini, aku butuh teman mabuk, itu saja."  Zefran berkata seraya manik biji kopinya menatap lurus ke arah Jane untuk melihat ekspresi wajah wanita cantik itu.

Jane melongo dengan jawaban jujur yang terlontar dari mulut lawan bicaranya. Dia tahu alasan kenapa pria tampan dengan alis tebal yang membingkai mata indah beriris kopi itu ingin mabuk, dia tersenyum kecil sebelum berkata, "Berharap beban berat di punggung lenyap setelah minuman memabukkan itu memenuhi perut, huh?" tebak Jane.

Zefran mengiakan dengan anggukan, pria tampan itu membalas senyuman Jane dengan lesung pipi yang muncul di sana. "Jadi, apa kamu kecewa karena tahu kalau aku adalah penyanyi yang sudah tidak laku lagi di dunia musik?" tanya Zefran melantur, entah mengapa dia ingin tahu hal itu dari wanita yang mungkin akan menjadi pacarnya sebentar lagi, mungkin saja.

Jane mengangkat bahu sambil lalu, dia berkata, "Aku bahkan sebelumnya nggak tahu kalau kamu artis," akunya dia lalu tertawa, menertawakan betapa konyol dirinya.

Pupil mata Zefran membesar saat mendengar pengakuan Jane yang polos. Dia lalu ikut tertawa bersama dengan wanita itu, menertawakan dirinya yang terlalu narsis karena mengira semua orang pasti mengenal dirinya.

"Tapi, um ... Ngomong-ngomong aku harus panggil kamu siapa?" tanya Jane dengan tatapan wajah yang datar.

"Terserah kamu, kamu boleh panggil aku sesukamu," sahut Zefran, dia hanya ingin membuat lawan bicaranya nyaman mulai dengan sebutan namanya.

"Arter, apa boleh?" Jane bertanya seraya mempertemukan kedua jari telunjuknya beberapa kali dalam tiga kali ketukan.

"Arter?" Kedua alis tebal Zefran bertautan.

Jane manggut-manggut mantap. "Arter, aku ambil kependekan dari nama pena kamu, Lemon water, Arter. Boleh?" tanya Jane sekali lagi untuk memastikan.

Sudut bibir Zefran naik bersamaan dengan munculnya lesung pipi di sana. "Boleh," jawabnya. Pria itu suka dengan nama panggilan baru dari wanita satu ini yang ternyata penuh kejutkan.

"Terima kasih," ucap Jane dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Jadi, kenapa kamu ngajak aku pacaran tiba-tiba? Aku dengar dari temanku katanya kamu sudah punya pacar yang cantik, dia seorang model?" selidik Jane, dia hanya ingin mengetahui sedikit tentang pria yang akan ia pacari sebentar lagi.

"Kami putus, dia selingkuh." Zefran menjawab dengan tegas, dia hanya ingin mengeluarkan semua unek-unek dalam dirinya.

"Maaf," sesal Jane.

"Bukan salahmu, kamu nggak perlu minta maaf. Jadi, apa jawabanmu?" Zefran menatap kedua iris mata cokelat muda yang menawan dari lawan bicaranya.

"Mau pacaran denganku?" tambah Zefran.

Malam itu terasa panjang. Mereka habiskan beberapa gelas, bermaksud untuk mabuk. Berharap kalau esok semua hal berjalan dengan baik. Berharap kalau hal buruk yang sudah terjadi menguap di udara tanpa jejak, tanpa sisa.

****

"WOW!"

Satu kata itu meluncur dari mulut Jane, matanya berbinar takjub saat tangannya dengan lihai sukses membuka seluruh kancing kemeja yang dikenakan oleh pria tampan dengan alis tebal yang sedang berada di bawahnya.

Jemari lentik Jane menari, melikuk dari atas dada  hingga perut dengan otot-otot yang terbentuk sempurna.

"Apa ini bisa dimakan?" Tanpa basa-basi mulut Jane melahap otot perut yang mirip roti sobek di hadapannya itu.

Pria itu mengumpat, dengan jengkel dia menarik sebelah lengan wanita cantik dengan rambut pendek sepundak itu dalam satu kali hentak hingga posisi mereka bertukar.

"Jangan salahkan aku, karena kamu yang mulai, Jane!" pekiknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro