Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XV. Rapat Kerjasama

Nal annaehae jweo
Yeah geudaega salgo inneun gose
Nado hamkke deryeoga jweo
Oh sesange kkeuchirado dwittaragal teni
Budi nae shiyaeseo beoseonaji mara jweo
Achimi wado sarajiji mara jweo oh
Kkumeul kkuneun georeum
Geudaen namane areumdaun nabi

Lagu Don't Go memenuhi ruangan bermural ini. Dikarenakan Emlyn yang masih membantu kedua orang tua Chanyeol di cafe, maka para member berkumpul di sana. Suho juga berkata sudah lama ia tidak mencicipi masakan Mama Park. Biasanya, jika mereka sudah berkumpul di tempat ini, Mama Park akan memasak banyak menu untuk disuguhkan bagi teman-teman anaknya. Mama Park sudah seperti orang tua bagi mereka semua. Kasih sayang yang dicurahkannya tidak beda dengan yang diberikan untuk putra semata wayangnya.

Emlyn sedang di dapur, mengeringkan piring dan gelas yang tadi dicucinya. Sambilan dengan itu, ia juga melafalkan lirik lagu yang diperdengarkan dari pengeras suara. Melafalkan lagu dengan bahasa Korea tidaklah sulit bagi seorang Emlyn. Ia sudah biasa melakukannya sejak awal mula menjadi seorang penggemar. Setiap grup kesayangannya itu comeback, maka ia akan mencari liriknya, mengulang hingga terhafal seluruhnya. Berbeda halnya dengan berbicara bahasa Korea. Ini salah satu kekurangannya. Padahal, ada salah salah seorang teman lama yang mengajaknya untuk kursus Bahasa Korea, tetapi karena kesibukannya, ia tidak mengambil kesempatan itu. Dan kini, ia sedikit menyesali hal tersebut.

"Emlyn." Suara yang sangat dikenal membuatnya terkejut hingga hampir saja menjatuhkan piring di tangan kirinya ke lantai.

"Aku mengejutkanmu?" sambungnya.

"Apa hyung menyuruhmu mencuci piring di sini?" Sehun menghampiri dan mengambil piring dari tangan Emlyn serta menaruhnya di atas rak. Ia juga mengambil kain di tangan kanan Emlyn dan kemudian meletakkannya di atas meja. "Tidak semestinya hyung memperlakukannya begitu," ucap Sehun pada Chanyeol dengan nada tidak suka.

Emlyn belum menyahut keduanya sebab matanya menyisir ke luar dapur, di meja pinggir telah berkumpul para member sambil berbincang.

"Kalian ada acara malam ini?" tanya Emlyn mendongakkan kepala pada Chanyeol.

"Kami ingin berbincang denganmu," sahut Sehun, tidak membiarkan Chanyeol menjawab. Chanyeol hanya mengiyakan jawaban Sehun dengan anggukan. Ia tidak tersinggung dengan cara Sehun. Itu sudah biasa. Ia mengenali si bungsu dengan baik.

Emlyn menunjuk dirinya sendiri. "Ada apa denganku?"

"Ponselmu di mana? Sedari tadi aku menghubungimu tidak bisa." Chanyeol celingukan di sekitar Emlyn.

"Dalam tas. Aku sedang bekerja, untuk apa memegang ponsel," sahutnya santai.

"Inikah pekerjaan yang hyung maksud tadi? Cuci piring?" Sehun bertanya dengan nada tinggi satu oktaf. Ia melihat Chanyeol seakan butuh penjelasan. Sementara Chanyeol hanya tertawa mendengar pertanyaan Sehun yang diyakini tak perlu ditanggapi.

Chen menyerukan nama mereka dari meja. Sepertinya keenam lelaki di sana sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi. Baekhyun sudah mengetuk-ngetuk meja dengan jemari panjangnya. Kai dan Suho mulai sibuk dengan ponsel. Serta Xiumin dan Kyungsoo yang sedang bermain seperti anak kecil.

Emlyn menyilakan dua lelaki tinggi tersebut segera duduk ke meja, sementara ia menyiapkan minuman terlebih dahulu. Chanyeol dan Sehun sama-sama menawarkan bantuan, tapi Emlyn menolak sambil berkacak pinggang dan membesarkan matanya. Terlihat menyeramkan, seperti ibu-ibu yang kelelahan dan sedang memarahi anaknya, sehingga Chanyeol dan Sehun pun mengalah dan berbalik arah.

Emlyn membuatkan beberapa jenis minuman segar untuk disajikan, sementara Mama Park dan Papa Kim menyiapkan pizza, risotto, dan pasta. Tidak butuh waktu lama untuk ia menyiapkan semua minuman. Dalam satu nampan, ia bisa mengangkat semua sekaligus dan menyajikan ke hadapan para lelaki tampan.

Percayakah jika rasa degup jantungnya sekarang masih sama seperti di taman kemarin? Pipinya mulai panas dan memerah, serta bibirnya dipaksa tahan untuk tidak menyengir. Ia merasa semua lelaki itu sedang memandangnya hingga ia tidak bisa membalas menatap mereka. Emlyn hanya bisa menunduk dan mengontrol degup jantungnya yang sedang berdisko.

"Sampai kapan kamu mau berdiri? Duduklah," ujar Kyungsoo sambil menunjuk kursi kosong di samping Baekhyun.

Emlyn menarik napas dan mengibas pipinya guna menghilangkan panas. Setelah napasnya netral, baru ia duduk di samping Baekhyun dan memberanikan diri menatap mereka satu per satu.

Mereka bukan orang jahat. Mereka manusia baik dengan wajah tampan. Grogi itu biasa, tapi kalau keterusan berarti ada masalah dengan jantungku, bukan dengan mereka. Ayo, Em, netralkan dirimu. Anggap aja mereka ini adalah Ettan atau Aqmar. Oh, nggak bisa. Nggak ada sopan santun kalau aku menyamakan mereka. Ah, menyebalkan sekali perasaan jedag-jedug ini, nggak bisa buat aku konsentrasi dengan baik. Padahal, aku udah bisa membiasakan diri dengan Chanyeol, yaa walaupun masih suka salting. Tapi, sama para lelaki tampan ini? Aku seolah sedang terapi jantung.

"Apa yang kamu pikirkan?" Baekhyun memetikkan jemari di depan mata Emlyn, membuyarkan isi kepalanya.

"Bukan apa-apa," jawab Emlyn seadanya.

"Kapan kamu berencana pulang?" Kyungsoo bertanya to the point.

"Haruskah kamu bertanya seperti itu?" tegur Xiumin.

"Bukankah itu yang ingin kita ketahui?" respons Kyungsoo dengan mata bulatnya.

"Tapi, kita seolah ingin mengusirnya," jawab Chen membela Xiumin.

Baekhyun menengahi pertikaian kecil tersebut dengan merentangkan tangannya dan meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Lalu, ia beralih pada Emlyn yang ada di sampingnya. "Kami hanya ingin tahu tenggat waktu yang kita punya," ungkapnya.

"Tenggat waktu untuk apa?" Emlyn sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan mereka. Ia seperti anak yang salah masuk forum.

"Kita sedang membahas rencana yang sempat kita singgung kemarin. Kami rasa kamu belum melupakannya," ucap Suho dengan tenang dan tatapan yang serius.

Ya Tuhan, kenapa Papa Kapas makin naik level gantengnya kalau lagi serius begini?Lihat, deh, mata kecilnya lucu banget. Sok-sokan dilebarin, padahal nggak bisa. Gemes, deh. Emlyn tertawa geli dalam hati.

Emlyn berdeham dan menepis celetukan batinnya. Mereka sedang tidak dalam situasi bercanda. "Tentang kerjasama itu?" Emlyn mencoba mengingat percakapan mereka.

"Bingo. Kami sangat tertarik untuk mengerjakan proyek ini. Kita bisa menyiapkan konsepnya terlebih dahulu. Bukankah ini akan sangat menyenangkan?" ucap Kyungsoo dengan ceria.

"Aku berencana akan mengusulkan karya ini sebagai tambahan dalam album kita," tambah Baekhyun semangat. Usulan itu disambut heboh oleh yang lainnya dan mereka beradu jontos.

Emlyn masih terdiam. Ada rasa senang yang tak dapat diutarakan karena mendapat tawaran kerjasama langsung dari idolanya, tapi ia juga tidak mungkin berdiam lama di negeri asing ini. Ia sudah mendesak Harry untuk menjemputnya pulang. Meski sudah mendapatkan pekerjaan sebagai bentuk balas budi, tapi tetap ada rasa tidak nyaman saat harus tinggal bersama orang asing yang sangat baik padanya. Apakah Emlyn aneh? Tidak. Ia hanya tidak nyaman jika harus terus menerima segala kebaikan-kebaikan, sementara dirinya tidak dapat berbuat banyak.

"Papaku berencana menjemputku minggu depan," jawabnya sangat hati-hati sambil menggigit bagian dalam bibir bawahnya. "Apa kalian rasa seminggu waktu yang cukup untuk melakukan itu semua?"

Emlyn menatap mereka satu per satu yang menghela napas, seakan kecewa dengan jawabannya. Namun, tidak seperti yang lain yang hanya sekadar kecewa, Chanyeol sedikit emosi mendengar jawaban Emlyn.

"Kenapa tidak bilang bahwa kamu akan pulang minggu depan?" tanyanya dengan nada dingin. Intonasi ini belum didengar Emlyn sebelumnya. Emlyn menjadi serba salah.

"Papa baru menghubungiku sore tadi. Semalam, saat kami telponan dia tidak bisa memastikan kapan bisa menjemputku karena jadwal padatnya di rumah sakit. Lalu, tadi dia bilang bahwa sudah mengosongkan dua hari khusus untuk menjemputku. Dia bertukar shift dengan temannya," jelas Emlyn singkat.

Chanyeol membuang napas kasar. Emlyn tidak paham kenapa Chanyeol bertingkah seperti itu. Baekhyun mencoba tetap tersenyum dan mengalihkan pikiran Emlyn dengan berkata, "Aku rasa kita bisa melakukannya, meski Emlyn harus pulang pekan depan."

Ekspresi member lainnya dibuat ternganga dengan tanggapan Baekhyun. Mana bisa mengurus karya musik sekilat itu.

"Jangan gila, Baek," bantah Suho. "Tolong, pikirkan dengan matang. Kita bukan hanya bernyanyi di sini, tapi kita sedang mempersiapkan karya untuk para Aeri. Jangan kecewakan penggemar dengan proses yang tergesa-gesa."

Kyungsoo dan Chen mengangguk setuju dengan bantahan Suho. Mereka kini berada di kubu yang sama. Seberapa pun besar keinginan mereka untuk bekerja sama, jika dilakukan dengan tergesa-gesa, mereka memilih mundur.

"Bukankah Emlyn hanya akan pulang ke Indonesia? Dia masih bisa berkomunikasi dengan kita. Kita bisa membicarakan ini jarak jauh," sela Kai sambil menyantap pizza yang telah dihidangkan Mama park beberapa menit yang lalu.

Baekhyun bermain mata pada Kai yang duduk tepat di depannya. "Benar sekali. Itu yang aku maksud. Kita tidak bisa menghalanginya pulang karena kerjasama ini, tapi bukan berarti kita juga harus menyerah karena kepulangannya. Akan selalu ada cara untuk kita yang berpikir."

"Bagaimana menurutmu, Em? Kamu setuju jika kita terus berkomunikasi jarak jauh demi kerjasama ini?" tanya Sehun.

"Tentu aku setuju," jawabnya semangat dengan binaran terpancar dari matanya. Mana mungkin aku menolak saat aku masih bisa berkomunikasi dengan kalian sekalipun aku sudah pulang ke negaraku. Oh, kalian sungguh membuatku semakin jatuh cinta.

Setelah bersepakat, mereka semua mulai sibuk dengan hidangan dan berkelakar sambil memikirkan tema yang akan mereka angkat dalam karya ini. Mereka harus menyesuaikan dengan konsep yang telah ditentukan untuk album mereka.

Di ujung meja, ada Chanyeol yang hanya menanggapi seadanya, dan menikmati makanannya. Aura wajahnya berbeda dari yang awal. Emlyn memperhatikan lelaki itu dengan cermat. Seperti ada sesuatu yang ditahannya. Emlyn mengerti sekali dengan aura itu.

Apa aku menyakitimu?

Emlyn mengetikkan pesan itu dan mengirim ke kontak Chanyeol. Chanyeol yang menerima pesan tersebut, hanya membaca dan menatap nanar ke arah Emlyn. Ada emosi yang tak tersampaikan di sana. Emlyn rasa ia harus mengajaknya berbicara.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro